Liputan6.com, Jakarta - Banyak cara ditempuh untuk memenangkan pertandingan sepak bola. Metode paling rasional adalah dengan berlatih sekeras mungkin.
Namun kehidupan tidak melulu soal nalar. Banyak praktik-praktik di luar logika diterapkan. Memakai sepatu 'keberuntungan' adalah salah satunya.
Menteri Olahraga Pantai Gading Rene Diby masuk kategori tersebut. Demi membantu tim nasional merebut gelar Piala Afrika 1992, dia meminta 10 dukun dari Desa Akradio untuk 'membantu' tim meraih kemenangan pada final melawan Ghana.
Advertisement
Pertolongan mereka ternyata berpengaruh. Pantai Gading mengatasi Ghana lewat marathon adu penalti 11-10 setelah terkunci pada skor 0-0 selama 120 menit. Pantai Gading pun berpesta karena sukses meraih titel internasional pertama sepanjang sejarah.
Namun, Diby lupa memenuhi janji. Dia tidak memberikan bonus kemenangan kepada para dukun. Sejak itu lahirlah kutukan Akradio.
Â
Generasi Emas Tak Cukup
Pantai Gading menuai kekecewaan demi kekecewaan setelahnya di pentas internasional. Padahal mereka memiliki generasi emas berisi pemain-pemain berbakat, mulai Didier Drogba hingga Toure bersaudara.
Nama-nama tersebut membantu Pantai Gading lolos Piala Dunia beruntun edisi 2006-2014. Namun mereka selalu terhenti di fase grup.
Pada ajang kontinental, Pantai Gading juga menembus final Piala Afrika 2006 dan 2012. Dalam dua kesempatan itu, mereka takluk dari Mesir (2006) dan Zambia (2012).
Â
Advertisement
Minta Maaf
Sadar ada sesuatu yang salah, Herve Renard yang kala itu menangani timnas dan perwakilan Federasi Sepak Bola Pantai Gading mengunjungi Akradio. Mereka dilaporkan meminta maaf dan melunasi hutang.
Kutukan pun terangkat. Pada turnamen pertama setelah aksi tersebut, Pantai Gading kembali menjadi juara Afrika. Mereka merebut titel pada turnamen edisi 2015, kembali menaklukkan Ghana dan lewat adu penalti. Kali ini Pantai Gading unggul 9-8 (0-0) meski dua algojo pertama gagal menjalankan tugas.