Jakarta - Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, dan pebulutangkis Jepang, Kento Momota, menyuguhkan permainan kelas dunia pada final China Terbuka 2018, Minggu (23/9/2018). Anthony berharap dirinya dan Momota bisa menjadi generasi baru tunggal putra dunia.
Laga final di Changzhou, China, tersebut akhirnya dimenangi Anthony. Pemain berusia 221 tahun tersebut mengakui Momota benar-benar lawan yang sulit. Apalagi Momota memang lebih diunggulkan pada laga tersebut karena grafik permainannya sedang moncer.Â
Menurut Anthony, Momota adalah salah satu pemain cerdas yang bisa membaca lawannya saat pertandingan.
Advertisement
"Menurut saya, Momota adalah pemain yang pintar, dia bisa membaca kalau lawannya tidak percaya diri. Tiap bertemu dia, pertandingan tidak akan berjalan mudah," kata Anthony, seperti dilansir situs PBSI, Selasa (25/9/2018). Â
"Ke depannya, semoga kami bisa menjadi generasi baru di tunggal putra," imbuh Anthony.
Kemenangan itu merupakan yang kedua dibukukan Anthony atas Momota. Pada pertemuan sebelumnya di babak kedua Asian Games 2018, Anthony juga menang dua gim langsung, 21-18, 21-18.
"Di gim pertama saya memimpin jauh, saat tersusul itu saya membuat sebuah kesalahan besar. Ini membuat saya kaget, saya tidak berekspektasi hasilnya begini," ujar Momota final China Terbuka.
"Bisa dibilang ini memang penyebab kekalahan saya, saat sudah dekat dengan kemenangan tapi kamu belum bisa mengamankan poin itu. Intinya, walaupun sudah memimpin jauh, tapi belum mengamankan poin kemenangan, jangan sampai membuat kesalahan sekecil apa pun. Saya tidak pernah mengalami kejadian ini sebelumnya. Ini adalah pelajaran buat saya, saya tidak boleh membiarkan ini terjadi lagi," urai Momota tentang kekelahannya dari Anthony Sinisuka Ginting.
Â
Â