Balon udara pada umumnya terlihat indah, menarik dan penuh warna. Tetapi tidak demikian halnya dengan balon udara terbesar dan termewah di dunia, Hindenburg.
Didanai Partai Nazi, Jerman berhasil menciptakan balon udara terbesar di dunia yang kemudian menjadi lambang kekuatan dan kekuasaan partai tersebut. Sayangnya, kehebatan balon udara yang semula akan diberi nama Adolf Hitler itu hancur lebur setelah meledak pada 6 Mei 1937.
Advertisement
Saat hendak mendarat mengangkut hampir 100 penumpang, balon udara raksasa Hindenburg terbakar dari bagian belakang. Hanya dalam 34 detik saja seluruh badan pesawat dilalap api.
Para penumpang yang panik dan histeris nekat loncat dari atas ketinggian 300 kaki demi menyelamatkan nyawanya.
Penasaran dengan malapetaka yang menimpa balon udara terbesar dan termewah itu? Berikut kisah lengkapnya seperti dikutip dari The Daily Mail, The Airship, The History 1900, dan sejumlah sumber lainnya, Rabu (11/12/2013):
Lahirnya balon udara terbesar dan termewah di dunia, Hindenburg
Pembangunan balon udara Hindenburg dimulai di Friedrichshafen, Jerman pada 1931.Namun proyek pembangunan yang diprakarsai perusahaan konstruksi Zeppelin ini sempat tertunda karena menderita kekurangan dana.
Awalnya, kekuatan parta Nazi pada Januari 1933 tak banyak berpengaruh pada kekayaan perusahaan Zeppelin, mengingat Menteri Penerbangan Jerman Hermann Goring tidak suka dengan ide balon udara itu.
Namun Nazi menyadari potensi nilai simbolis pada balon udara itu. Hindenburg dapat dijadikan sebagai lambang untuk memamerkan kekuatan dan teknologi Jerman.
Maka pada 1934, dengan bantuan dana dari Partai Nazi, pembangunan balon udara Hindenburg pun dilanjutkan. Akhirnya pada 1936, berkat pertolongan dari Nazi, balon udara terbesar di dunia yang pernah ada mampu berdiri dengan gagah.
Advertisement
Awalnya balon udara itu akan diberi nama Adolf Hitler, tapi ditolak
Menteri Propaganda Nazi Jerman, Joseph Goebbels mengusung nama Adolf Hitler untuk dipahat sebagai sebutan balon udara megah itu. Namun desainer pesawat udara itu Hugo Eckener yang tidak menyukai Nazi menolak permintaan Goebbles.
Nama pesawat udara itu lalu diambil dari Presiden Jerman Paul von Hindenburg yang tengah menjabat. Saat balon udara itu terbakar dan meledak hebat, Adolf Hitler merasa sangat bahagia karena namanya tidak tercantum di badan pesawat besar itu.
Lagipula, Hitler bukan orang pertama yang menjadi penumpang kapal super besar itu. Meskipun setiap penerbangannya dilakukan atas dasar misi propaganda Nazi.
Kemewahan dan kemegahan balon udara Hindenburg
Balon udara komersial ini benar-benar membuat para penumpangnya merasa puas. Bagian dalam Hindenburg melampaui kemewahan pesawat udara lainnya yang pernah ada. Balon udara itu memamerkan desain dan furnitur nomor satu di Eropa.
Atap di atas ruang makan juga dirancang sesuai dengan pemandangan langit sesungguhnya. Karpet merah di sepanjang koridor dan ruangan membuatnya tampak lebih berkelas dan elegan.
Dek A (bagian atas balon udara) memiliki ruang bersantai di setiap sisi pesawat udara. Lewat jendela di sepanjang dinding pesawat, para penumpang dapat melihat semua pemandangan yang dilaluinya. Para penumpang dapat duduk di atas kursi-kursi nyaman yang terbuat dari aluminium.
Balon udara itu juga menyediakan kabin seperti kamar tidur di dalam kereta api. Selain itu setiap kabin juga dilengkapi dengan satu toilet.
Di dek B (bagian bawah balon udara), terdapat dapur dan asrama awak pesawat. Selain itu balon udara itu juga menyediakan ruangan khusus merokok. Mengingat bahan bakarnya merupakan gas hidrogen yang mudah terbakar, ruangan khusus merokok itu merupakan terobosan besar di dunia penerbangan balon udara.
Penerbangan pertama Hindenburg merupakan simbol rezim Nazi
Raksasa megah, balon udara Hindenburg pertama kali menampakkan kegagahannya di atas permukaan Friedrichshafen, Jerman pada 4 Maret 1936. Setelah beberapa kali tes penerbangan, Goebbles memerintahkan Hindenburg untuk menemani Graf Zeppelin berkeliling di atas setiap kota di Jerman.
Di atas lebih dari 100 ribu penduduk Jerman, pamflet kampanye Nazi digelar dari atas Hindenburg, diiringi suara musik patriotik Nazi yang digaungkan lewat pengeras suara.
Perjalanan pertama Hindenburg di udara merupakan simbol paling nyata dari kebesaran rezim Nazi. Pada 6 Mei 1936, Hindenburg memulai perjalanan lintas benua dari Eropa ke Amerika.
Advertisement
Penumpang komersial pertama Hindenburg adalah kalangan atas
Pada 6 Mei 1936, orang-orang kaya, selebritas dan anggota elit Partai Nazi menjadi penumpang komersial pertama Hindenburg. Lebih dari 50 penumpang menikmati kenyamanan dan kecepatan balon udara itu.
Hindenburg terbang dari Jerman ke Amerika Serikat (AS). Untuk memamerkan penerbangannya, selama berada di udara radio NBC meliputnya secara eksklusif. Saat itu balon udara Hindenburg mencapai rekor penerbangan tercepat di dunia antar benua hanya dalam waktu 2,5 hari.
Padahal balon dan pesawat udara lainnya memerlukan waktu 5-10 hari untuk mencapainya.
Penerbangan balon udara Hindenburg dianggap sebagai aksi propaganda Nazi
Berbagai penerbangan Hindenburg selalu ditumpangi kepentingan Nazi untuk memamerkan kekuasaan dan kekuatannya. Tengok saja, bagaimana lambang swastika Nazi dipamerkan di bagian belakang balon udara.
Hindenburg juga mendemonstrasikan aksi propagadanya pada 1 Agustus 1936 saat balon udara itu terbang di atas stadion Berlin Olympic Games 1936. Para spektator (penonton) dalam stadion olimpiade yang dipenuhi 3 juta penduduk Jerman dan para tamu melihat kemegahan Hindenburg di atas kota. Lebih dari satu jam, balon udara itu bertahan di atas ketinggian 750 kaki.
Saat itu Hindenburg mengangkut 65 penumpang dan juga surat seberat 778 kilogram. Surat-surat tersebut kemudian dijatuhkan menggunakan parasut. Penerbangan tersebut sukses dengan terompet kemenangan dari pemerintah Nazi.
Malapetaka Hindenburg, dalam 34 detik, salah satu mahakarya dunia habis terbakar
Dengan kesukesan yang dicapai selama 1936, sebanyak 18 penerbangan antara Jerman dan AS dijadwalkan pada 1937. Selama musim dingin, Hindenburg diperbaiki dan direnovasi di Frankfurt.
Tangki bahan bakar yang didesain menggunakan helium, akhirnya dioperasikan dengan hidrogen. Kabarnya kapasitas balon udara itu dapat terus meningkat. Pada 1937, enam penerbangan Hindenburg berhasil dilakukan sampai malapetaka di angkasa itu terjadi.
Pada 6 Mei 1937, balon udara Hindenburg terbang dari Jerman menuju AS. Saat itu pukul 19:25 malam, balon udara tengah mencoba melakukan pendaratan ke Lakehurst Naval Air Station di New Jersey.
Tiba-tiba api muncul dari bagian luar belakang balon udara. Para penumpang langsung mencium bau gas terbakar dari salah satu badan pesawat udara itu.
Hanya dalam 34 detik saja seluruh bagian balon udara sudah dilalap api. Bahkan sebelum ekor balon udara menyentuh tanah, semua bagian pesawat sudah ludes terbakar.
Dengan kondisi terbakar para penumpang melompat keluar dari ketinggian 300 kaki
Hindenburg, si balon udara super megah itu masih berada di atas ketinggian 300 kaki saat terbakar. Sementara itu, para penumpang dan kru hanya memiliki waktu kurang dari 60 detik untuk menyelamatkan diri.
Tanpa pikir panjang, demi menyelamatkan nyawa masing-masing, para penumpang nekat melompat ke luar jendela dari ketinggian tersebut.
Sementara penumpang lain terjepit furnitur dan orang-orang yang berjatuhan. Para penumpang dan awak lain yang telah terbakar juga melompat saat balon udara telah mendekati tanah.
Malam itu menjadi waktu yang sangat mencekam dan mengerikan bagi para penumpang balon udara Hindenburg. Beberapa ruangan di stasiun udara New Jersey berubah menjadi kamar mayat dan ruang penampungan korban lain yang mengalami luka-luka. Kepanikan dan perasaan naas menyelimuti tempat malapetaka itu terjadi.
Advertisement
Ajaib! Jumlah korban selamat lebih banyak dari korban tewas
Dalam malapetaka mengerikan itu, terselip satu fakta yang cukup mengejutkan. Dengan kondisi balon udara terbakar habis dan jatuh menghantam landasan, jumlah korban selamat dalam kecelakaan itu tercatat lebih banyak daripada korban tewas.
Dari 97 penumpang dan awak pesawat, hanya 35 orang yang menjadi korban tewas termasuk satu orang petugas di daratan. Salah satu saksi mata, penyiar radio Herbert Morrison berhasil memberikan liputan eksklusif penuh emosi dan tragis dari lokasi bencana.
Siaran radionya direkam dan diputar ke seluruh dunia dan mengejutkan banyak pihak keesokan harinya. Saat itu, penyebab bencana masih simpang siur dan belum pasti.
76 tahun kemudian penyebab meledaknya balon udara Hindenburg terkuak
76 tahun kemudian, tepatnya Maret 2013, penyebab tragedi tragis kebakaran Hindenburg terungkap. Penyebab kecelakaan balon udara yang menelan 35 korban jiwa itu disebabkan adanya arus listrik yang menghantam badan balon udara.
Menurut tim penyidik yang teruji keahliannya, saat itu balon udara terbang di tengah badai yang memicu hidrogen hingga meledak hebat. Aliran listrik dari badai tersebut menjadi penyebab utama hancurnya salah satu mahakarya dunia itu.
Meski begitu, Adolf Hitler bersyukur, namanya tidak terpahat sebagai nama dari balon udara maut tersebut. (Sis/Igw)
Advertisement