Liputan6.com, Jakarta MotoGP 2019 sudah merampungkan satu seri di Qatar dengan menampilkan pembalap Mission Winnow Ducati, Andrea Dovizioso sebagai juara. Pembalap asal Italia ini berhasil mengalahkan para rival terberat di balapan malam Sirkuit Losail, Doha Qatar pada 10 Maret lalu.
Pertarungan perebutan juara berlangsung sengit. Saling salip sempat terjadi di lintasan antara Dovizioso dengan Marc Marquez.
Baca Juga
Advertisement
Pembalap Repsol Honda ini beberapa kali salip Dovizioso di tikunan. Namun Dovi dengan tunggangan Desmosedici GP19 selalu sukses menangi tarung di trek lurus.
Usai balapan, Dovizioso merayakan kemenangan dengan suka ria. Pembalap yang meraih posisi dua, Marquez dan podium ketiga Cal Cruthlow (LCR Honda) juga ucapkan selamat kepada Dovizioso.
Tak ada yang masalah dengan berlangsungnya balapan. Semuanya tetap saling menghormati hasil yang terjadi di balapan, nyaris tak ada kontroversi.
Namun sehari setelah balapan MotoGP Qatar digelar, empat tim tiba-tiba melancarkan protes dengan kemenangan Ducati. Empat tim tersebut yaitu Honda, Aprilia, Suzuki dan KTM.
Mereka sepakat protes dengan penggunaan winglet atau sayap kecil di bagian swingarm motor Desmosedici. Mereka menilai hal ini menguntungkan aerodinamika motor.
Namun Ducatipun berdalih tetap benar. Mereka menilai benda berbentuk sayap itu digunakan hanya untuk membuat ban belakang motor tetap dingin. Sebenarnya protes keempat tim sudah ditolak, tapi keempatnya tetap mengajukan ini ke komite banding MotoGP.
CEO Aprilia, Massimo Rivola salah satu pihak yang memprotes winglet mengaku sempat berpikir untuk melakukan hal serupa di motor Aprilia. Namun penyelenggara MotoGP mengatakan perangkat serupa hanya bisa dipakai saat hujan.
Ini mengacu kepada pilihan Yamaha pada seri terakhir MotoGP 2018 yang memakai sebuah alat menyerupai sendok di bagian swingarm. Alat ini berfungsi mengatur cipratan air saat balapan basah.
"Jawaban pada 19 Februari lalu menegaskan alat seperti itu hanya dipakai saat kondisi hujan, jadi kami hentikan keinginan memakai alat yang sama," ujar Rivola seperti dikutip Motorsport.
"Kami bukan hanya memprotes Ducati, kami tak mau menjelek-jelekkan satu pihak. Yang kami permasalahkan itu jawaban email 19 Februari lalu."
Semakin Panas
Protes dari keempat tim membuat kubu Ducati sedih. Soalnya, masalah serupa biasanya dibicarakan secara internal, di antara para pabrikan yang berlaga di MotoGP.
Konfrontasi Ducati dan empat pabrikan dapat pula menandai titik balik hubungan antara para pabrikan yang tergabung dalam MSMA, yakni Asosiasi Pabrikan Motor Sports yang pada 2018 menunjuk CEO Ducati, Claudio Domenicali, sebagai presidennya.
Skuat Borgo Panigale menilai, bahwa protes dan banding berarti perubahan paradigma mengenai penyelesaian masalah teknis, yang hingga kini selalu diperdebatkan secara tertutup di dalam MSMA.
“Kami agak bingung.Sebelum balapan di Qatar, berbagai perselisihan, dan yang begitu banyak, selalu diselesaikan baik dalam MSMA (Asosiasi Pabrikan Motor Sports) atau melibatkan Direktur Teknis," kata bos Ducati Motorsport, Gigi Dall'agna seperti dikutip MotoGP.com.
“Ini pertama kalinya ada tim yang memutuskan untuk mengajukan protes terhadap tim lain berdasarkan keraguan teknis. Ini menandai perbedaan yang jelas dari masa lalu, perbedaan negatif.”
Balapan MotoGP 2019 menjadi tidak kondusif seperti sebelum-sebelumnya. Kini, balapan tidak saja panas di lintasan tapi juga di luar lintasan.
Advertisement
Kedodoran
Di luar masalah protes terhadap winglet Ducati, tim asal Panigale ini disinyalir memang sudah melakukan inovasi yang bagus di motor Desmosedici mereka. Honda Repsol salah satu pihak yang khawatir dengan ini.
Marc Marquez misalnya mengakui Honda saat ini masih khawatir dengan kekuatan mesin Ducati saat melahap trek lurus.
"Kami di Honda terobsesi dengan top speed. Saat kami lihat motor lain lebih cepat ketimbang kami, kami tak akan menolerirnya," kata Marquez.
"Saat Anda punya mesin kuat, ada mekanik dan alat yang bisa pecahkan masalah."
Dalam hal top speed, Andrea Dovizioso malah tidak pernah mencatatkan itu di balapan MotoGP Qatar. Para pembalap Honda justru menguasai top speed di sirkuit Losail.
Menurut Direktur Sport Ducati, Paolo Ciabatti, alasan timnya kalah dalam hal top speed dikarenakan perubahan bentuk fairing.
"Tahun lalu Dovizioso membalap di Qatar tanpa sayap di fairing, ini membuat Anda bisa meraih kecepatan maksimum," ujar Ciabatti.
"Regulasi kini mengharuskan Anda mendesain fairing dengan winglet. Anda tak bisa menghapus pengarunya di beberapa sirkuit. Ini membuat kecepatan kami berkurang," katanya.