Liputan6.com, Doha - Ilmuwan di Qatar University sedang menguji model stadion sepak bola yang rencananya akan digunakan untuk perhelatan Piala Dunia 2022.
Model stadion tersebut dibuat menggunakan mesin cetak 3D dan pengujiannya bertujuan untuk melihat apakah tempat pertandingan olahraga itu dapat bertahan dengan iklim gurun atau tidak.
Tak hanya itu, Qatar juga berupaya untuk meredakan kekhawatiran tentang hawa menyengat di musim panas dengan memindahkan jadwal pertandingan pada musim dingin bulan November. Mereka juga mengumumkan detail 5 stadion yang dilengkapi dengan penyejuk udara.
Advertisement
Namun saat musim dingin, Qatar juga masih mengalami badai pasir dan debu. Selain itu, seorang profesor teknik di Qatar University, Saud Ghani, menginginkan stadion dapat digunakan sepanjang tahun di luar turnamen Piala Dunia 2022.
Baca Juga
Oleh karena itu, tim dari Eropa dan Timur Tengah sedang mengeksplorasi cara agar stadion dapat menghadapi cuaca ekstrem, seperti badai pasir dan panas menyengat.
"Kami melihat sistem aerodinamis, di mana bentuk stadion dapat berpengaruh pada pasir, panas, dan angin di dalamnya," jelas Ghani.
"Qatar menginginkan tempat pertandingan yang dapat digunakan sepanjang tahun," tambahnya.
Model stadion yang dibangun menggunakan mesin cetak 3D, di mana dibutuhkan waktu satu bulan untuk menyusunnya, akan ditempatkan di terowongan angin yang menghembuskan udara dan dipindai menggunakan sinar laser untuk mengukur turbulensi di dalamnya.
Dikutip dari Daily Mail, Minggu (26/6/2016), dampak dari badai pasir, yang biasanya terjadi pada musim dingin, dapat dikurangi dengan menaikkan atau menurunkan ketinggian stadion beberapa meter.
"Idenya adalah untuk memblokir angin panas ke dalam stadion. Seperti mobil yang bagian atasnya terbuka, Anda menginginkan angin bebas mengalir dan tak berputar-putar di dalam," ujarnya.
Qatar telah mengumumkan detail lima dari setidaknya delapan stadion yang akan dibangun atau direnovasi untuk perhelatan akbar Piala Dunia. Diperkirakan, pembangunan tersebut memakan biaya $ 8 - $ 10 juta atau Rp 107,1 - Rp 133,9 miliar.
Insinyur Qatar University hingga saat ini telah menjalankan uji coba pada dua stadion, yakni Al Bayt dan Al Wakrah yang didesain oleh arsitek Inggris, Zaha Hadid. Sementara model stadion Al Thumama sedang dicetak untuk dilakukan pengujian.
Menyeimbangkan karakter arsitektur -- seperti desain tenda besar badui untuk stadion Al Bayt - dengan desain aerodinamis terkadang menjadi hal rumit, demikian ujar Fahad al-Musalam, insinyur berusia 24 tahun.
"Setiap stadion memiliki pesan untuk disampaikan dan kami perlu untuk mempertahankan karakter tersebut," ujar Musalam.
Pencetakan 3DÂ telah digunakan oleh para insinyur untuk membangun model selama bertahun-tahun. Namun saat ini penggunaannya makin meluas, salah satunya untuk memproduksi bagian pesawat yang ringan.