Liputan6.com, Jakarta Pemain timnas Indonesia, Pratama Arhan, melakukan lompatan besar dalam karier sepak bolanya. Pemain asal Semarang tersebut rela meninggalkan klub kampung halamannya, PSIS Semarang, di level tertinggi Indonesia untuk bergabung dengan tim Divisi II Liga Jepang, yakni Tokyo Verdy.
Meski berstatus bintang di Tanah Air, Tokyo Verdy tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk memboyongnya ke Jepang. Pasalnya, PSIS Semarang telah sepakat untuk melepasnya secara gratis.
Pratama Arhan menyambut baik kontrak Tokyo Verdy. Keberangkatan pemain berusia 22 tahun itu menuju Negeri Matahari Terbit kini tinggal menunggu seluruh persyaratan administrasi rampung.
Advertisement
"Saya sangat senang bergabung dengan Tokoy Verdy, salah satu klub tersukses di Liga Jepang. Saya mohon dukungannya kepada semuanya untuk perjuangan saya di sini," kata Pratama Arhan.
Arhan menjadi pemain keempat dari Indonesia yang mencicipi kompetisi Jepang. Sebelumnya ada Ricky Yacobi yang direkrut Matsushita Electric FC (sekarang Gamba Osaka), lalu Irfan Bachdim, dan kemudian Stefano Lilipaly. Keberangkatan Pratama ke Jepang juga menambah panjang pemain-pemain timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong yang memilih berkarier di luar negeri.Â
Â
Â
Berawal dari Klub Bisbol
Tokyo Verdy merupakan klub profesional Jepang yang berbasis di Chofu, Tokyo. Klub yang didirikan pada tahun 1969 itu tercatat sebagai klub tersukses di Jepang dengan koleksi 25 gelar, termasuk 2 gelar J.League, 5 Piala Kaisar, 6 Piala JSL / Piala J.League dan gelar Liga Champions Asia.
Klub yang awalnya bernama Yomiuri FC itu tumbuh seiring meningkatnya animo warga Jepang terhadap sepak bola menyusul keberhasilan Samurai Biru merebut emas di Olimpiade Meksiko 1968. Presiden Asosiasi Sepak Bola Jepang kala itu, Yuzuru Novu, kemudian bertemu dengan Matsutaro Shoriki, pemilik salah satu klub bisbol tersukses di sana, Yomiuri Giants. Novu meminta Shoriki untuk membentuk klub sepak bola demi meningkatkan atmosfer yang tengah tumbuh di negaranya.Â
Shoriki mengabulkan permintaan itu. Sebelum meninggal setahun kemudian, Shoriki sempat membentuk klub sepak bola yang diberi nama  Yomiuri FC--cikal bakal Tokyo Verdy saat ini.
Awalnya klub ini berlaga di Liga Lokal B atau divisi V Liga Jepang pada tahun 1969. Satu per satu level kompetisi berhasil dilewati sampai akhirnya pada tahun 1978, Yoimuri promosi ke Divisi Utama Japan Soccer League. Gelar bergengsi pertama yang diraih adalah Piala Liga Jepang pada tahun 1979.Â
Seiring berjalannnya waktu, klub ini terus berkembang dan mencapai era kejayaannya pada tahun 1983-1994. Kehadiran J League di awal 1990 ikut memaksa Yomiuri bersolek dengan menghadirkan bintang-bintang Jepang, seperti Kazuyoshi Miura, Ruy Ramos, dan Tsuyoshi Kitazawa.
Kompetisi tahun 1990/91 dan 1991/92 menjadi dua musim terakhir klub ini menjuarai J League di bawah nama Yomiuri FC. Sementara pada musim 1993 dan 1994, klub meraih juara dengan nama Kawasaki Verdy. Perubahan ini menyusul pergantian JSL menjadi J League yang lebih profesional. Verdy sendiri berasal dari bahasa Portugal, Verde atau biru, warna kostum kebanggaan mereka.Â
Â
Advertisement
Krisis Finansial
Seperti perjalanan klub-klub profesional lainnya, Tokyo Verdy juga punya masa kejatuhan. Era keterpurukan tim berlambang Elang itu berlangsung sejak 1995 hingga 2000. Saat itu, prestasi Verdy terus melorot. Pemasukan yang sulit dan pengeluaran yang besar untuk gaji pemain juga membuat keuangan klub morat-marit. Ambisi untuk menjadi Klub Jepang ambyar menyusul minimnya dukunga fans lokal di Kawasaki. Verdy tidak mampu bersaing dengan dua tim yang lebih profesional dari kawasan yang sama, yakni Kawasaki Frontale dan dua tim tetangga, Yokohama Marions dan Flugels.
Situasi ini kemudian memaksa klub pindah ke Tokyo pada tahun 2001 dan berganti nama menjadi Tokyo Verdy 1969. Namun, pilihan ini tidak membuat perjalanan klub lebih mulus. Apalagi di kota yang sama sudah lebih dulu hadir klub sepak bola yang sejak 2000 berlaga di J League 1, FC Tokyo.
Â
Markas Tokyo Verdy
Kedua klub bermarkas di stadion yang sama, yakni Ajinomoto Stadium. Stadion yang mengusung nama salah satu produk penyedap rasa populer di Indonesia itu memiliki kapasitas hampir 50 ribu penonton.
Stadion yang berada di Cofu ini merupakan stadion pertama di Jepang yang menawarkan hak penamaan kepada sponsor. Itu sebabnya nama awalnya, yakni Tokyo Stadium, berubah setelah perusahaan makanan ternama asal Jepang, Ajinomoto, bersedia menjadi sponsor utama pada tahun 2003 hingga 2008 dengan nilai kontrak mencapai 10 juta USD atau sekitar Rp142,6 Miliar.
Kontrak ini diperbarui pada November 2007 dan diperpanjang selama 6 tahun senilai 1,4 miliar yen hingga Februari 2014. Dan pada Oktober 2013, kedua kontrak diperpanjang lagi hingga Februari 2019
Namun, Verdy kalah mentereng. Jumlah pendukungnya juga tidak meningkat signifikan. Celakanya, prestasi Verdy tidak stabil sampai akhirnya mengalami masa terburuk, yakni degradasi ke divisi II pada tahun 2005. Ini merupakan perjalanan terburuk Verdy dalam 28 tahun terakhir perjalanan mereka.Â
Verdy sebenarnya sempat kembali ke divisi utama J League pada tahun 2008. Saat itu, namanya kembali berubah menjadi Tokyo Verdy. Sayang, di tahun yang sama Verdy hanya mampu finis di urutan ke-17 pada sehingga harus terdegradasi kembali ke divisi II J League dan bertahan hingga kini. Â
Â
Advertisement
Profil Singkat Tokyo VerdyÂ
Berdiri: 1969
Liga: J League Divisi II
Markas: Ajinomoto Stadium
Pelatih:Â Hideki Nagai
Prestasi :Â
JSL Divisi I1983, 1984, 1986–87, 1990–91, 1991–92, 1993, 1994
JSL Divisi II1974, 1977
JSL Cup/J League Cup1979, 1985, 1991, 1992, 1993, 1994
Piala Kaisar1984, 1986–87, 1987–88, 1996, 2004
Asian Club Championship / AFC Champions League: 1987
Â
Â