Liputan6.com, Jakarta - FIFA menyerukan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina selama berlangsungnya Piala Dunia 2022 di Qatar. Pesta bola empat tahunan itu akan berlangsung 20 November hingga 18 Desember 2022).
Sepak bola memang bukanlah jalan keluar setiap masalah dunia, tapi Piala Dunia 2022 Qatar yang akan disaksikan oleh 5 miliar orang bisa meneruskan pesan perdamaian.
Baca Juga
Seruan ini disampaikan Presiden FIFA Gianni Infantino saat diberi kesempatan berbicara oleh Presiden Joko Widodo dalam jamuan makan siang kepala negara dan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bamboo Dome, The Apurva Kempinski Bali, Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).
Advertisement
Pria berkewarganegaraan Swiss berdarah Italia itu mengingatkan bahwa Rusia adalah tuan rumah Piala Dunia 2018. Sedangkan Ukraina tengah mengajukan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 bersama Spanyol dan Portugal.
Perang yang terjadi di Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 terus berlangsung hingga kini. Perang yang tak hanya memengaruhi kedua negara tetapi juga berimbas pada dunia dari aspek politik, ekonomi, dan sosial.
Infantino berharap Rusia dan Ukraina bisa menyepakati gencatan senjata saat Piala Dunia 2022 berlangsung. Sehingga bisa mengarah kepada dialog sebagai langkah utama untuk perdamaian.
"Anda adalah pemimpin dunia, Anda memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya sejarah. Sepakbola dan Piala Dunia menawarkan Anda dan dunia platform unik persatuan dan perdamaian di seluruh dunia," kata Infantino.
Sebelum menyampaikan hal tersebut, Infantino menyatakan bahwa sepak bola lebih dari olah raga. Sepak bola memiliki pengaruh sosial yang besar.
"Kalian tahu apa arti sepak bola bagi negara Anda. Ini soal passion, inklusi, dan ini tentang toleransi,” ucap Infantino.
Menyatukan
Infantino menambahkan apabila gencatan senjata tidak bisa ditempuh, maka setidaknya ada upaya memastikan koridor bantuan kemanusiaan tetap dijamin atau dimulainya kembali dialog perdamaian.
Bukanlah hal naif, lanjut Infantino, bahwa sepakbola dapat menyelesaikan permasalahan dunia.
Dia menyadari bahwa fokus FIFA memang seharusnya menangani cabang olah raga (cabor) saja.
"Tapi karena sepakbola menyatukan dunia, Piala Dunia kali ini dengan penonton 5 miliar orang dari seluruh dunia semata dapat menjadi gestur positif." ucap Infantino.
"Permohonan saya kepada Anda semua, untuk memikirkan gencatan senjata sementara selama satu bulan selama Piala Dunia, atau setidaknya penerapan beberapa koridor kemanusiaan atau apa pun yang dapat mengarah pada dimulainya kembali dialog sebagai langkah pertama menuju perdamaian," kata presiden FIFA itu.
Infantino juga membagikan bola resmi Piala Dunia 2022 bernama Al Rihla kepada para pemimpin negara yang menghadiri jamuan makan siang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 tersebut.
Advertisement
Diskors
"Ini bola resmi Piala Dunia 2022, setiap orang dari Anda sekalian akan menerima satu dengan nama Anda masing-masing. Mohon pastikan Anda mendapatkannya," kata Infantino yang diberi kesempatan berbicara oleh Presiden RI, Joko Widodo dalam kegiatan tersebut.
Selain itu, ia meminta kesediaan mereka untuk menandatangani satu buah bola. Infantino mengatakan bola itu nantinya akan diserahkan kepada Presiden Jokowi yang bakal menentukan gestur apa yang bisa ditempuh dari bola tersebut.
Setelah melakukan invasi, Rusia resmi dikeluarkan dari Piala Dunia. Ini terjadi setelah FIFA dan federasi sepakbola Eropa, UEFA menerapkan sanksi.
Rusia diskros dari semua kompetisi internasional hingga pemberitahuan lebih lanjut. Badan sepak bola Eropa juga mengakhiri kemitraannya dengan raksasa energi Rusia, Gazprom.
Diskriminatif
"FIFA dan UEFA hari ini telah memutuskan bersama bahwa semua tim Rusia, baik tim perwakilan nasional atau tim klub, akan ditangguhkan dari partisipasi dalam kompetisi FIFA dan UEFA hingga pemberitahuan lebih lanjut," bunyi pernyataan bersama itu, dikutip Reuters (1/3/2022).
"Sepak bola sepenuhnya bersatu di sini dan dalam solidaritas penuh dengan semua orang yang terkena dampak di Ukraina," tambah pernyataan FIFA dan UEFA lagi.
Rusia mengecam tindakan itu. Negara itu menyebutnya diskriminatif.
“Ini tentu saja merupakan sebuah karakter diskriminatif dan menyakiti sejumlah besar atlet, pelatih, pekerja di klub dan juga tim nasional, dan yang paling penting, jutaan rakyat Rusia dan penggemar di luar negeri, yang seharusnya ditempatkan sebagai prioritas oleh organisasi olahraga internasional," tulis mereka dalam pernyataannya dikutip dari AFP.
Asosiasi Sepak Bola Rusia pun telah mengajukan banding ke Court of Arbitration for Sport (CAS), selaku badan internasional untuk menyelesaikan perselisihan terkait olahraga, perihal hukuman dari FIFA dan UEFA.
Mereka menegaskan hukuman FIFA dan UEFA melanggar hak-hak dasar, prinsip olahraga dan permainan yang adil ketika mengambil hak klub Rusia dan tim nasional untuk bersaing.
"RFU akan menuntut pemulihan semua timnas pria dan wanita Rusia di berbagai macam turnamen sepakbola di mana mereka ambil bagian [termasuk di babak kualifikasi Piala Dunia di Qatar], serta kompensasi atas kerusakan," tulis Asosiasi Sepakbola Rusia dikutip dari Reuters.
"Guna memastikan kemungkinan partisipasi tim-tim Rusia dalam pertandingan yang dijadwalkan berikutnya, RFU akan menuntut prosedur yang dipercepat untuk mempertimbangkan kasus ini," sambung pernyataan tersebut.
Upaya banding Rusia mengalami kegagalan. CAS menegaskan larangan tim sepak bola Rusia mengambil bagian dalam kompetisi FIFA, sementara pengadilan mempertimbangkan kasus tersebut.
"Keputusan tetap berlaku dan semua tim dan klub Rusia terus ditangguhkan dari partisipasi dalam kompetisi FIFA," kata CAS dalam sebuah pernyataan (18/3/2022), dikutip dari CNN International.
Advertisement