Liputan6.com, Jakarta - PSSI telah melunasi kompensasi pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih timnas Indonesia yang mencapai puluhan miliar rupiah. Pesangon ini harus dibayar karena kontrak Shin Tae-yong dengan PSSI masih berlaku hingga 2027.
"Dari sisi finansial, puluhan miliar rupiah yang harus kami bayar. Kompensasi yang kami berikan juga sesuai dengan kontraknya," kata anggota Exco PSSI Arya Sinulingga kepada pewarta.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Arya, pembayaran pesangon Shin Tae-yong ini juga membuktikan tidak adanya pengaruh mafia bola di balik keputusan PSSI.
Advertisement
Arya mengatakan PSSI mengambil langkah tersebut demi kebaikan timnas, sekaligus penyesuaian terhadap karakter anggota skuad yang mayoritas dihuni pemain diaspora dari Eropa.
"Konsekuensi kami mengambil pemain-pemain diaspora yang makin lama level makin tinggi, jadi butuh yang namanya pemimpin pelatih. Nah didampingi oleh asisten pelatih yang kuat secara teknis. Ini pun sudah dicari oleh Pak Erick (Thohir, Ketua Umum PSSI)," kata Arya.
Pengganti Shin Tae-yong di Timnas Indonesia
Nama mantan penyerang timnas Belanda dan legenda Ajax Amsterdam, Patrick Kluivert muncul sebagai pengganti Shin Tae-yong. Sementara rumor menyebut jabatan asisten teknis ini akan ditempati Alex Pastoor.
Sedang menganggur, Pastoor pernah mempromosikan tiga klub berbeda ke Eredivisi, yakni Almere City, Sparta Rotterdam dan Excelsior.
Rencananya PSSI akan memperkenalkan tim kepelatihan baru ini pada Minggu (12/1/2025).
Advertisement
Alasan PSSI Pecat Shin Tae-yong
Pada kesempatan sebelumnya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjelaskan wacana pemecatan sebenarnya sudah muncul dari sebelum laga Timnas Indonesia vs China di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Oktober lalu.
Ada dinamika cukup tinggi yang terjadi kala itu, sehingga memunculkan pertimbangan pisah dengan juru taktik asal Korea Selatan. Secara umum, aspek komunikasi dan taktikal banyak disebut-sebut sebagai alasan utama oleh Erick.
Walau begitu, Ketum PSSI menegaskan hubungannya dengan Shin Tae-yong tetap terjaga baik, dengan mantan pelatih Timas Indonesia juga diklaim sudah legawa menerima keputusan ini.
"Sebelum pertandingan di China itu sudah terjadi dinamika yang cukup tinggi. Kalau kita hitung-hitung, jika dilakukan (pemecatan STY) saat itu, jarak ke pertandingan berikutnya cukup singkat," papar Erick Thohir.
"Makanya hari ini yang terbaik. Risiko tentu ada, tetapi lebih baik ambil risiko daripada menyesal di kemudian hari. Dan kemudian kita mencari figur yang bisa memberi ekstra effort dalam hal komunikasi, taktikal, dan lain-lain," tandasnya.