Liputan6.com, Jakarta Terdapat ungkapan, cinta dapat membutakan mata dan pikiran. Bagi orang yang sedang jatuh cinta, semua yang dilakukan bersama dengan pasangan terasa menyenangkan. Namun kebalikannya, saat putus cinta semuanya berubah. Karena putus cinta, seolah-olah otak tak mampu berpikir logis dan rasional.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari laman Antara, ternyata otak berperan dalam urusan cinta dan mencintai. Sebuah studi menemukan bahwa kita bisa mencoba mengontrol hati dengan otak kita.
Psikolog dari University of Missouri-St. Louis dan Erasmus University Rotterdam menemukan ada kemungkinan kita bisa mengontrol untuk menambah atau mengikis cinta terhadap seseorang. Keadaan ini disebut peneliti sebagai 'regulasi cinta'.
Para psikolog dari dua universitas tersebut melibatkan 40 orang dalam penelitian ini. Setengah di antaranya sedang menjalin hubungan jangka panjang, sisanya baru saja putus, rata-rata mereka baru berpisah dengan pasangan selama tiga bulan.
Setiap partisipan diminta membawa 30 foto pasangan atau mantan pasangan. Pertama, mereka ditanyai seberapa tergila-gila dan sedekat apa perasaannya terhadap pasangan. Saat gelombang otak para responden diukur, peneliti memperhatikan gelombang otak Late Positive Potential (LPP) yang menguat ketika kita fokus pada sesuatu yang relevan secara emosional.
Bagaimana kondisi dari otak saat para responden membayangkan sosok mantan yang menyakiti mereka? Dan apa enam 'regulasi cinta' yang dihasilkan dari penelitian ini? Simak kelanjutan artikel dengan mengeklik tautan berikut ini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer: Tanda-Tanda Pernah Berhubungan Seksual di Usia Remaja. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.