"Apa? Luis Suarez kena kasus rasis?" ungkap sang sahabat yang pernah sama-sama menjadi bintang Ajax Amsterdam Klaas-Jan Huntellar dengan nada tak percaya.
"Tak mungkin. Tuduhan rasisme itu benar-benar konyol. Aku tahu banget, Luis bukan rasis," ujarnya lagi menambahkan, setelah beberapa waktu kasus tersebut mencuat.
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez benar-benar mengada-ada. Jan sambil mengingat-ingat masa lalunya bermain menjadi penyerang andalan Ajax. Tapi kenyataannya, pengadilan FA telah memutuskan bahwa Luis dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut. Hukumannya tegas: Luis dilarang bermain di delapan pertandingan bersama Liverpool.
Luis jelas sangat terpukul dengan vonis tersebut. Jan sang sahabat pun berempati. Laga di Stadion Anfield melawan Manchester United, Sabtu 15 Oktober 2011 itu benar-benar menjadi kenangan teramat getir dalam catatan karier Luis. Betapa tidak, ia dinyatakan bersalah mengejek Patrice Evra dengan tuduhan rasis. Padahal leluhurnya sendiri berdarah negro dan dirinya sering dipanggil 'Mi Negrito' oleh nenek Lila perempuan yang sangat dikasihinya.
Jan masih ingat, sembilan bulan sebelum kasus itu terjadi mereka masih bermain bersama membela Ajax dan membawa tim kesayangannya itu bertengger di panggung teratas Liga Belanda. Menurutnya, Luis meski kadang berperilaku bengal dan temperamental, namun sejatinya hatinya emas.
"Dia itu hanya suka mengintimidasi orang lain selama pertandingan. Tapi sesungguhnya dia memiliki hati emas," tutur Klaas-Jan Huntellar seperti ditulis The Sun.
Ada yang berbeda pada Luis, tak seperti pemain lainnya. Di setiap laga, Luis selalu bergairah. Bahkan saking bersemangatnya, dia tak sanggup mengontrol diri lagi.
"Dia itu hanya begitu bergairah tentang sepakbola yang kadang-kadang cara mengekspresikannya berlebihan," kata sang sahabat mantan striker Fulham Erik Nevland seperti dikutip Daily Mail.
Itulah Luis Suarez. Itulah kelebihannya. Sebagian orang lain melihat dan menilainya sebagai kelemahan pemuda asal Uruguay itu.
Liverpool Menyambut Luis
Luis Suarez percaya bahwa hidup itu bagai air mengalir. Ia pun menjalaninya apa adanya. Luis tak pernah membayangkan dirinya bakal berlabuh di dermaga Liverpool, sebuah kota pelabuhan terbesar dan teramai di Inggris. Dia juga tak pernah mengira sebelumnya akan bermukim di Anfield membela salah satu klub tertua di Inggris Raya itu. Liverpool berdiri 15 Maret 1892 atau 121 tahun silam.
Pelatih Kenneth Mathieson Dalglish atau yang dikenal sebagai Kenny Dalglish menyambut dengan penuh suka cita kehadiran Luis Suarez di Anfield. Waktu itu, seperti ditulis laman resmi Liverpool Selasa 1 Februari 2011, Luis Suarez positif bergabung di markas Anfield. Sebagai penghormatan, Luis diberi nomor punggung 7.
Di kalangan publik Anfield, nomor punggung 7 ini tak sembarangan dipakai pemain. Bahkan nomor punggung 7 dianggap 'keramat' di Liverpool. Dulu nomor punggung 7 dipakai sendiri oleh Kenny Dalglish sang manajer yang menjadi legenda Liverpool.
Liverpool yang dijuluki The Reds alias Si Merah itu membeli Luis dengan harga yang luar biasa, 26,5 juta Euro atau sekitar Rp 323,7 miliar. Liverpool punya pengharapan besar pada bintang asal Ajax itu dengan mengontraknya hingga 2016.
Penampilan Luis memang tak mengecewakan. Di musim 2012-2013 ketajamannya luar biasa. Keliarannya di area kotak penalti lawan selalu diwaspadai. Luis Suarez berhasil mengemas 23 gol sepanjang musim dan berada di posisi kedua di bawah Robin van Persie yang mencetak 26 gol.
Pada musim 2013-2014 ini kesuburan Luis masih nyata. Bersama pasangan duetnya Daniel Sturridge, striker asal Kota Salto Uruguay ini berubah menjadi momok yang amat menakutkan di lini pertahanan lawan. Jika Sturridge telah mengemas 7 gol, Luis Suarez sudah menceploskan 6 gol ke gawang lawan. Luar biasa.
Insiden Gigit Lengan
Sifat temperamental Luis kumat lagi di Liverpool. Insiden itu terjadi Minggu 21 April 2013, saat The Reds menjamu Chelsea. Permainan yang begitu ketat dan keras mengakibatkan tekanan tersendiri bagi para pemain. Terlebih para personel Liverpool yang bermain di kandang sendiri. Para fans menginginkan timnya mampu melumat Chelsea.
Skor pertandingan kala itu berimbang 2-2. Luis berhasil memasukkan bola ke gawang The Blues di masa injury time dan mengubah keadaan menjadi imbang. Ketika keadaan begitu genting itulah, terjadi insiden gigit lengan. Korbannya, pemain bertahan asal Serbia Branislav Ivanovic.
Kontan saja, insiden itu sempat menjadi berita di mana-mana. Bahkan Luis Suarez dikecam dan dijadikan bulan-bulanan media massa gara-gara ulahnya itu. Asosiasi Sepakbola Inggris pun bereaksi. Sanksi dijatuhkan, Luis Suarez dilarang bermain di 10 pertandingan dan denda sejumlah uang. Luis tak mengajukan banding.
Kepada media massa dan publik sepakbola Inggris, Suarez menyatakan telah meminta maaf atas perbuatannya itu. Namun berita itu langsung dibantah Ivanovic. Menurut pemain bertahan di Timnas Serbia itu, dirinya tak pernah merasa menerima permintaan maaf dari Luis. Meski dirinya telah memaafkan perbuatan striker Liverpool tersebut.
Sejak itulah Luis Suarez kerap dihujat dan diolok-olok penonton. Media massa pun kembali mengungkit perbuatan masa lalu Luis ketika di Ajax yang juga pernah menggigit bahu pemain PSV Eindoven Otman Bakkal, 20 November 2010. Bahkan ketika itu, media Belanda De Telegraaf menjulukinya dengan sebutan 'Kanibal dari Ajax' untuk judul tulisan utama mereka 'Cannibal of Ajax'.
Seolah seperti tak ada tempat lagi yang bisa menenteramkan dirinya di Liverpool, Luis selalu galau dan murung. Ketika beberapa klub besar meliriknya, Luis pun bermaksud hengkang dari Anfield. Menjelang bursa transfer musim lalu, nama Luis Suarez terus menerus disebut-sebut akan meninggalkan Liverpool.
Banyak pemain di skuat Liverpool yang menginginkan agar Luis Suarez tetap bertahan di Anfield. Melului perjuangan batin yang panjang, akhirnya Luis Suarez yang merasa dirinya telah dimusuhi dan selalu disudutkan media massa memutuskan untuk tetap main bersama Liverpool. (*Dari berbagai sumber)
"Tak mungkin. Tuduhan rasisme itu benar-benar konyol. Aku tahu banget, Luis bukan rasis," ujarnya lagi menambahkan, setelah beberapa waktu kasus tersebut mencuat.
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez benar-benar mengada-ada. Jan sambil mengingat-ingat masa lalunya bermain menjadi penyerang andalan Ajax. Tapi kenyataannya, pengadilan FA telah memutuskan bahwa Luis dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut. Hukumannya tegas: Luis dilarang bermain di delapan pertandingan bersama Liverpool.
Luis jelas sangat terpukul dengan vonis tersebut. Jan sang sahabat pun berempati. Laga di Stadion Anfield melawan Manchester United, Sabtu 15 Oktober 2011 itu benar-benar menjadi kenangan teramat getir dalam catatan karier Luis. Betapa tidak, ia dinyatakan bersalah mengejek Patrice Evra dengan tuduhan rasis. Padahal leluhurnya sendiri berdarah negro dan dirinya sering dipanggil 'Mi Negrito' oleh nenek Lila perempuan yang sangat dikasihinya.
Jan masih ingat, sembilan bulan sebelum kasus itu terjadi mereka masih bermain bersama membela Ajax dan membawa tim kesayangannya itu bertengger di panggung teratas Liga Belanda. Menurutnya, Luis meski kadang berperilaku bengal dan temperamental, namun sejatinya hatinya emas.
"Dia itu hanya suka mengintimidasi orang lain selama pertandingan. Tapi sesungguhnya dia memiliki hati emas," tutur Klaas-Jan Huntellar seperti ditulis The Sun.
Ada yang berbeda pada Luis, tak seperti pemain lainnya. Di setiap laga, Luis selalu bergairah. Bahkan saking bersemangatnya, dia tak sanggup mengontrol diri lagi.
"Dia itu hanya begitu bergairah tentang sepakbola yang kadang-kadang cara mengekspresikannya berlebihan," kata sang sahabat mantan striker Fulham Erik Nevland seperti dikutip Daily Mail.
Itulah Luis Suarez. Itulah kelebihannya. Sebagian orang lain melihat dan menilainya sebagai kelemahan pemuda asal Uruguay itu.
Liverpool Menyambut Luis
Luis Suarez percaya bahwa hidup itu bagai air mengalir. Ia pun menjalaninya apa adanya. Luis tak pernah membayangkan dirinya bakal berlabuh di dermaga Liverpool, sebuah kota pelabuhan terbesar dan teramai di Inggris. Dia juga tak pernah mengira sebelumnya akan bermukim di Anfield membela salah satu klub tertua di Inggris Raya itu. Liverpool berdiri 15 Maret 1892 atau 121 tahun silam.
Pelatih Kenneth Mathieson Dalglish atau yang dikenal sebagai Kenny Dalglish menyambut dengan penuh suka cita kehadiran Luis Suarez di Anfield. Waktu itu, seperti ditulis laman resmi Liverpool Selasa 1 Februari 2011, Luis Suarez positif bergabung di markas Anfield. Sebagai penghormatan, Luis diberi nomor punggung 7.
Di kalangan publik Anfield, nomor punggung 7 ini tak sembarangan dipakai pemain. Bahkan nomor punggung 7 dianggap 'keramat' di Liverpool. Dulu nomor punggung 7 dipakai sendiri oleh Kenny Dalglish sang manajer yang menjadi legenda Liverpool.
Liverpool yang dijuluki The Reds alias Si Merah itu membeli Luis dengan harga yang luar biasa, 26,5 juta Euro atau sekitar Rp 323,7 miliar. Liverpool punya pengharapan besar pada bintang asal Ajax itu dengan mengontraknya hingga 2016.
Penampilan Luis memang tak mengecewakan. Di musim 2012-2013 ketajamannya luar biasa. Keliarannya di area kotak penalti lawan selalu diwaspadai. Luis Suarez berhasil mengemas 23 gol sepanjang musim dan berada di posisi kedua di bawah Robin van Persie yang mencetak 26 gol.
Pada musim 2013-2014 ini kesuburan Luis masih nyata. Bersama pasangan duetnya Daniel Sturridge, striker asal Kota Salto Uruguay ini berubah menjadi momok yang amat menakutkan di lini pertahanan lawan. Jika Sturridge telah mengemas 7 gol, Luis Suarez sudah menceploskan 6 gol ke gawang lawan. Luar biasa.
Insiden Gigit Lengan
Sifat temperamental Luis kumat lagi di Liverpool. Insiden itu terjadi Minggu 21 April 2013, saat The Reds menjamu Chelsea. Permainan yang begitu ketat dan keras mengakibatkan tekanan tersendiri bagi para pemain. Terlebih para personel Liverpool yang bermain di kandang sendiri. Para fans menginginkan timnya mampu melumat Chelsea.
Skor pertandingan kala itu berimbang 2-2. Luis berhasil memasukkan bola ke gawang The Blues di masa injury time dan mengubah keadaan menjadi imbang. Ketika keadaan begitu genting itulah, terjadi insiden gigit lengan. Korbannya, pemain bertahan asal Serbia Branislav Ivanovic.
Kontan saja, insiden itu sempat menjadi berita di mana-mana. Bahkan Luis Suarez dikecam dan dijadikan bulan-bulanan media massa gara-gara ulahnya itu. Asosiasi Sepakbola Inggris pun bereaksi. Sanksi dijatuhkan, Luis Suarez dilarang bermain di 10 pertandingan dan denda sejumlah uang. Luis tak mengajukan banding.
Kepada media massa dan publik sepakbola Inggris, Suarez menyatakan telah meminta maaf atas perbuatannya itu. Namun berita itu langsung dibantah Ivanovic. Menurut pemain bertahan di Timnas Serbia itu, dirinya tak pernah merasa menerima permintaan maaf dari Luis. Meski dirinya telah memaafkan perbuatan striker Liverpool tersebut.
Sejak itulah Luis Suarez kerap dihujat dan diolok-olok penonton. Media massa pun kembali mengungkit perbuatan masa lalu Luis ketika di Ajax yang juga pernah menggigit bahu pemain PSV Eindoven Otman Bakkal, 20 November 2010. Bahkan ketika itu, media Belanda De Telegraaf menjulukinya dengan sebutan 'Kanibal dari Ajax' untuk judul tulisan utama mereka 'Cannibal of Ajax'.
Seolah seperti tak ada tempat lagi yang bisa menenteramkan dirinya di Liverpool, Luis selalu galau dan murung. Ketika beberapa klub besar meliriknya, Luis pun bermaksud hengkang dari Anfield. Menjelang bursa transfer musim lalu, nama Luis Suarez terus menerus disebut-sebut akan meninggalkan Liverpool.
Banyak pemain di skuat Liverpool yang menginginkan agar Luis Suarez tetap bertahan di Anfield. Melului perjuangan batin yang panjang, akhirnya Luis Suarez yang merasa dirinya telah dimusuhi dan selalu disudutkan media massa memutuskan untuk tetap main bersama Liverpool. (*Dari berbagai sumber)