Kekejaman pada Latihan Senam Inggris Terkuak: Atlet Sampai Dehidrasi Agar Tidak Dipermalukan

Dalam laporan setebal 306 yang diterbitkan pada Kamis (16/6/2022), The Whyte Review, juga menuding budaya kejam itu berlaku secara sistematis dan diketahui federasi olahraga senam Inggris.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 17 Jun 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 17:30 WIB
Atlet senam Inggris
Atlet senam asal Inggris, Max Whitlock of Great Britai (AFP).

Liputan6.com, Jakarta Dugaan kekejaman dalam pembinaan atlet senam di Inggris lambat-laun akhirnya terkuak. Laporan penyelidik independen, The Whyte Review telah menemukan berbagai kekerasan baik secara fisik maupun emosional yang kerap diterima para pesenam dari para pelatihnya saat menjalani latihan. 

Dalam laporan setebal 306 yang diterbitkan pada Kamis (16/6/2022), The Whyte Review, juga menuding budaya kejam itu berlaku secara sistematis dan diketahui federasi olahraga senam Inggris. 

 

Whyte Review seperti dilansir dari Sky Sports telah memeriksa lebih dari 400 keluhan. Dalam temuannya, Whyte Review menulsikan kalau tidak jarang pelatih mempermalukan atlet-atletnya karena berat badan mereka. Dalam beberapa kasus, atlet juga ada yang dipaksa bergantung di ring dalam waktu cukup lama sebagai bagian dari hukuman atas keterlambatan mereka. 

Sementara atlet lain pernah dihukum berdiri selama dua jam di atas balok keseimbangan. Dan yang tak kalah kejam, atlet-atlet ada yang dilarang minum dan ke toilet selama latihan yang cukup lama.  

Alet lain kepada Whyte Review juga menyampaikan, kalau para pelatih sudah melontarkan sumpah-serapah kepadanya sejak usia 9 tahun. "Para pelatih akan berteriak dan membentak dalam jarak yang cukup dekat dengan wajah hingga saya bisa mencium aroma napas dan merasakan ludah mereka mendarat di wajah saya," bunyi kesaksian atlet lain dalam laporan yang ditulis Whyte Review. 

Siksaan mental lainnya didapat saat atlet senam ketika tidak dapat menyelesaikan gerakan dengan baik. Mereka akan disuruh mengenakan 'topi bodoh' sebagai hukumannya. Tindakan ini dilakukan agar para pesenam merasa malu dan akhirnya terdorong untuk melakukan gerakan yang diinginkan pelatih.

 

 

Momok Timbangan

Ilustrasi timbangan | Freepik
Ilustrasi timbangan | Freepik

Momok menyeramkan lainnya adalah timbangan. Dalam laporannya Whyte Review menyampaikan bila para atlet sangat sering mendapat pelecehan verbal saat berat badannya tidak sesuai harapan. Akibatnya para atlet terpaksa melakukan tindakan-tindakan yang dianggap tidak sehat untuk diet. 

"Pesenam melakukan apa yang hanya bisa digambarkan sebagai langkah yang tidak sehat, seperti membersihkan diri atau dehidrasi demi menjaga berat badan mereka turun untuk memenuhi tuntutan pelatih mereka," Whyte Review menuliskan dalam laporannya. Di luar tindakan kejam, penyelidikan Whyte Review juga menemukan sejumlah kasus yang mengarah kepada tindak pelecehan seksual. 

Pengakuan yang tak kalah memilukan adalah pengalaman seorang atlet berusia 7 tahun yang diduduki oleh seorang pelatih untuk menyempurnakan gerakan split-nya. Atlet lain mengaku sangat takut kalau kaki mereka akan 'patah' selama proses di mana mereka dipaksa didorong ke bawah.  

 

Sikap Otoritas Olahraga Inggris

Atlet senam
Atlet senam asal Inggris Raya, Nile Wilson of Great Britain. (AFP)

The Whyte Review mulai melakukan penyelidikan mulai tahun 2020 lalu menyusul mencuatnya dugaan pelecehan dan perlakuan buruk dalam olahraga senam Inggris. Dibantu oleh pewarkilan dari otoritas olahraga Inggris, penyelidikan ini dipimpin oleh Anne Whyte QC. Selain memberi 17 rekomendasi, Anne juga mengatakan ombudsman olahraga akan menjadi "langkah nyata menuju ke arah yang benar".

Otoritas Olahraga Inggris mengaku terkejut dengan temuan ini. Mereka juga berjanji akan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kejadian tersebut terulang lagi di kemudian hari. 

"Kami ingin secara terbuka mengakui dan berterima kasih kepada semua orang yang berani maju ke depan. Suara Anda didengar. Anda telah memainkan peran penting dalam membentuk masa depan senam di Inggris, untuk membantu membuatnya aman dan inklusif bagi generasi mendatang untuk datang," bunyi pernyataan bersama UK Sport dan Sport England seperti dilansir dari BBC. 

"Kewajiban merawat atlet dan peserta adalah tanggung jawab badan pengatur nasional. Senam Inggris jelas gagal dalam hal ini. Niat kami adalah terus mendanai Senam Inggris, karena kami percaya bahwa penarikan dana tidak hanya akan mencegah mereka menerapkan perubahan penting yang diuraikan dalam laporan, tetapi juga berdampak negatif pada dukungan dan kesejahteraan pesenam sekarang."

"Namun, kami jelas bahwa pendanaan lanjutan untuk Senam Inggris akan bergantung pada tim kepemimpinan barunya yang membuat perubahan signifikan pada olahraga, dengan jadwal yang ditetapkan dalam rekomendasi laporan."

 

Bukan Kejadian Pertama

Kejamnya pembinaan atlet senam bukan hanya terjadi di Inggris saja. Di Amerika Serikat, praktik seperti ini juga lazim terjadi. Sebelum laporan The Whyte Review mencuat, Netflix juga merilis film dokumenter berjudul Athlete A. Film ini bercerita tentang pelecehan seksual yang dialami para atlet. 

Sementara itu, beberapa tahun lalu, foto-foto latihan para pesenam cilik di China juga sempat menggemparkan dunia. Di usia yang sangat muda, mereka sudah menjalani latihan berat. Tidak jarang dari mereka sampai harus meneteskan air mata menahan sakit atau lelah menjalani program tersebut. 

Seluruh upaya keras ini dilakukan demi memenangkan persaingan di pentas dunia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya