Jakarta - Timnas Singapura sempat merajai sepak bola di Asia Tenggara pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Pada massa 1998 hingga 2012, The Lions mampu meraih empat gelar juara Piala AFF yakni pada edisi 1998, 2004, 2007, dan 2012.
Namun, sejak Piala AFF 2012 itu, prestasi Timnas Singapura menukik tajam. Tak hanya di level senior, level kelompok usia seperti U-23 maupun U-19 juga kalah bersaing dengan negara-negara tetangga.
Terbaru, Timnas Singapura senior gagal melaju ke putaran final Piala Asia 2019 dan Timnas U-22 gagal ke semifinal karena hanya berada di peringkat ketiga penyisihan Grup A.
Advertisement
Baca Juga
- Ranking Kompetisi Indonesia di Bawah Malaysia dan Singapura
- Pelatih Timnas Singapura U-22 Kecam Perilaku Pemainnya
- VIDEO: Gol Unik Luiz Gustavo yang Melewati Kolong Tiga Pemain Caen
Di level U-19, Timnas Singapura U-18 juga gagal ke fase gugur pada Piala AFF U-18 2017 karena berada di bawah Malaysia, Thailand, dan Timor Leste di Grup A.
Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) mendapat desakan untuk segera memperbaiki situasi yang mulai genting. Seperti dilansir dari Channel News Asia, FAS lantas berencana menerapkan regulasi baru.
Regulasi ini mirip seperti yang pernah diterapkan di kompetisi Liga 1 2017, yakni mewajibkan klub memiliki dan memainkan pemain U-23. Aturan ini akan diterapkan mulai kompetisi musim 2018, yang biasa digelar mulai akhir Maret.
Detailnya, setiap klub wajib memiliki setidaknya enam pemain U-23 pada saat pertandingan dengan tiga pemain di antaranya wajib masuk starting line-up.
Â
Mirip di Indonesia
Sebagai perbandingan, PSSI melalui PT Liga Indonesia Baru sempat menerapkan aturan semacam ini pada Liga 1 2017. Dalam regulasi, setiap klub wajib memiliki lima pemain U-23 dalam pertandingan dengan tiga di antaranya masuk line-up. Aturan ini berakhir jelang Timnas Indonesia U-22 menjalani SEA Games 2017, Agustus 2017.
Ketika itu PSSI juga bertujuan memberikan kesempatan pada pemain muda untuk mendapatkan jam terbang lebih sehingga tim pelatih timnas bisa mendapatkan pemain terbaik. Namun, beberapa klub tidak sepakat dengan regulasi ini. Pada putaran kedua, regulasi ini akhirnya dihapus.
FAS berharap cara ini bisa menjadi kawah candradimuka bagi pemain muda sehingga timnas memiliki banyak opsi pemain. "Kami harus mempercepat pertumbuhan pemain muda untuk menggantikan pemain gaek di timnas senior," tegas Wakil Presiden FAS, S. Thavaneson.
"Jika Anda lihat pada Piala AFF 2016, kami merupakan salah satu tim yang dihuni pemain-pemain tertua," lanjut S. Thavaneson.
Jika berjalan secara konsisten, diharapkan dalam tiga hingga lima tahun ke depan, Timnas Singapura bisa mendapatkan pemain-pemain matang dalam usia produktif.
"Saya yakin perubahan yang akan kami lakukan ini akan menghasilkan lingkungan sepak bola yang kuat dan timnas yang lebih kuat. Kami bisa melihat perbaikan dalam tiga tahun. S-League harus selalu jadi sarana penggemblengan pemain dan bermuara untuk Timnas Singapura yang lebih baik," imbuh S. Thavaneson.
Selain itu, FAS juga sedang mempertimbangkan mengurangi kuota pemain asing menjadi dua orang untuk setiap klub. Namun, pengurangan ini dianggap bisa memengaruhi kualitas tim saat bersaing di turnamen level Asia garapan AFC.Â
Advertisement