Gengsi Derby Milan Berujung Nyinyiran Hingga Karier Sang Allenatore

Giampaolo belum juga komposisi terbaik timnya, padahal sudah empat laga ia jalani bersama AC Milan. Politisi Italia menilai Milan sebagai klub bodoh dan menggelikan.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 25 Sep 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2019, 17:15 WIB
Inter Milan Taklukan AC Milan
Aksi penyelamatan dilakukan Gianluiggi Donarumma pada laga lanjutan Serie A yang berlangsung di Stadion San Siro, Milan, Senin (18/3). Inter Milan menang 3-2 atas AC Milan. (AFP/Miguel Medina)

Liputan6.com, Milan - AC Milan kembali tak berdaya saat menghadapi rival satu kota Inter Milan. Teranyar, dalam laga penuh gengsi bertajuk Derby della Madonnina, Minggu 22 September 2019, Rossoneri kalah dua gol.

Kekalahan memalukan dari Inter ini, seperti puncak dari rentetan performa negatif AC Milan yang memang jauh dari memuaskan pada pekan-pekan awal Liga Italia musim ini. Dalam 4 pertandingan pertama, mereka hanya meraih 6 poin.

Efek kegagalan AC Milan di Derby della Madonnina ternyata berimbas besar. Bukan hanya kritikan, perjalanan karier sang pelatih, Marco Giampaolo, juga terancam. Ini gara-gara mantan pelatih Sampdoria tersebut, dinilai manajemen salah dalam pemilihan skuat.

Gazetta Dello Sport manajemen klub murka karena Giampaolo membuat kesalahan fatal ketika lebih memilih memainkan Lucas Biglia dibanding Ismael Bennacer. Mereka kemudian memberi "ultimatum" kepada Giampaolo, yakni harus membawa AC Milan meraih hasil lebih baik dalam 3 pertandingan ke depan.

Giampaolo yang didatangkan awal musim ini dengan harapan bisa membawa taktik baru, justru seperti kebingungan. Pria 51 tahun itu belum juga komposisi terbaik timnya, padahal sudah empat laga ia jalani bersama AC Milan di ajang Serie A dengan hasil dua menang dan dua kali kalah.


Gonta-ganti Formasi

Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo.
Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo. (AP Photo/Mary Schwalm)

Komposisi pemain starter AC Milan selalu berubah setiap pekan. Eks pelatih Empoli ini, juga tak melakukan pergantian dari satu pekan ke pekan berikutnya.

Contohnya, pada laga perdana kontra Udinese, Giampaolo memainkan pola 4-3-1-2 andalannya. Tapi, Rossoneri tampil buruk pada pertandigan itu.

Selama pertandingan, tim Giampaolo gagal melepaskan satu tembakan akurat ke gawang, sesuatu yang baru dilakukan Milan lima kali dalam sepuluh tahun terakhir.

Giampaolo mengatakan kepada Sky Italia setelah pertandingan bahwa ia akan membatalkan sistem favoritnya 4-3-1-2 di Milan untuk mendukung formasi lain. Dan, di pekan kedua Giampaolo mengubah pola menjadi 4-3-2-1.


Klub Menggelikan

Milan Vs Inter
Striker Inter Milan, Lautaro Martinez, berusaha melewati bek AC Milan, Mateo Musacchio, pada laga Serie A di Stadion San Siro, Milan, Sabtu (21/9). Milan kalah 0-2 dari Inter. (AFP/Miguel Medina)

Situasi ini tentu saja mendapat sorotan dari fans AC Milan. Dilansir dari Sempremilan.com, Luca Lucci, kepala kelompok ultras Milan Curva Sud, menyatakan keraguannya soal kemampuan Giampaolo.

“Harapannya berbeda dan pernyataan pelatih di akhir pertandingan membuat semua orang terlantar! Tetapi tim dan permainan tidak dapat dibangun dalam dua bulan dan dengan sejumlah besar pemain yang baru saja kembali ke kebugaran penuh!

Yang cukup menyakitkan adalah kritikan dari politisi Italia, Matteo Salvini. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Italia itu, menganggap Milan sebagai klub bodoh dan menggelikan usai menyaksikan laga Derby della Madonnina.

"Ini adalah pertama kalinya saya meninggalkan stadion lebih awal saat derby," kata Salvini kepada Telelombardia.

"Saya berharap klub [AC Milan] memiliki ide, sesuatu yang belum dimilikinya dalam beberapa tahun terakhir," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya