Liputan6.com, Jakarta MotoGP 2022 awalnya diharapkan menjadi momentum kebangkitan Marc Marquez dengan Repsol Honda. Setelah bergelut cedera pada 2020 dan 2021, Marquez diharapkan bisa bersaing lagi sekaligus rebut gelar juara yang ke-7.
Niat besar Honda tak kesampaian. Begitu juga dengan Marc Marquez. Saat sesi pramusim, keluhan-keluhan mulai dirasakan Marc Marquez.
Uniknya justru pembalap kedua Pol Espargaro yang tampil menjanjikan di awal MotoGP 2022. Dia langsung meraih podium di MotoGP Qatar yang berlangsung 5 Maret 2022 lalu.
Advertisement
Marquez pun menatap MotoGP 2022 lebih positif. Namun baru seri kedua, Marquez sudah sial karena kecelakaan parah highside di sirkuit Mandalika pada MotoGP Indonesia.
Kecelakaan ini membuat Marquez harus dioperasi lengan kanannya untuk keempat kali. Cerita perjuangan Marquez untuk jadi juara pun berakhir.
Fokus publik langsung dialihkan kepada dua pembalap yaitu Fabio Quartararo, pembalap Monster Energy Yamaha dan Francesco Bagnaia.
Maklum, kedua pembalap ini juga saling bersaing di MotoGP 2021. Rupanya, Bagnaia kalah cepat lagi dari Fabio Quartaro hingga seri kelima.
Francesco Bagnaia baru bisa menang di seri enam pada MotoGP Spanyol.Hasil ini menumbuhkan semangat Bagnaia untuk mengejar defisit pada juara dunia. Sebelum Jerez, Bagnaia gagal naik podium pada lima seri yang berlangsung. Capaian terbaik sosok asal Italia itu sebelumnya adalah menduduki peringkat lima di Argentina dan Amerika Serikat.
Padahal Pecco Bagnaia mampu memenangkan empat dari enam balapan terakhir MotoGP 2021. Performa tersebut membuatnya difavoritkan jadi juara dunia musim ini.
"Saya merasa sudah kembali ke kondisi terbaik seperti tahun lalu. Semoga saya bisa mempertahannya," kata Bagnaia, dilansir Crash. "Tapi saya tidak boleh kehilangan poin lagi. Dari enam seri yang sudah berlangsung, saya sudah defisit 33 poin," sambungnya.
Penampilan buruk Bagnaia di awal musim ini memang cukup mencengangkan. Dia seperti terputus dari torehan bagus di seri terakhir MotoGP 2021 atau musim sebelumnya, namun kisah berikutnya sungguh luar biasa.
Ujian Gagal Finis Beruntun
Pecah telur kemenangan di MotoGP Spanyol tak serta merta membuat Bagnaia tancap gas. Toh di MotoGP Prancis, dia malah gagal finis karena terjatuh.
Saat itu, klasemen dikuasai Fabio Quartararo dan Enea Bastianini di posisi dua. Bagnaia seperti jauh dari harapan untuk menang di MotoGP 2022.
Pembalap Ducati Lenovo, Pecco Bagnaia punya segalanya untuk menjuarai MotoGP Prancis yang berlangsung di sirkuit Le Mans, Minggu (15/5/2022). Namun kesalahan di lap akhir membuatnya crash saat memimpin balapan.
Memulai dari pole, pembalap Ducati ini tercecer di posisi kedua di belakang Jack Miller. Dia pun berhasil menyalip MIller di lap 4 sebelum crash di lap ke-21.
Insiden yang dialami Bagnaia dimulai saat pembalap Gresini Ducati, Enea Bastianini menyodok ke posisi dua. Kedua pembalap saling berkejaran sebelum Bagnaia melebar di tikungan 8.
Dia sebenarnya masih bisa mengejar Bastianini. Namun ban depan motor Ducatinya sulit dikontrol sehingga harus rela tergusur ke gravel dan tidak finis.
"Semuanya sempurna sebelum terjadi crash. Saya bisa mengatur ban dan cepat. Namun saat Enea lewati Miller, saya sedikit push," katanya seperti dikutip crash.
"Lalu Bastianini salip saya, saya gunakan strategi seperti di Aragon saat bersaing dengan Marquez. Saya mencoba bisa susul dia lagi secepatnya, tapi melakukan kesalahan di tikungan 8."
anyak yang heran dengan crashnya Bagnaia. Namun kabarnya kesalahan saat melebar membuat ban sempat dingin sehingga kehilangan grip.
"Saya tak tahu kenapa. Saya melewati tikungan ke-11 lebih pelan, namun saat tiba di dua tikungan terakhir, saya crash. Saya lihat data dan sulit dimengerti. Saya marah," katanya.
"Sekarang saya harus berpikir soal kesalahan itu. Saya tak bisa jadi juara kalau salah-salah lagi. Ini saatnya lebih matang."
Bagnaia memenuhi janjinya untuk memperbaiki kesalahan. Dia berhasil menjadi juara di MotoGP Italia. Tapi ujian tak berhenti karena Bagnaia malah tidak finis lagi di dua balapan beruntun yaitu MotoGP Katalunya dan Jerman. Buruknya, Fabio Quartararo berhasil menjadi juara dua kali beruntun di balapan tersebut.
"Quartararo adalah satu-satunya yang tidak melakukan kesalahan. Dia mengendarai Yamaha dengan benar dan membuat perbedaan," beber Bagnaia menambahkan.
"Sebelumnya, saat tertinggal 66 poin saja sudah sulit. Ini jelas jauh lebih sulit sekarang," kata Bagnaia di Speedweek. "Tapi, kami masin mempunyai 10 balapan lagi dan akan berusaha untuk meraih hasil maksimal dari semua itu dan finis sebaik mungkin," kata pria yang akrab disapa Pecco itu.
Advertisement
4 Kemenangan Beruntun
Bagnaia sadar makin sulit untuk mengejar Fabio Quartararo. Namun keyakinan di dirinya masih ada karena jumlah balapan masih banyak dan kesempatan untuk meraih poin cukup terbuka.
Kisah manis pun mulai dirangkai oleh Bagnaia usai crash dua kali beruntun di MotoGP Katalunya dan Jerman. Dia memulainya dengan memenangi MotoGP Belanda di sirkuit Assen. Dia berhasil menjadi juara usai menangi balapan dengan catatan waktu 40 menit 25,205 detik.
Yang membuat Bagnaia tersenyum, dia berhasil menang dan Fabio Quartararo tidak finis karena kecelakaan. Dengan kemenangan ini, Bagnaia pun memangkas jarak dengan pembalap Monster Enery Yamaha itu menjadi 66 poin.
Balapan di Belanda berlangsung setelah libur musim panas selama sebulan. Ini benar-benar berdampak kepada performa Bagnaia.
Quartararo mengaku terlalu percaya diri saat tampil di Assen. Padahal itu menjadi musuh terberatnya untuk bersaing dengan pembalap lain.
"Saat saya crash di Assen, saya terlalu percaya diri. Itu terjadi sehingga Anda crash, saya lalu berpikir:' Oke, Anda cepat, tapi Anda tapi bisa melakukan apapun yang anda inginkan!" katanya.
"Saya menang di Portugal dan beberapa seri Eropa. Ini memberi saya kepercayaan diri. Balapan sulit di awal tahun membuat saya tambah kuat."
Kemenangan di MotoGP Belanda membuka lembar baru bagi Bagnaia. Setelah Belanda, Bagnaia sukses menang tiga kali beruntun di Inggris, Austria dan San Marino. Dia nyaris menang 5 kali beruntun di MotoGP Aragon tapi disalip Enea Bastianini di lap akhir.
Saat inilah momen yang paling fantastis buat Bagnaia. Soalnya, dia bisa memangkas jarak dengan Fabio Quartararo hingga 10 poin saja.
"Sekarang lebih jelas. Kami benar-benar semakin dekat. Jarak 10 poin sekarang itu jarak terkecil sejak awal musim. Saya tentu mulai pikirkan gelar juara, tapi tidak terlalu banyak," kata Francesco Bagnaia seperti dikutip crash.
"Saya hanya memikirkan kerja saya. Saya tahu MotoGP Jepang tak akan mudah, kami hanya punya waktu sedikit untuk memperbaiki motor. Ini tak akan mudah," ujarnya.
5 Seri Penentu
Seri penentu gelar juara akhirnya ditentukan di seri Asia. Dimulai dari MotoGP jepang, Thailand, Australia, Malaysia sampai akhirnya kembali ke Valencia.
Bagnaia makin pede, sedangkan Fabio Quartararo kedapatan uring-uringan dengan Yamaha. Dia bahkan diketahui semprot kru Yamaha karena dianggap tak becus memberinya motor yang kompetitif.
Namun, Bagnaia harus memulai persaingan ketat dengan kesialan. Dia gagal raih poin setelah crash lap terakhir MotoGP Jepang di sirkuit Suzuka. Saat itu, dia sedang ingin mengejar Fabio Quartararo yang ada di posisi 8.
Kini, Bagnaia harus tertinggal 18 poin dari Quartararo yang berhasil amankan posisi 8. Ini membuat persaingan jadi makin menegangkan saja menjelang empat seri terakhir.
Balapan di MotoGP Thailand semakin seru. Namun balapan dalam kondisi hujan pada 2 Oktober 2022 itu gagal dimenangkan Bagnaia karena Miguel Oliveira yang berhasil memenangkannya. Untungnya, Bagnaia berhasil amankan podium ketiga. Sedangkan Quartararo mengalami kesialan karena hanya finis di posisi ke-17.
Ini membuat jarak Bagnaia menjadi 2 poin saja dari Quartararo jelang MotoGP Australia. Saat MotoGP Australia, Bagnaia kembali finis di posisi 3. Sedangkan Quartararo kembali gagal finis. Ini membuat Bagnaia unggul 14 poin dari Quartararo dan seri menegangkan terjadi di MotoGP Malaysia.
Menurut Bagnaia, ada banyak faktor yang menjadi tantangan pada GP Malaysia. Selain perlawanan dari rider-rider lainnya, faktor cuaca juga sangat mempengaruhi penampilan mereka pada balapan nanti.
Meski demikian, Bagnaia senang bisa kembali ke Sepang yang jadi salah salah satu sirkuit favoritnya.
"Cuaca di sini sangat panas dan kami mencoba beradaptasi dengannya. Tentu saja kami mengharapkan balapan yang bagus dan saya lebih suka balapan di trek kering," kata Bagnaia.
"Sepang adalah salah satu sirkuit favorit saya. Saya punya banyak kenangan manis di sini dan tentu saja situasinya sekarang berbeda dengan saat saya balapan di sini sebelumnya," kata juara Moto2 2018 itu.
MotoGP Malaysia menjadi penentu segalanya. Saat balapan diduga ada team order dari Ducati agar Enea Bastianini mengalah kepada Bagnaia sehingga harus puas di posisi kedua. Disinilah Bagnaia ambil alih posisi puncak klasemen dengan keunggulan 23 poin dari Quartararo. Secara matematis, Bagnaia bisa disebut sudah juara tapi penentuan digelar di MotoGP Valencia.
Seri di Valencia menjadi semacam formalitas saja. Bagnaia harus tidak finis dan Quartararo juara di MotoGP Valencia. Faktanya Quartararo hanya bisa finis posisi keempat di Valencia, Sedangkan Bagnaia yang sempat kehilangan winglet karena disenggo Quartararo finis di posisi 17 dan ini cukup baginya untuk "membungkus" gelar juara dunia MotoGP 2022 untuk pertama kali.
Ini menjadi klimaks perjuangan Pecco bAgnaia dan Ducati. Sempat tertinggal 91 poin dari Quartararo, tapi Bagnaia perbaiki kesalahan dan manfaatkan momen menurunnya penampilan Quartararo dengan yamaha.
Advertisement