Kabar mengejutkan datang dari PT Pertamina pada pekan ini. Perusahaan energi pelat merah ini mengaku telah mengalihkan biaya distribusi gas elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram (kg) ke konsumen di Jawa pada 1 Desember 2013.
Menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, besaran harga beban angkut yang dialihkan ke konsumen bervariasi disesuaikan oleh jarak. Pergeseran beban distribusi itu pun membuat harga satu kilogram tabung naik di kisaran Rp 300-Rp 600 atau setara Rp 3.600-7.200 per kg.
Artikel harga satu kilogram tabung elpiji 12 Kg mengalami kenaikan di Jawa telah menyedot perhatian pembaca Liputan6.com pada Rabu (4/12/2013).
Advertisement
Selain itu, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung mengatakan, kebiasaan beri hadiah membuat Indonesia terpuruk pada tahun 1998 juga telah menarik perhatian pembaca.
Puluhan artikel telah disajikan pada hari ini mulai dari 10 miliarder yang berakhir tragis di balik penjara, harga elpiji 12 kilogram mengalami kenaikan di Jawa, harga emas terus merosot, lika liku mata uang peso, hingga bos Total lengser.
Ingin tahu artikel mana saja yang menjadi perhatian pembaca pada Rabu pekan ini, berikut rinciannya:
1. Harga Elpiji 12 Kg di Jawa Naik Rp 3.600-7.200 per Tabung
PT Pertamina (Persero) mengaku telah mengalihkan biaya distribusi gas elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram (kg) ke konsumen di Jawa pada 1 Desember 2013.
Menurut Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, besaran harga beban angkut yang dialihkan ke konsumen bervariasi disesuaikan oleh jarak. Pergeseran beban distribusi itu pun membuat harga satu kilogram tabung naik di kisaran Rp 300-Rp 600 atau setara Rp 3.600-7.200 per kg.
Jika dikalkulasikan harga jual elpiji 12 kg di konsumen bisa naik dari Rp 70.200 per tabung menjadi Rp 73.800-Rp 77.400 per tabung.
2. Chairul Tanjung: Kebiasaan Beri Hadiah Bikin RI Terpuruk
Perusahaan-perusahaan diharapkan menerapkan tata kelola perusahaan/good corporate governance (GCG) dengan baik agar dapat mengurangi sikap pemberian hadiah atau gratifikasi. Pemberian gratifikasi atau hadiah ini pernah membuat Indonesia mengalami keterpurukan pada 1998.
Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung menuturkan, kalangan masyarakat masih banyak menganggap biasa pemberian hadiah atau gratifikasi seperti pemberian hadiah dari seorang nasabah kepada direktur bank.
Menurut Chairul, kejadian pemberian gratifikasi atau hadiah membuat Indonesia mengalami keterpurukan pada 1998. Untuk itu, Indonesia perlu menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sangat baik.
3. Mengapa Rupiah Ambruk Lagi ke 12 Ribu per US$?
Rupiah anjlok ke level terendah dalam empat tahun akibat kelangkaan dolar menjelang akhir tahun. Sejumlah perusahaan meningkatkan pembelian dolar untuk pembayaran akhir tahun di tengah rendahnya pasokan dolar di pasar domestik.
Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra menuturkan, permintaan dolar cenderung meningkat pada akhir tahun. Sementara pasokan masih terbatas karena faktor eksternal. Ia pun mengkhawatirkan, saat rendahnya nilai tukar rupiah melahirkan sentiment negatif pada aset Indonesia.
4. Indonesia Siap ‘Ancam’ Investasi di Luar Negeri
Menjamurnya perusahaan Indonesia di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir ini mendorong peningkatan aliran investasi domestik yang masuk ke berbagai negara. Kondisi ini menunjukkan Indonesia bisa menjadi pemain global yang mampu "menjajah" investasi global.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar mengaku, pihaknya mendorong penanaman investasi Indonesia di luar negeri (outward investment).Oleh karena itu, saat ini Indonesia dapat mengancam dengan investasi di negara lain.
Kapitalisasi pasar saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menggeser PT Bank Mandiri Tbk. Nilai kapitalisasi pasar saham PT Bank Rakyat Indonesia berada di posisi ke-6 dengan nilai Rp 181,94 triliun pada 30 November 2013.
Sementara itu, kapitalisasi pasar PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan nilai Rp 176,71 triliun dengan berada di posisi ke-7 di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Ahm)