Liputan6.com, Jakarta - Titiek Puspa meninggal dunia pada 10 April 2025 di usia 87 tahun. Namun, sebelum kepergiannya, ia sempat membagikan pengalaman luar biasa tentang kesembuhannya dari kanker serviks stadium awal. Dalam perjalanan hidupnya, Titiek menceritakan bahwa ia berhasil sembuh bukan melalui obat-obatan atau ritual mistis, melainkan melalui praktik meditasi.
Didiagnosis kanker pada usia 73 tahun membawa Titiek Puspa mempraktikkan meditasi. Titiek mengaku, kesembuhan terjadi setelah ia mempraktikkan meditasi selama 13 hari berturut-turut.Â
Baca Juga
Top 3 Islami: Kisah mendalam di Balik Penciptaan Lagu 'Kupu-Kupu Malam', Doa Titiek Puspa dan PSK Nonmuslim
Nama Aslinya Sudarwati, Titiek Puspa Ternyata Pemberian Presiden Soekarno, Simak Kata Buya Yahya soal Ganti Nama dalam Islam
Sempat Tak Punya Agama yang Jelas, Ini Kisah Titiek Puspa Bertemu Bidadari saat Umrah
Dalam Program Bincang Liputan6, penyanyi legendaris ini mengaku memiliki riwayat kanker di keluarganya.
Advertisement
"Bapak saya (kena) kanker, kakak saya tiga meninggal itu karena kanker. Kalau ibu saya (memiliki penyakit) jantun. Jadi saya dapat, dari bapak saya kanker, saya dapat jantung dari ibu saya. Pada sayang semua sama saya," tutur perempuan yang akrab disapa Eyang Titiek sambil berkelakar, dikutip dari tayangan YouTube Liputa6, Kamis (10/4).
Diagnosis kanker didapat setelah sang anak mendorongnya untuk melakukan tes kesehatan menyeluruh. Kala itu, dokter menyebut ada sel kanker yang berkembang di tubuhnya dan telah mencapai stadium 1,5.
Diakui Titiek Puspa, ada gejolak di dalam keluarga yang membuatnya sangat sedih sehingga memicu timbulnya penyakit.
"Memang waktu itu tuh ada satu gejolak di keluarga saya yang sangat menyedihkan saya. Jadi, saya timbul itu penyakit," tuturnya.
Â
Â
Berobat Hingga ke Singapura
Titiek pun kemudian melakukan upaya pengobatan hingga ke Singapura. Namun, alih-alih dapat tertangani, stadium kankernya justru semakin meningkat hingga nyaris mencapai stadium 3 selama ia tinggal 2,5 bulan di negara tersebut.
"Terus persis kena yang sakitnya itu kali mungkin itu yang namanya neraka jahanam itu yang kayak gitu. Sakitnya itu dari ujung rambut sampai ujung jempol, itu semua sakit," Titiek bercerita.
Titiek Puspa kemudian berdoa pada Yang Maha Kuasa agar diberi petunjuk atau isyarat untuk mengupayakan kesembuhan. Ia pun memutuskan kembali ke Tanah Air.
Dalam perjalanan pulang dari bandara menuju rumah, Titiek mendengar cerita tentang kenalan putrinya yang sembuh dari kanker setelah rutin melakkan meditasi. Sebelumnya kenalan anak Titiek Puspa itu telah berupaya berobat ke berbagai negara namun tak kunjung sembuh.
Meyakini informasi itu sebagai petunjuk, Titiek Puspa pun mengontak individu yang dapat membimbingnya melakukan meditasi tersebut.
Titiek menjelaskan, meditasi yang dijalaninya itu melibatkan pola mengatur nafas dan menekuk lidah ke langit-langit.
Advertisement
Pentingnya Meditasi dalam Proses Penyembuhan
Meskipun Titiek Puspa mengklaim kesembuhannya melalui meditasi, penting untuk dicatat bahwa pengalaman ini bersifat anekdot. Kesembuhan dari kanker serviks memerlukan penanganan medis yang komprehensif, termasuk kemoterapi dan perawatan medis lainnya. Titiek sendiri telah menjalani perawatan tersebut sebelum beralih ke meditasi sebagai pelengkap.
Di sisi lain, meditasi dapat memberikan manfaat tambahan bagi pasien kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Dalam banyak kasus, pengobatan medis yang intensif dapat menyebabkan kecemasan dan tekanan mental, dan meditasi bisa menjadi cara yang efektif untuk mengatasi perasaan tersebut.
Menjaga Keseimbangan antara Meditasi dan Pengobatan Medis
Walaupun meditasi menawarkan banyak manfaat, praktik ini tidak boleh dijadikan pengganti pengobatan medis yang direkomendasikan oleh dokter. Setiap pasien kanker harus menjalani perawatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka. Meditasi sebaiknya dijadikan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti.
Dalam dunia medis, pengobatan kanker serviks biasanya melibatkan kombinasi dari berbagai metode, termasuk kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memutuskan untuk menjalani metode pengobatan alternatif seperti meditasi.
Â
Advertisement
