Kiev - Setelah gantung sepatu, banyak hal tak terduga yang dilakukan manusia, termasuk pesepak bola. Bersinar di lapangan hijau, tak sedikit pemain yang memutuskan untuk meninggalkan dunia si kulit bundar.
Ragam profesi menjadi pilihan para mantan bintang sepak bola, meski sebagian besar tak bisa keluar dari garis lapangan. Namun, banyak juga yang membuat langkah mengejutkan.
Baca Juga
Untuk Ungguli Myanmar di Piala AFF 2024, Timnas Indonesia Perlu Menang Telak melawan Filipina Karena Ini
Jelang Laga Filipina di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong Dapat Saran Mainkan Asnawi Mangkualam dan Arhan Pratama Selama 90 Menit Lebih
Legenda Timnas Indonesia Beri Pesan kepada Striker Lokal: Tetap Percaya Diri, Bersaing Secara Sehat dan Tingkatkan Latihan!
Satu di antara profesi setelah memutuskan pensiun adalah terjun ke dunia politik praktis. Ada beberapa mantan bintang ternama sepak bola yang 'mengadu nasib' ke ranah itu.
Advertisement
Berikut ini beberapa mantan pesepak bola yang memilih dunia politik sebagai karier riil setelah pensiun.
Romario
Romario adalah sosok legenda sepak bola Brasil yang meraih gelar Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Ia membela sejumlah klub terkenal di Eropa seperti PSV Eindhoven, Barcelona, dan Valencia.
Saat ini, Romario terjun di dunia politik. Pada Pemilu 2010 di Brasil, Romario terpilih sebagai anggota dewan melalui Partai Sosialis Brasil. Sang mantan bomber pernah menolak digelarnya Piala Dunia 2014 di negaranya karena masuk dalam kasus korupsi dan pencucian uang.
Pada tahun 2014, Romario mengumumkan akan mencalonkan diri masuk ke zona senat Brasil pada Pemilu 2014, dan berhasil ketika mewakili Rio de Janeiro. Pada 2017, Romario resmi meninggalkan Partai Sosialis Brasil dan bergabung dengan Podemos sebagai presiden partai wilayah Rio de Janeiro.
Romario mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Rio de Janeiro pada pemilu Brasil. Namun, ia gagal karena menempati posisi keempat dengan mengoleksi 8,6 persen.
Â
Advertisement
Andriy Shevchenko
Andriy Shevchenko pernah berstatus penyerang berbahaya. Legenda sepak bola Ukraina tersebut pernah membela Dynamo Kiev, AC Milan, dan Chelsea. Ia mencetak 48 gol dari 111 penampilan bersama timnas Ukraina. Raihan golnya bersama timnas membuat Shevchenko menjadi top skor Ukraina sepanjang sejarah.
Shevchenko mendukung Partai Sosial Demokrat Ukraina. Saat Pemilihan Presiden Ukraina 2004, legenda Ukraina tersebut secara terbuka mendukung kandidat Viktor Yanukovych.
Setelah pensiun sebagai pemain sepak bola profesional pada 2012, Sheva bergabung dengan Partai Ukraina Maju dan membantu partai tersebut menempati posisi kedua pemilihan parlemen Ukraina pada tahun yang sama.
Â
Hakan Sukur
Hakan Sukur memiliki julukan Banteng Bosphorus. Ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa di timnas Turki berkat koleksi 51 gol dari 112 caps.
Hakan Sukur pernah membela beberapa klub seperti Sakaryaspor, Bursaspor, Galatasaray, Torino, Inter Milan, Parma, dan Blackburn Rovers. Namun, top skor Turki ini lebih dikenang sebagai pemain Galatasaray. Bersama raksasa Turki tersebut, Sukur mencetak 295 gol dari tiga kali periode membela klub tersebut.
Terjun ke dunia politik, Sukur terpilih sebagai anggota parlemen untuk Majelis Nasional Turki pada pemilu 2011 dari Partai Keadilan dan Pembangunan. Pada tahun 2013, Sukur dikenal karena memiliki hubungan dengan Gerakan Islam Gulen dari ulama Turki Fethullah Gulen.
Pada 2016, Sukur sempat mendapat masalah hukum karena menghina presiden Erdogan melalui akun Twitternya. Sukur pergi dari Turki pada 2017 menuju San Francisco, California. Ia menggeluti bisnis kuliner sebagai pemilik restoran di Palo Alto.
Â
Advertisement
Sol Campbell
Sol Campbell pernah membela dua klub London Utara, yaitu Arsenal dan Tottenham Hotspur. Eks bek Inggris tersebut telah mencatat 73 penampilan bersama The Three Lions dan mencetak sebuah gol selama karier internasionalnya.
Selain Arsenal dan Tottenham Hotspur, Campbell pernah membela klub Inggris lain seperti Portsmouth, Notts County, dan Newcastle United. Pada 2013, Campbell pernah membela buruh terkait kebijakan Konservatif.
Setahun setelahnya, dia mengkritisi proposal Ed Miliband mengenai pajak rumah atas properti yang melebihi nilai 2 juta pounds. Eks bek Arsenal ini mempertimbangkan bergabung dengan Partai Konservatif. Hal ini dilakukan Campbell untuk menarik suara dari pemilih berkulit hitam.
Campbell juga mengkritisi kasus rasial di badan federasi sepak bola Inggris, The FA. Ia menilai federasi telah melakukan tindakan rasis karena tidak pernah menaruh ban kapten pada lengannya.
Pada 2015, Campbell mencalonkan diri sebagai wakil dari Partai Konservatif untuk wilayah London dalam pemilihan 2016. Campbell juga mendukung Inggris untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa pada referendum 2016. (Bola.com/Tegar Juel)
Sumber: FourFourTwo, SkySports
Disadur dari Bola.com (Nurfahmi Budiarto / Nurfahmi Budiarto)