Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia Qatar 2022 hanya tinggal hitungan bulan. Berbagai persiapan pun terus dilakukan oleh FIFA dan tuan rumah Qatar untuk memastikan kelancaran turnamen sepak bola terakbar di dunia itu. Selain pemain dan pelatih dari masing-masing negara peserta, yang juga kerap kali menjadi sorotan di Piala Dunia adalah wasit.
Komite Wasit FIFA baru-baru ini juga telah merilis 129 nama wasit, asisten wasit, dan ofisial video pertandingan yang akan berpartisipasi di Piala Dunia Qatar. Beberapa dari mereka yang terpilih itu bahkan membuat sejarah karena menjadi ofisial pertandingan perempuan pertama yang tampil di Piala Dunia.
Baca Juga
Penunjukan enam perempuan sebagai ofisial pertandingan Piala Dunia adalah keputusan monumental dan bersejarah sepanjang perhelatan kompetisi sepak bola paling bergengsi sedunia itu. Belum pernah ada wasit dan asisten wasit perempuan dalam pertandingan Piala Dunia pria sepanjang 92 tahun pergelarannya.
Advertisement
Tiga asisten wasit perempuan terpilih adalah Neuza Back asal Brasil, Karen Diaz Medina asal Meksiko, dan Kathryn Nesbitt dari AS. Sedangkan Stephanie Frappart dari Prancis, Salima Mukansanga dari Rwanda, dan Yoshimi Yamashita dari Jepang terpilih menjadi wasit utama.
Yoshimi Yamashita adalah perempuan Jepang pertama yang berprofesi sebagai wasit sepak bola profesional di negaranya. Tahun lalu, Yamashita menjadi wasit perempuan pertama yang memimpin pertandingan J-League.
Siapa Yoshimi Yamashita?
Yamashita lahir di Tokyo pada 20 Februari 1986. Ia mengenal dunia sepak bola sejak di bangku Taman Kanak-Kanak melalui sekolah sepak bola lokal. Selepas menamatkan pendidikan SMA di Tokyo Metropolitan Nishi High School, Yamashita berkuliah di Tokyo Gakugei University di mana ia kemudian bergabung dengan klub sepak bola kampus.
Dikutip dari tokyofa.or.jp, dunia perwasitan dikenalnya melalui seorang senior di kampus, Makoto Bozono. Yamashita kemudian memperoleh lisensi wasit tingkat 2. Setelah lulus, Yamashita terus bermain sepak bola dan melanjutkan pelatihan kualifikasi wasit. Yamashita mendapatkan sertifikasi wasit kelas satu pada 2012. Kemudian atas rekomendasi JFA (Asosiasi Sepak Bola Jepang), Yamashita bersama dengan Bozono dan beberapa wasit Jepang lainnya secara resmi terdaftar sebagai wasit internasional FIFA pada 2015.
Perempuan yang kini berusia 36 tahun itu telah memimpin banyak pertandingan di kompetisi internasional sepak bola wanita termasuk pada Piala Dunia Wanita 2019 yang digelar di Prancis. Di tahun yang sama, tepatnya pada April 2019, ia ditugaskan untuk memimpin laga pertandingan Grup F Piala AFC 2019 yang mempertemukan Yangon United dan Nagaworld. Ia juga terpilih sebagai wasit untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Advertisement
Wasit Perempuan Pertama di J-League
Pada 28 Januari tahun lalu, J-League sebagai liga sepak bola profesional Jepang mengumumkan 165 ofisial pertandingan untuk kompetisi J-League musim 2021. Kala itu, untuk pertama kali dalam sejarah sepak bola negara matahari terbit, seorang wasit perempuan terdaftar di dalamnya. Ia adalah Yoshimi Yamashita.
Dikutip dari web.gekisaka.jp, Ketua Asosiasi Sepak Bola Jepang saat itu Mitsuru Murai dalam sebuah konferensi pers yang digelar daring pada hari yang sama menyatakan bahwa perkembangan sepak bola wanita sangatlah penting demi lebih kuatnya akar sepak bola Jepang itu sendiri. JFA akan menjadi yang terdepan dalam menyelenggarakan pelatihan wasit. Lebih jauh lagi menurutnya, dengan adanya teknologi VAR, sumber daya manusia harus dikembangkan tidak hanya di lapangan tetapi juga secara digital. Ia berharap basis yang kuat itu akan berkembang lebih luas tanpa memedulikan gender.
Pertandingan J-League pertama yang dipimpinnya adalah laga J3 League (Divisi 3 Liga Jepang) antara YSCC Yokohama dan Tegevajaro Miyazaki yang digelar di Stadion Nippatsu Mitsuzawa Yokohama pada hari Minggu 16 Mei 2021. Momen itu menandai pencapaian baru perkembangan dunia sepak bola wanita dalam tren global sepak bola yang selama ini didominasi kaum pria. Pada tahun yang sama, Yamashita juga memimpin pertandingan di turnamen Emperor’s Cup yang merupakan kompetisi sepak bola domestik Jepang. Pada J-League musim 2022 ini, Yamashita telah memimpin beberapa pertandingan Divisi 2 atau J2 League.
Mimpi dalam Mimpi
Dikutip dari olympic.com dalam sebuah wawancara sesaat setelah dirinya dinyatakan terdaftar sebagai wasit Piala Dunia Qatar bulan Mei 2022, Yamashita mengungkapkan bahwa, “Piala Dunia adalah sebuah mimpi di dalam mimpi. Sebuah angan-angan tinggi yang tak pernah tampak nyata bagi saya.” Lebih lanjut Yamashita menambahkan jika pada awalnya ia merasa terkejut. Meski begitu, ia menyadari kini dirinya punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi itu, sehingga ia diliputi rasa syukur dan tersanjung.
Masih dikutip dari olympic.com. Yamashita juga mengungkapkan bahwa yang pertama dan paling utama adalah ia senang tetapi sekaligus merasakan beban tanggung jawab karena membawa nama negaranya.
“Ada banyak emosi yang saya rasakan, tapi yang bisa saya lakukan adalah berusaha melakukan tugas sebaik-baiknya. Itu kewajiban saya. Ini adalah panggung impian. Saya belum tahu pertandingan mana yang akan saya pimpin, tapi yang pasti saya hanya ingin bekerja dengan baik saat berada di lapangan,” ujarnya.
Bagi Yamashita, Piala Dunia adalah mimpi bagi siapa saja yang terlibat dalam dunia olahraga, tidak hanya sepak bola.
Advertisement
Harapan Yamashita
Penunjukan Yamashita sebagai salah satu wasit perempuan yang akan tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola pria seakan mengembalikan fokus banyak pihak pada rendahnya tingkat kesetaraan upah bagi pekerja perempuan di Jepang dan juga rendahnya peringkat Jepang dalam studi global tentang kesetaraan gender.
Sebagaimana dikutip dari mainichi.jp, berdasarkan hasil penelitian U.S. Congressional Research Service (Lembaga Penelitian Kongres Amerika Serikat) yang dirilis tahun lalu tercatat bahwa hanya 14,3% dari total kursi parlemen nasional Jepang yang diisi oleh perempuan. Hal itu menempatkan Jepang pada peringkat 152 dari total 190 negara dalam hal kesetaraan gender. Sementara itu, studi lain tentang kesenjangan upah berdasarkan gender menempatkan Jepang pada peringkat 120 dari 156 negara.
Sebagai perempuan yang berhasil meraih pencapaian tinggi di sebuah bidang olahraga di mana dominasi pria tampak sangat nyata, Yamashita pun mengungkapkan harapannya atas peran perempuan dalam dunia olahraga, khususnya sepak bola.
“Saya akan sangat senang jika perempuan bisa turut berperan serta secara aktif seperti ini. Akan lebih baik lagi jika di dunia olahraga, khususnya sepak bola, perempuan bisa menjadi pemimpin dan teladan dalam hal ini. Di Jepang, partisipasi aktif perempuan dalam dunia sepak bola masih harus melewati jalan panjang. Oleh karena itu, akan sangat bagus jika momentum ini bisa dihubungkan secara selaras dengan peningkatan partisipasi perempuan melalui cara berbeda, tidak hanya di dunia sepak bola ataupun olahraga.”