3 Final Piala Dunia Paling Ikonik

Piala Dunia 2018 baru berlangsung kurang dari sepekan. Namun telah banyak kejutan yang tercipta pada Piala Dunia yang berlangsung di Rusia.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 20 Jun 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 19:00 WIB
Trofi Piala Dunia ditampilkan dalam Kongres FIFA di Moskow, Rusia, Rabu (13/6). Sebagian pengamat memprediksi Maroko akan gagal untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026. (AP Photo/Pavel Golovkin)
Trofi Piala Dunia ditampilkan dalam kongres FIFA di Moskow, Rusia, Rabu (13/6). Sebagian pengamat memprediksi Maroko akan gagal untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026. (AP Photo/Pavel Golovkin)

Liputan6.com, Moskow - Piala Dunia 2018 baru berlangsung kurang dari sepekan. Namun telah banyak kejutan yang tercipta pada Piala Dunia yang berlangsung di Rusia.

Tim-tim unggulan seperti Argentina, Brasil, dan Jerman harus gigit jari lantaran tak meraih hasil maksimal pada partai pertama. Argentina dan Brasil bermain imbang masing-masing dengan Islandia dan Swiss.

Sementara, nasib Jerman lebih naas lagi. Mesut Ozil dan kawan-kawan kalah 0-1 dari Meksiko.

Yang tidak kalah mengejutkan adalah kiprah tuan rumah, Rusia. Tim polesan Stanislav Cherchesov menjadi tim pertama yang memastikan diri lolos ke fase selanjutnya.

Dengan Piala Dunia yang masih panjang, bukan tidak mungkin kejutan-kejutan baru akan muncul. Partai final Piala Dunia sendiri baru akan dihelat 15 Juli mendatang.

Sebelum partai itu berlangsung, berikut tiga final Piala Dunia paling ikonik pilihan Liputan6.com

 

 

 

1. Final Piala Dunia 1938

Vittorio Pozzo
Vittorio Pozzo (proudstories.com)

Final ini boleh dibilang ikonik lantaran Italia menjadi tim pertama yang berhasil menjuarai Piala Dunia dua kali beruntun. Pada partai final Piala Dunia 1938, Italia mengalahkan Hungaria dengan skor 4-2.

Dua pemain Italia yakni Silvio Piola dan Gino Colaussi menjadi bintang lewat masing-masing dua gol mereka. Hungaria sendiri mencetak dua gol lewat Titkos dan Sarosi.

Pada final edisi 1934, Italia menang 2-1 atas Cekoslovakia lewat gol Raimundo Orsi dan Angelo Schiavo. Dua final edisi 1934 dan 1938 menyisakan beberapa nama legenda seperti Giuseppe Meazza dan sang pelatih Vittorio Pozzo.

2. Final Piala Dunia 1950

Moacir Barbosa
Kiper Brasil di Piala Dunia 1950, Moacir Barbosa. (trivela.uol.com.br)

Piala Dunia 1950 sudah berusia lebih dari enam dekade. Namun kenangan akan partai final di Stadion Maracana itu masih membekas hingga kini.

Ya, partai final antara Uruguay Vs tuan rumah Brasil pantas masuk ke dalam daftar final Piala Dunia paling ikonik. Bagaimana tidak, penonton yang datang ke stadion saat itu mencapai 190 ribu orang lebih.

Hingga kini, tak ada yang menyamai rekor tersebut.

Partai itu juga menjadi ikonik lantaran tragedi yang terjadi selepasnya. Suporter Brasil yang tak terima timnya kalah 1-2 menjadikan kiper Moacir Barbosa sebagai kambing hitam. Kekalahan di final itu juga dikenal dengan sebutan Maracanazo.

Sejak kekalahan itu, Brasil jarang sekali memakai kiper kulit hitam. Pengecualian terjadi pada sosok Dida yang sempat mengawal gawang Brasil di beberapa Piala Dunia.

3. Final Piala Dunia 1990

Ini, Rekaman Final Piala Dunia Jerman-Argentina
Jerman Barat unggul 1-0 atas Argentina di Final Piala Dunia Roma 1990. Tampak, pemain depan Jerman Barat, Rudi Voeller berebut bola dengan Ernesto Simon (Argentina - kiri), 8 Juli 1980, (AFP PHOTO)

Di era modern, final Piala Dunia 1990 layak masuk dalam daftar. Pasalnya, partai final antara Jerman Barat Vs Argentina ini dilabeli sebagai final Piala Dunia paling kotor.

Bagaimana tidak, dua kartu merah terpaksa keluar dari kantong wasit. Dua kartu merah itu ditujukan untuk dua pemain Argentina, Gustavo Dezotti dan Pedro Monzon.

Salah satu pelanggaran cukup keras dibuat Dezotti kepada bomber Jerman, Jurgen Klinsmann. Saking kerasnya, harian Amerika Serikat, The New York Times melabeli pelanggaran itu sebagai tendangan leher dari pegulat profesional.

Jerman Barat sendiri keluar sebagai juara berkat gol tunggal, Andreas Brehme yang dicetak dari tendangan penalti. Kemenangan ini sekaligus membalaskan dendam kekalahan 2-3 dari Argentina pada final edisi 1986.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya