Liputan6.com, Tiongkok - Kasih sayang orangtua tak akan pernah hilang oleh waktu. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kejadian satu ini. Walaupun anaknya telah berpulang terlebih dahulu, cinta orang tua asal Tiongkok ini tak pernah berhenti mengalir.
Tian Xueming dan sang istri tinggal bersama di Desa Huangling, daerah Kota Chongqing, bagian Tiongkok Utara. Sebelumnya, mereka hidup lengkap karena dikaruniai dengan dua orang anak.
Advertisement
Baca Juga
Akan tetapi, penyakit mematikan mampu merenggut kebahagian kedua pasangan tersebut.
Tian dan sang istri dikaruniai anak pertama dengan kelahiran seorang putri. Di usianya yang ke-15 tahun, sang putri seharusnya menikmati masa remajanya bersama dengan teman-teman sebayanya. Namun, nahas putri Tian harus berpulang lebih dahulu karena heat stroke.
Selain seorang putri, Tian juga memiliki seorang putra yang berusia 18 tahun bernama Qinyuan. Jika bukan karena leukemia yang dialami putranya, mungkin saat ini ia telah bangga dengan putranya yang beranjak dewasa atau sudah memiliki keluarga baru dan cucu untuknya.
Sayangnya, takdir berkata lain, pada tahun 2006 putra Tian juga harus pergi lebih dahulu menyusul kakak perempuannya.
Bagi pasangan suami istri ini, kematian kedua anak mereka merupakan pukulan yang amat berat. Rasa sakit yang pilu harus mereka rasakan karena harus mengadakan upacara kematian selama dua kali dalam rentang waktu sepuluh tahun.
Walaupun begitu menyakitkan, Tian dan istrinya memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda untuk pemakaman putra mereka. Jalan yang mereka ambil, yakni menyimpan jasad anak mereka ke dalam sebuah freezer atau lemari pendingin.
Supaya Terlihat Hidup
Ketika merasa rindu, Tian dan sang istri bisa melepasnya dengan hanya menatap sejenak jasad putra mereka yang di simpan dalam sebuah freezer. Keduanya menatap dengan perasaan sedih dan sepi, setelah itu pergi tanpa banyak bicara.
"Di dalam freezer, ia terlihat persis seperti ketika ia masih hidup. Putraku masih bersama denganku, ia tak akan pernah pergi," ujar Tian. Baginya, kematian kedua anaknya bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Cara satu-satunya agar sang anak terlihat hidup, yakni dengan cara membekukannya dalam lemari es.
"Ini mungkin terlihat salah, tapi rasa sakit untuk mengadakan dua kali pemakaman terasa memilukan. Ini adalah sesuatu hal yang tak dimengerti oleh orang lain," sahut pria 62 tahun itu.
Tian mengungkapkan betapa menyesalnya ia tak bisa menyelamatkan putrinya. Ketika itu hari sedang sangat panas dan putrinya pingsan. Ambulans yang datang untuk mengantarkan putrinya ke rumah sakit cukup memakan waktu yang lama. Sampai akhirnya nyawa putri Tian tak bisa diselamatkan.
Tian bahkan tak bisa memaafkan dirinya sejak kematian putrinya berlalu. Walau begitu, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya dan bekerja sebagai tukang kayu agar bisa menghabiskan waktunya bersama istri dan putranya di rumah.
Putranya merupakan satu-satunya harapannya untuk terus maju setelah kematian anak pertama. Bagi Tian, putranya yang bernama Qinyuan merupakan anak yang pintar.
Ia baru saja memulai masa perkuliahan ketika usianya 18 tahun dan melakukan hal terbaik untuk kedua orangtuanya.
Akan tetapi, kabar buruk datang tiba-tiba. Ketika mereka tahu putra mereka mengidap leukemia, banyak dokter angkat tangan untuk menyembuhkan penyakit putranya. Tentu hal tersebut membuat Tian merasa hancur.
Lagi-lagi ia harus kehilangan seoarang anak. Sampai hari kematian Qinyuan berlangsung, Tian berniat mengambil ide yang terbilang ekstrem bersama istrinya.
Advertisement
Ada niat untuk menguburkan
"Tidak banyak orang yang tahu pada mulanya dengan tindakan yang telah kami lakukan. Kami juga merasa tak mau ada orang yang sampai tahu. Sehingga kami menyembunyikan rahasia tersebut dalam waktu yang lama. Namun, setelah beberapa tahun kemudian, berita ini tersebar," kata Tian.
Walaupun banyak orang berusaha menyuruhnya untuk mengubur anaknya, Tian tetap menolak untuk melakukan hal itu. Bagi pasangan suami istri tersebut, melihat jasad putra membeku di lemari es mampu membantu sejumlah masalah yang mereka hadapi.
Istrinya sering kali mengunjungi putranya saat ia merasa kesulitan untuk tidur. Baik Tian dan istri bahkan sering mengambil bangku untuk mengajak jasad putra mereka mengobrol bersama.
Jika listrik padam, mereka juga menyiapkan generator listrik agar freezer tetap menyala. Meski begitu, Tian mengaku ada tebersit pikiran untuk mengadakan pemakaman yang layak untuk putra mereka.
Mereka akan menguburkannya di waktu yang tepat, saat mereka sudah tak lagi berpikir ataupun berkeinginan melihat putra mereka lagi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: