Citizen6, Jakarta Siapa dulu yang pernah bermain congklak di masa kecilnya? Barangkali permainan ini sudah semakin asing di telinga anak-anak zaman sekarang. Tapi tahukah kalian bahwa congklak berkeliling dunia terlebih dahulu sebelum tiba di Indonesia. Berdasar temuan arkeolog dari National Geographic, permainan ini ada sejak sekitar tahun 7.000-5.000 SM.
Berasal dari kebudayaan kuno Timur Tengah, Congklak di bawa ke daratan Afrika baru kemudian menyebar di Asia melalui para pedagang. Tidak mengherankan pula jika permainan ini di awal kedatangannya lebih banyak dimainkan oleh anak para bangsawan di Indonesia karena mereka yang lebih banyak berhubungan dengan para pedagang.Â
Baca Juga
Di Timur Tengah, permainan ini disebut Mancala yang artinya Bergerak. Di Indonesia, kita lebih mengenalnya sebagai Congklak atau Dakon untuk di Jawa, Congkak untuk di beberapa daerah Sumatera berkebudayaan Melayu, Dentuman Lamban di Lampung, sedang di Sulawesi lebih dikenal dengan nama Mokaotan, Maggaleceng, atau Aggalacang. Dan ternyata masih ada 279 nama lain untuk permainan ini dari berbagai budaya di berbagai negara.
Advertisement
Permainan yang menggunakan papan dengan 16 lubang yang terdiri dari 14 lubang kecil berhadapan dan 2 lubang besar serta 98 buah congklak, merupakan contoh permainan tradisional terbaik yang nonkompetitif.
Congklak, menurut Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya bertujuan untuk menghibur melalui hubungan timbal balik yang menenangkan daripada merangsang sebuah persaingan. Sedang di Sulawesi, konon permainan ini hanya dimainkan pada saat ada kerabat yang meninggal dunia sehingga dianggap tabu jika dimainkan selain di saat waktu berkabung.
Ternyata banyak hal mengejutkan dari permainan tradisional yang satu ini bukan? Kini banyak permainan tradisional yang bisa dimainkan menggunakan smartphone. Tetapi tentu akan lebih asyik dan seru jika kita bermain congklak dengan sesama manusia, daripada dengan benda mati yang tidak bisa diajak tertawa bersama. Mari bermain!