Inspirasi Alam Sokola Rimba dari Butet Manurung

Butet Manurung berbagi inspirasi alam dan sokola rimba di acara Inspirato Liputan6.com.

oleh Mulyono Sri Hutomo diperbarui 24 Agu 2016, 07:04 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2016, 07:04 WIB
Butet Manurung Sabet Penghargaan Ramon Magsaysay Award
Ia sosok bersemangat yang melindungi dan meningkatkan kehidupan orang-orang di hutan Indonesia. Melalui sekolah hutan gagasanya.

Liputan6.com, Jakarta - Saur Marlina Manurung, akrab dipanggil Butet Manurung, adalah sosok yang mengajarkan baca-tulis untuk ribuan anak dan orang dewasa Suku Anak Dalam di rimba Taman Nasional Bukit Duabelas atau TNBD, Jambi, Sumatra Selatan.

Wanita kelahiran Jakarta, 21 Februari 1972 ini datang ke acara Inspirato pada Selasa, (23/8/2016) di Studio Liputan6.com dan berbagi pengalaman tentang sekolah formal yang tidak cocok untuk masyarakat di pedalaman rimba. Program sekolah formal yang datang ke Taman Nasional Bukit Duabelas selalu gagal dan tidak sesuai dengan kebiasaan yang ada di daerah pedalaman nya.

Menurutnya, sekolah formal yang ada di kota sangat berbeda dengan sekolah yang ada di pedalaman. Sering kali, masalah yang timbul adalah tidak adanya pengajar di sekolah pedalaman. Jarak sekolah yang jauh dari pemukiman warga, membuat guru-guru engan datang mengajar. Bukan hanya itu, untuk mengajar Suku Anak Dalam perlu pemahaman yang lebih penting tentang geografis dan budaya disana.

Jika memaksakan anak pedalaman untuk sekolah formal dengan budaya duduk di kursi dengan tertib di di ruangan, sangat tidak cocok untuk anak di pedalaman. Karena akan membuat tidak nyaman bagi anak tersebut dan merasa sekolah adalah beban. Kebiasaan anak pedalaman adalah belajar di ruangan yang bebas beralas tanah seperti kegiatannya sehari-hari.

"Masyarakat pedalaman itu sangat butuh pendidikan tetapi tidak pendidikan formal melainkan pendidikan yang memahami geografisnya, budayanya, dan tantangannya. Maka dari itu sebagai pengajar, saya membuat suasana belajar disana seperti bermain di alam bebas, berburu dan menjawab semua pertanyaan yang mereka butuhkan," ujar Butet.

Tidak hanya sampai itu Butet pun turut menjelaskan sekolah-sekolah lain yang ia dirikan di daerah-daerah pedalaman Indonesia, yaitu Papua, Flores, Sulawesi dan Jember. Ia menambahkan, sampai sekarang sudah ada 60 orang relawan pengajar yang tersebar di Indonesia .

Sahabat Liputan6 dapat mengikuti diskusi tentang tema ini dengan mengklik tautan ini. 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Penulis : Estrin Vanadianti Lestari (Universitas Pancasila), Siti Nuraini Safitri (Universitas Pancasila).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya