Liputan6.com, Jakarta Keelokan dan keindahan alam dan budaya Indonesia Timur memang tak ada duanya, terutama, Flores, Kupang dan tentu saja Lembata. Namun sampai hari ini, masih banyak orang yang belum mengenal dan mencintai tempat-tempat elok tersebut.Â
Para pelancong tampaknya lebih menyukai bepergian ke tempat-tempat yang dianggaphits di media sosial. Namun berbeda dengan Sarinarulita, seorang aktris, jurnalis dan novelis ini begitu pertama kali datang ke kotaLembata langsung jatuh cinta.
Perempuan yang biasa dipanggil bu Sari ini, pertama kali berkunjung ke Pulau Lembata dua tahun lalu. Karena keindahan dan keelokan alam dan budayanya, ia kembali ke pulau yang terkenal dengan musik sasando, tenun ikat dan pantai-pantainya ini.
Advertisement
Namun kedatangannya untuk yang kedua kalinya ini, tempat itu sudah berubah. Tak ada lagi sabana dengan ilalang tinggi dengan bunga-bunga rumputnya yang tertiup angin.
Pembacaan puisi Cintaku di lembata oleh Sandra berel yang diiringi musik sasando, Yandres Leka)Â
Karen jatuh cinta, ia merekam semua kenangannya tentang tempat ini ke dalam sebuah novel. Saat berkunjung untuk kedua kalinya tahun 2015 bersama Asosiasi Fotografer Indonesia, ia merampungkan draft novelnya yang kemudian diberi judul "Cintaku di Lembata"
 Sesuai judulnya, novel yang diterbitkan Gramedia ini menceritakan kisah cinta Kayla dan seorang lelaki tampan dari Kupang yang beribu perempuan cantik dari Rote dan berayah dari Sabu. Bersama Kayla dan kekasihnya, pembaca diajak meniti seriub anak tangga menyaksikan para penenun Jontona, menaiki indahnya Gunung Ile Lewotolok ke kampung lama Lewohala, menyaksikan atraksi perburuan ikan paus secara treadisional di Lamalera, hingga menikmati senja di Bukit Cinta, Wolor Pass.
Sebuah kisah cinta dengan latar belakang nostalgia dipadukan dengan kisah perjalanan.
(DR Free Hearty, kritikus sastra)Â
Novel Cintaku di Lembata, diluncurkan pada Kamis, 26 mei 2016 di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta. Dalam kesempatan itu Sari Narulita mengungkapkan hal yang paling menantang dalam menulis novel ini adalah mengingat dan memetakan nama-nama wilayah di Pulau Lembata yang masing-masing mempunyai keunikan dalam budayanya.
Pada acara peluncuran novelnya ini hadir pula DR Free Heraty, kritikus sastra yang membedah novel Cintaku di Lembata. Selain itu ada juga Gerson Poyk, maestro sastra yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Novel ini sudah tersedia di toko-toko buku di seluruh Indonesia.
Penasaran?
Â
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6