Dilema Gelandang Arsenal: Antara Puasa dan Sepak Bola

Namun dia akan membayarnya saat sedang tidak bertugas.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 20 Jul 2014, 14:15 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2014, 14:15 WIB
img_diaby-190311.jpg
Gelandang Arsenal Abou Diaby (kiri) beraksi dalam partai Liga Premier melawan Sunderland di Emirates Stadium pada 5 Maret 2011. AFP PHOTO/ADRIAN DENNIS

Liputan6.com Menjalani bulan ramadan di tengah aktivitivas berlatih dan menjalani pra musim membuat gelandang Arsenal. Abou Diaby dilema.

Dia tidak menyangkal, sulit menjalankan ibadah saum berbarengan dengan latihan. Terlebih, cuaca panas ikut menjadi ujian berat Diaby untuk menjalankan Rukun Islam ke-3 itu. Sedangkan, klub selalu menuntut pemain tetap tampil prima.

Praktis, perjuangan pemain muslim menjalankan ibadah puasa semakin berat. Diaby pun mengakui, kerap meninggalkan ibadah tersebut. Namun dia menegaskan, siap mengganti saat berlibur.

"Ini momen sulit saat berpuasa karena hari panjang dan panas. Sulit berpuasa selama pra musim. Mungkin sejumlah pemain bisa mengatasinya. Tapi berbeda dengan pemain lain,"  ungkap Diaby dilansir dari Sportmole.

http://cdn-media.viva.co.id/thumbs2/2013/12/29/234787_abou-diaby--kiri--menjalani-umrah_663_382.jpg

"Semua hari yang saya lewatkan pada Ramadan ini saya akan bayar di sisa tahun. Seperti saat saya mendapatkan libur. Tapi ketika berlatih dan bertanding dengan intensitas tinggi saya tidak berpuasa," sambungnya,

Perdebatan tentang ramadan sempat memanas. Terutama saat Piala Dunia 2014. Pelatih Timnas Aljazair, Vahid Halilhodzic berang menanggapi kemungkinan ramadan mengganggu performa tim.

“Ini bukan pertama kalinya saya menangani tim dengan mayoritas pemain muslim. Saya sendiri seorang muslim. Saya selalu memberikan pemain kebebasan (untuk berpuasa atau tidak)."

"Ini pertanyaan pribadi dan jika anda menanyakan soal itu, maka anda kehilangan rasa hormat,” tegasnya saat itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya