Protes Dinikahkan Paksa, Pengantin Pakai Gaun Berdarah

Untuk memprotes pernikahan secara paksa dari orang tuanya, pengantin wanita memakai gaun berdarah di hari pernikahannya

oleh Sulung Lahitani diperbarui 20 Jan 2016, 19:20 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2016, 19:20 WIB
Protes Dinikahkan Paksa, Pengantin Pakai Gaun Berdarah
Untuk memprotes pernikahan secara paksa dari orang tuanya, pengantin wanita memakai gaun berdarah di hari pernikahannya

Citizen6, Jakarta Pada dasarnya, sebuah pernikahan seharusnya dilandasi atas rasa saling cinta. Akan tetapi, masih seringkali terjadi pernikahan yang dilakukan untuk meningkatkan strata sosial orang tua. Seperti kisah berikut ini.

Chan, seorang gadis berusia 20 tahun, dipaksa menikah dengan orang yang tidak ia kenal. Ayahnya memaksa Chan melakukan hal tersebut selain untuk menaikkan strata sosialnya, juga untuk membayar utang yang ia punya. Ayahnya bahkan tidak memberi tahu dengan siapa Chan akan menikah.

"Aku bertanya pada ayahku, siapa orang yang akan menjadi suamiku. Tapi ia justru marah dan membentakku," ujar Chan seperti dilansir dari Aiheaven, Rabu (20/01/2016).

Air mata Chan mengalir tanpa henti. Ayahnya bahkan menyuruhnya berhenti bekerja agar tidak membuat suaminya malu. Mendekati hari H, Chan semakin sering termenung. Ia mencari akal bagaimana cara melepaskan diri dari pernikahan secara paksa tersebut.

Apa akal? Chan akhirnya mengambil gaun yang akan ia kenakan pada hari pernikahannya. Ia menyayat lengannya dan memerciki gaun pengantin yang indah dengan darahnya sendiri.

Saat hari pernikahan tiba, alangkah terkejutnya semua orang saat melihat pengantin wanita memakai gaun yang dipenuhi darah di mana-mana. Chan berusaha tetap tegar. Saat tiba di depan altar, Chan tiba-tiba bersuara.

"Aku mengutuk gaunku, pernikahanku, dan siapapun yang memaksaku menikah dengan orang yang bukan aku cintai. Tak peduli dia orang tuaku sendiri."

-

Keributan terjadi di tempat pernikahan. Kebanyakan orang di sana, masih percaya dengan kutukan. Calon pengantin pria yang ketakutan, memutuskan membatalkan pernikahan mereka.

Chan memang terbebas dari pernikahan paksa. Tapi ia juga mesti angkat kaki dari rumahnya. Orang tua Chan marah besar dan mengusir si gadis dari rumahnya sendiri.

"Bagiku, lebih baik menggembel di jalanan ketimbang tinggal dengan orang yang tidak aku kenal."

Pernikahan secara paksa dan perjodohan masih menjadi isu di beberapa negara. Tak jarang, sang pengantin adalah korban dari kearoganan orang tua yang ingin menaikkan derajat mereka di mata masyarakat. (sul)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya