Tanpa Kekerasan, Sekolah Ini Hukum Siswa dengan Meditasi

Namun apapun itu, tujuan dari hukuman adalah untuk membuat kita jera dan akan berpikir ulang saat melakukan hal serupa. Namun apakah tujuan

oleh Azwar Anas diperbarui 04 Okt 2016, 14:31 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2016, 14:31 WIB
Meditasi
Mengganti Hukuman di Sekolah dengan Meditasi

Liputan6.com, Jakarta Masa sekolah adalah masa-masa terbaik yang pernah kita miliki. Rasanya tidak akan ada sebuah masa di depan yang akan menggantikan keindahan masa-masa di sekolah. Namun terkadang saat menikmati kesenangan itu, kita berada di luar batas sehingga mendapat konsekuensi hukuman.

Kemudian kita akan dibawa ke Ruang BP, dijewer guru, membersihkan kamar mandi, dikeluarkan dari ruang kelas, atau bahkan mendapat skors. Namun apapun itu, tujuan dari hukuman adalah untuk membuat kita jera dan akan berpikir ulang saat melakukan hal serupa. Namun apakah tujuan itu tercapai?

Mengganti Hukuman di Sekolah dengan Meditasi

Dilansir Wittyfeed.com ada sebuah sekolah dasar yang tidak menerapkan hukuman-hukuman fisik kepada siswanya. Sekolah itu bahkan meniadakan hukuman karena dianggap akan membatasi dan mencoreng masa-masa indah di sekolah. Mereka mengganti hukuman dengan meditasi.

Manajemen di Sekolah Robert W. Coleman mengatakan, menghukum anak secara fisik adalah bentuk kesia-siaan belaka. Hukuman tidak akan mengantar anak untuk mencapai tujuan mereka.

"Hukuman seharusnya membuat siswa menyadari tentang perbuatannya. Kita memutuskan untuk mengganti hukuman dengan sesuatu yang lebih konstruktif yakni meditasi," ujarnya.

Manajemen di Sekolah Robert W. Coleman menilai, meditasi mempunyai efek yang lebih berguna. Meditasi dapat membangun efek positif dari pikiran dan telah teruji dalam kurun waktu yang sangat lama. "Kita sudah merasakan efek mengagumkan dari meditasi," ujarnya menambahkan.

Sekolah itu telah menghapus berbagai hukuman seperti penahanan di ruang kepala sekolah dan skors. Siswa yang keluar batas akan akan diminta untuk pergi ke kamar dan bermeditasi. Ruang meditasi pun dibuat semenarik mungkin dengan pernak-pernik dan warna-warni.

"Hasilnya, anak-anak cenderung menyukai hal-hal yang positif. Para oang tua telah melaporkannya dari rumah," ujarnya.

Bagaimana menurutmu?

(War)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya