Tradisi Kuno Orang Rusia Sambut Tamu dengan Roti dan Garam, Apa Alasannya?

Apa alasan orang Rusia menyambut tamunya dengan garam dan roti besar?

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2018, 12:12 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2018, 12:12 WIB
Ilustrasi Garam
Ilustrasi Garam (iStockphoto)​

Liputan6.com, Moskow - Tim sepak bola Portugal yang tiba di Rusia pada 9 Juni 2018 menerima sambutan aneh dari warga setempat. Mereka disuguhi roti dan garam. Salah satu bintangnya, Cristiano Ronaldo, menganggap semua hal itu cukup menggelikan.

Ketika datang, timnas Portugal disambut gadis-gadis berpakaian nasional yang menawarkan roti besar dan garam. Mereka tak boleh menolaknya dan harus mencicipi. Ini sebenarnya adalah tradisi kuno Rusia untuk menyambut tamu-tamu penting.

Dikutip dari RBTH Indonesia, Senin(18/6/2018), tamu yang berkunjung ke Negeri Beruang Merah hampir selalu menerima sambutan hangat. Orang-orang Rusia akan berusaha keras demi memastikan bahwa tamu-tamu mereka dijamu selayak mungkin, tak ada yang terlupakan.

Jadi, sikap ini memang sudah mengalir dalam darah orang-orang Rusia.

Di Rusia kuno, roti dan garam melambangkan kemakmuran dan kesehatan. Karena itu, tuan rumah akan mengenakan pakaian terbaik mereka, menghidangkan suguhan dengan porsi yang luar biasa, dan menawarkan satu atau dua roti dengan bumbu-bumbu untuk tamu mereka.

Dalam budaya Slavia, roti dianggap sebagai sakral. Tak ada roti di rumah berarti tak ada yang bisa dimakan--tidak ada makanan, tidak termasuk roti. "Roti adalah tongkat kehidupan". Pepatah inilah yang dijadikan pedoman orang Rusia.

Saat ini, tak ada yang kekurangan garam di dunia. Namun, di Rusia kuno dan abad pertengahan, garam sangat mahal dan tak semua orang mampu membelinya.

Selama pertengahan Abad ke-17, kenaikan harga garam menyebabkan kerusuhan di Moskow. Pajak garam baru sepenuhnya dihapus pada akhir Abad ke-19--baru setelahnya garam menjadi terjangkau. Itu sebabnya, orang Rusia menyimpannya untuk acara-acara khusus, seperti ketika mereka menerima tamu.

Dulu, ada anggapan bahwa jika seseorang ingin menyinggung tuan rumah, dia hanya perlu menjatuhkan garam ke lantai. Sikap ini menunjukkan penghinaan.

Sekarang, garam tidak begitu berharga. Namun, menjatuhkan garam masih digunakan untuk menghina seseorang. Tingkah semacam itu bisa menimbulkan perkelahian.

Meski begitu, orang-orang Rusia juga biasa mengatakan, "Bersama-sama mereka makan garam," yang berarti mereka melewati banyak kesulitan bersama. Ungkapan semacam itu ditujukan untuk menggambarkan seorang sahabat sejati.

 

Saksikan video pilihan berikut:

Awal Pertemanan

Orang Rusia Sambut Tamu Dengan Roti dan Garam
Orang Rusia yang menyambut tamunya dengan garam dan roti besar. (Vladimir Smirnov/TASS via RBTH Indonesia)

Menurut tradisi, para tamu disambut oleh gadis-gadis yang mengenakan pakaian nasional dengan sebuah roti bundar berukuran besar di atas handuk dengan botol garam di atasnya. Sang tamu harus hati-hati mematahkan sepotong roti, mencelupkannya ke dalam garam, dan memakannya.

Ini menandakan bahwa kedua belah pihak memulai menjalin persahabatan. Menurut kepercayaan kuno, jika musuh yang paling buruk telah berbagi roti dan garam, mereka akan berdamai.

Versi lain mengatakan bahwa garam melambangkan kemurnian jiwa (garam bisa dikatakan tak memiliki masa kedaluwarsa). Dengan membawa roti dan garam, orang Rusia tak hanya mendoakan kesejahteraan untuk para tamu, tetapi juga mengusir segala sesuatu yang buruk.

Tak lupa, ini juga untuk memerikasa apakah si tamu betul-betul manusia, bukan roh jahat.

Namun, jika sang tamu tidak menerima hadiah ini, dia tidak akan diizinkan masuk ke rumah. Ini dilakukan demi mencegah pandangan jahat dan akal buruknya. Sejak zaman Rusia kuno, tuan rumah yang ramah disebut khlebosolnye (dari kata khleb ‘roti’ dan sol ‘garam’).

Dewasa ini, tradisi semacam ini masih populer. Ritual memberikan roti dan garam dapat kita saksikan selama resepsi resmi serta di restoran-restoran yang disiapkan untuk wisatawan asing.

Namun, Anda hampir selalu bisa melihat ritual ini pada pernikahan tradisional Rusia, ketika orang tua pengantin baru menyambut anak-anak mereka dengan roti dan garam setelah upacara.

Kedua mempelai harus mematahkan sepotong roti, mencelupkannya ke dalam garam, dan meyuapi satu sama lain. Ini adalah tanda bahwa mereka siap untuk berbagi kesulitan dalam hidup dan berjanji untuk selalu menjaga satu sama lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya