Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang bahaya mengonsumsi daun pakis beredar di media sosial. Kabar ini diunggah oleh akun facebook Yanthi Juang pada 7 Januari 2020 lalu.
Akun facebook Yanthi Juang mengunggah sebuah gambar tangkapan layar pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp. Dalam gambar tersebut terdapat narasi yang berisi peringatan bahaya mengonsumsi daun pakis.
Berikut narasinya:
Advertisement
Mohon share agar makin banyak orang yg tau! Pengetahuan itu berharga. Pakis berbahaya. Pakis adlh tumbuhan penyebab cancer, tumbuhan ini sangat racun, tak ada serangga yg berani makan. Mohon tdk lg makan tumbuhan ini, tumbuhan ini akan menyebabkan cancer lambung. Akibat makan miding atau paku/pakis, orang-orang Sarawak pengidap cancer lambung paling tinggi. Paku-pakuan adlh tumbuhan spora berpembuluh. Dalam proses metabolisma menghasilkan terpenol-glucoside, yg dipastikan sbg zat penyebab utama cancer tumbuhan spora berpembuluh.
Konten yang diunggah akun facebook Nyaaaaa telah 854 kali dibagikan dan mendapat 1 komentar warganet.
Â
Penelusuran Fakta
Setelah ditelusuri kabar tentang bahaya mengonsumsi daun pakis ternyata tidak benar. Informasi ini dikutip dari situs Kementerian Komunikasi dan Informatika, kominfo.go.id dengna judul artikel "[DISINFORMASI] Daun Pakis Bahaya".
Telah beredar sebuah postingan yang bisa meresahkan masyarakat, bahwa daun pakis yang di anggap sayuran oleh masyarakat berbahaya untuk di konsumsi, postingan ini di unggah oleh akun facebook ""Gede Merta"" yang menyatakan dalam postingannya ""Sayuran yang berbahaya adalah paku pakis, yang merupakan tanaman penyebab kanker. Sangat beracun dan tidak ada serangga yang memakan tanaman ini. Jangan makan tanaman ini."" Informasi tersebut tidaklah benar adanya.
Karena faktanya, Pakis mengandung vitamin A dan C serta kalium, fosfor, magnesium, kalsium dan protein. Protein pada pakis 4,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran hijau yang lain. Pakis memberikan keuntungan bagi vegetarian yang membutuhkan sumber protein dan zat besi yang besar. ada dua jenis pakis biasanya dijual di pasar, yaitu pakis burung unta dan pakis cakar elang. pakis burung unta yang baik untuk di konsumsi. yang diduga memicu kanker adalah pakis pakis cakar elang yang mengandung ptaquiloside. Tapi, ptaquiloside pada pakis ternyata bisa larut dalam air. Jadi kemungkinan besar, jika pakis direndam dalam air es sebelum dimasak, kandungan ptaquiloside akan berkurang.
Selain itu, informasi serupa yang membantah kabar mengonsumsi daun pakis berbahaya, bisa dilihat dari situ detik.com dengan judul artikel "Pakis yang Aman dan yang Memicu Kanker".
Jakarta - Restoran-restoran besar banyak menggunakan tanaman pakis untuk menu sayuran. Tetapi apakah semua jenis tanaman pakis aman untuk dimakan? Pakis yang aman adalah burung unta dan yang diduga memicu kanker adalah pakis pakis cakar elang yang mengandung ptaquiloside.
Pakis memiliki tekstur yang kenyal dan mengandung vitamin A dan C serta kalium, fosfor, magnesium, kalsium dan protein. Protein pada pakis 4,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran hijau yang lain.
Pakis memberikan keuntungan bagi vegetarian yang membutuhkan sumber protein dan zat besi yang besar tetapi telah bosan makan bayam.
Aman tidaknya pakis sebagai bahan makanan tergantung darimana pakis berasal. Pakis jenis tertentu dapat mengandung ptaquiloside, suatu karsinogen seperti dilansir dari thedailymeal, Rabu (16/5/2012)
Sebenarnya ada dua jenis pakis biasanya dijual di pasar, yaitu pakis burung unta dan pakis cakar elang.
Pakis jenis burung unta biasanya ditemukan di wilayah dunia bagian barat. Bentuknya seperti biola, berwarna hijau terang dan di tengahnya terdapat sedikit daun keriting.
Pakis jenis bracken ditemukan di negara-negara di Asia. Jenis ini mempunyai bentuk yang lebih kecil, daun menggulung.
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman pakis cakar elang telah terbukti mengandung ptaquiloside dalam konsentrasi yang signifikan.
Sebuah studi yang diterbitkan di British Journal of Cancer menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara konsumsi pakis dengan pengembangan kandung kemih dan kanker usus pada sapi.
Dan beberapa tahun sebelumnya, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan Jepang yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute, ptaquiloside dapat mengembangkan risiko tumor pada sampel tikus.
Meskipun penelitian tersebut tidak menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi pakis dengan perkembangan kanker pada manusia, penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan menyarankan bahwa makan pakis bisa meningkatkan risiko terkena kanker kerongkongan dan kanker pencernaan.
Tapi, ptaquiloside pada pakis ternyata larut dalam air. Jadi kemungkinan besar, jika pakis direndam dalam air es sebelum dimasak, kandungan ptaquiloside akan berkurang.
Konsumsi terhadap pakis jenis burung unta yang mentah atau setengah matang dapat menyebabkan berbagai masalah perut dalam waktu 12 jam, termasuk mual, muntah, dan kram.
Sebuah studi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menangani dua kasus keracunan makanan akibat konsumsi pakis burung unta di berbagai restoran di New York dan Kanada.
Jadi tidak peduli pakis jenis apa yang akan Anda konsumsi, terlebih dahulu cuci, rendam, dan masaklah pakis dengan matang. Atau Anda dapat merebus pakis selama 10 menit dan kemudian menumis atau mengukusnya.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Pakis mengandung vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, kalsium, dan protein. Kandungan tersebut baik untuk tubuh.
Memang, sebuah studi yang diterbitkan di British Journal of Cancer menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara konsumsi pakis dengan pengembangan kandung kemih dan kanker usus pada sapi.
Dan beberapa tahun sebelumnya, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan Jepang yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute, ptaquiloside dapat mengembangkan risiko tumor pada sampel tikus.
Meski demikian, penelitian tersebut tidak menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi pakis dengan perkembangan kanker pada manusia.
Data: Eka M
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.