Mengenal Matheus Cunha, Pemain Incaran Terbaru MU: Minim Gol dan Punya Jejak Perilaku Buruk

Bukan rahasia lagi, MU kesulitan tanpa penyerang. Anthony Martial tengah berkutat dengan cedera, sementara Cristiano Ronaldo sepertinya mulai ogah-ogahan bertahan di Old Trafford.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 16 Agu 2022, 19:15 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2022, 19:15 WIB
Atletico Madrid vs Real Madrid
Pemain depan Real Madrid Lucas Vazquez (kiri) berebut bola dengan penyerang Atletico Madrid Matheus Cunha dalam laga pekan ke-35 Liga Spanyol di Wanda Metropolitano, Senin (9/5/2022) dini hari WIB. Atletico Madrid berhasil menang dengan skor tipis 1-0 atas Real Madrid. (GABRIEL BOUYS / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Nama Matheus Cunha mulai dikaitkan dengan Manchester United atau MU. Pemain asal Brasil itu digadang-gadang bakal jadi pembelian Setan Merah di pengujung bursa transfer musim panas ini. 

MU baru saja melewati dua pekan yang sulit di Liga Inggris 2022/2023. Setan Merah mengalami kekalahan beruntun saat bersua Brighton (1-2) dan Brentford (0-4). Hasil ini membuat Manchester United yang kini ditangani Erik Ten Hag harus terjerembab hingga ke dasar klasemen sementara. 

Bukan rahasia lagi, MU kesulitan tanpa penyerang. Anthony Martial tengah berkutat dengan cedera, sementara Cristiano Ronaldo sepertinya mulai ogah-ogahan bertahan di Old Trafford. Pemain asal Portugal itu seperti diketahui ngotot ingin pindah klub agar tetap berlaga di Liga Champions.

Di tengah situasi ini, MU baru baru hanya kedatangan tiga pemain baru. Nama terakhir yang mendarat di Old Trafford adalah Lisandro Martinez yang berposisi sebagai pemain bertahan. Sementara dua nama lainnya, yakni Christian Eriksen dan Tyrell Malacia juga bukanlah sosok penyerang yang dibutuhkan. 

Guna melengkapi kepingan yang hilang tersebut, MU pun dikabarkan mendekati Cunha. Penyerang Atletico Madrid itu diharapkan mampu mengisi kekosongan di lini depan Setan Merah saat ini. 

Menurut TalkSport, proses negosiasi sudah berjalan. Kemungkinan MU akan menebus pemain berusia 23 tahun tersebut dengan harga berkisar 50 juta euro atau setara dengan Rp749 Miliar. Angka ini meningkat 20 juta euro ketimbang harga yang dikeluarkan Atletico saat memboyongnya ke Madrid. 

 

 

 

 

Siapa Matheus Cunha?

La Liga Real Madrid vs Atletico
Bek Real Madrid Dani Carvajal (depan) bersaing dengan pemain depan Atletico Madrid Matheus Cunha pada pekan ke-17 Liga Spanyol di Santiago Bernabeu, Senin dini hari WIB (13/12/2021). Real Madrid berhasil menaklukkan rival sekotanya Atletico Madrid dengan skor 2-0. (OSCAR DEL POZO / AFP)

Cunha lahir di timur laut Brasil, 23 tahun lalu. Dia merupakan penyerang yang sudah mengantongi 7 caps bersama timnas senior Brasil. 

Cunha menghabiskan seluruh karier profesionalnya di Eropa. Dimulai dari klub asal Swiss, Sion saat masih remaja lalu menghabiskan waktu di Jerman sebelum akhirnya pindah ke Atletico Madrid.

Di musim pertamanya di Swiss (2017-2018), Cunha mencetak 10 gol di liga teratas di sana. Dia kemudian pindah ke RB Leipzig dan mencetak dua gol. Salah satunya jadi gol terbaik Bundesliga di bulan April 2019 saat dia membantu Leipzig memenangkan pertarungan melawan Bayern Leverkusen. 

Mantan manajer MU, Ralf Rangnick punya peran besar dalam mengorbitkan Cunha. Dia merupakan sosok yang membawa Cunha ke Jerman. Seperti diketahui, pria yang kini menangani timnas Austria itu sempat menjabat sebagai pelatih Die Roten Bullen--julukan RB Leipzig-- pada musim 2018-2019.

 

Bersinar di Level U-23

Foto: Brasil Raih Medali Emas usai Bungkam Spanyol di Final Olimpiade Tokyo 2020
Pada menit ke-45+2, Timnas Brasil akhirnya mampu unggul lebih dulu. Umpan Dani Alves mampu dituntaskan Matheus Cunha menjadi gol dengan tembakan kaki kanan. Hingga jeda, skor 1-0 untuk keunggulan Brasil tetap bertahan. (Foto: AP/Andre Penner)

Meski memukau lewat gol fantastis ke gawang Leverkusen, pada kenyataannya Cunha hanya mencetak dua gol selama 18 bulan bermain di Liga Jerman. Kontribusinya lebih banyak di Europa League. Fans Celtic mungkin masih ingat kontribusi Cunha saat membawa Leipzig menang di Red Bull Arena.   

 

Cunha kemudian pindah ke Hertha Berlin pada pertengahan musim 2019-2020. Dia ikut membantu Berlin finis di posisi papan tengah. Tantangan bagi Hertha Berlin semakin berat di musim berikutnya. Namun 7 gol Cunha--setelah 5 gol musim sebelumnya--menjadikannya salah satu top scorer di tim. 

Di level timnas Brasil, Cunha bukan siapa-siapa. Dia sama sekali belum mencetak gol.

Hanya saja, performa Cunha sangat bersinar di level U-23. Dia mampu mencetak 21 gol, termasuk 3 gol pada Toulon Tournament 2019 dan 4 gol di Olimpiade Tokyo 2020 di mana Cunha mencetak gol pembuka bagi kemenangan Brasil melawan Spanyol di babak final. Duel ini berakhir 2-1.  

 

 

Komentar soal Cunha

MU vs Burnley
Manajer Manchester United Ralf Rangnick sebelum pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Burnley di Old Trafford di Manchester, Inggris, Kamis, 30 Desember 2021. (AP Photo/Rui Vieira)

Rangnick sangat mengenal Cunha. Menurutnya, dia adalah pemain yang brilian. 

"Kecepatan dan ancaman serangannya untuk anak seusianya sangat impresif dan dia akan cocok dengan filosofi kami," katanya seperti dilansir dari Mirror. 

Sayang, tidak semua berkomentar positif tentang Cunha. Bruno Labbadia, salah satu pelatih yang pernah menangani Cunha di Hertha Berlin justru pernah mengingatkan masalah perilaku Cunha. 

"Dia masih muda di usia 21, tetapi sesuatu harus segera berubah," kata pelatih asal Jerman itu.

"Itu tidak dapat diterima. Dia mengecewakan dirinya dan timnya dengan penampilannya. Sangat jarang saya melakukan hal seperti ini, tetapi saya akan mengatakannya dengan jujur: saya benar-benar tersinggung," ujar Labbadia menanggapi babak pertama yang buruk melawan Freiburg.

 

 

Mengaku Sudah Berubah

Cunha sendiri mengaku sudah berubah. Dia memperlihatkan itu lewat penampilan di lapangan. 

Permainannya meningkat. Dia mencetak enam gol di La Liga musim lalu. Dia juga percaya aspek lain dari permainannya telah mendapat manfaat selama bermain di Spanyol.

“Saya telah menjadi pemain yang lebih lengkap lagi,” katanya kepada Globo Esporte.

"Tingkat intensitas dalam permainan dan dalam latihan sangat tinggi. Kami selalu bekerja dan berlatih hingga batasnya. Itu membuatku berevolusi,” beber Cunha menambahkan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya