Liputan6.com, Jakarta - Bersikap romantis, membuat pasangan bahagia, serta ingin menunjukkan bahwa pasangan kita spesial adalah hal-hal wajar dilakukan saat hari Valentine. Bunga, cokelat, makan malam romatis, sera hadiah-hadiah lainnya biasa diberikan oleh para pasangan untuk menunjukkan kasih sayangnya di hari Valentine.
Baca Juga
Advertisement
Di balik semua hadiah dan pemberian di hari Valentine, ada sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mewujudkan semua rencana di hari valentine. Tak jarang mereka yang merayakan hari Valentine harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membuat perayaan Valentine menjadi semakin istimewa dan romantis.
Jika biaya Valentine mahal, apakah kita harus berhenti merayakannya dan mengecewakan pasangan yang menunggu kejutan dari pasangannya? Dilansir dari Fool.com, hari Valentine ternyata bisa menjadi hari yang menyeramkan bagi keuanganmu.
Biaya untuk memperlakukan pasangan secara romantis bukanlah hal yang bisa diremehkan, biaya yang perlu dikeluarkan untuk Valentine sekitar tiga sampai empat juta, itu pun yang dihitung hanya bunga, cokelat, minuman dan makan malam romatis.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Lalu Apakah Harus Berhenti Merayakan Valentine?
Biaya yang cukup tinggi untuk merayakan Valentine dapat membuat kita berfikir ulang bagaimana kita harus merayakan Valentine dengan pertimbangan finansial dan juga perasaan pasangan. Kalian harus memperhitungkan pengeluaran dan apa yang ingin kalian berikan di hari Valentine.
Jangan sampai kalian berhutang atau harus menghabiskan seluruh tabungan karena penting untuk kita memiliki tabungan. Tabungan dapat membantu kita di keadaan atau kondisi tidak terduga. Menabung menjadi hal yang disarankan untuk mendapatkan biaya Valentine, kalian dapat menyisihkan sebagian uang khusus untuk merayakan Valentine.
Buatlah Valentine yang sesuai dengan budget anda dan jangan membuat kalian terlilit hutang hanya karena hari Valentine. Hari kasih sayang adalah hari menebar kasih, bukan menebar hutang ya.
Reporter :
Lea Citra Santi Baneza
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Advertisement