4 Tanda Kecerdasan Emosional Ketika Bekerja, Kalian Termasuk?

Kecerdasan emosional dibentuk dari empat domain. Simak pemaparan psikolog dan penulis buku ternama Daniel Goleman yang juga peneliti Harvard University.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2020, 17:58 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 04:01 WIB
Bekerja di Kantor
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Seseorang yang mempunyai pengetahuan luas, pintar, dan memiliki visi ke depan, tentu hebat dalam soal pekerjaan. Namun, tahukah Anda? Hal yang membedakan pebisnis paling sukses di dunia justru dilihat dari kecerdasan emosional.

Mengutip laman CNBC, Sabtu 20 Juni 2020, berdasarkan sejumlah penelitian selama bertahun-tahun, ternyata mayoritas perusahaan besar kini lebih menyoroti kecerdasan emosional seseorang saat merekrut. Serta, saat memberikan promosi ataupun mengembangkan karier karyawan.

Kian tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang, maka bisa dipastikan semakin baik performanya.

Ternyata, kecerdasan emosional dibentuk dari empat domain. Ini dikemukakan psikolog dan penulis buku ternama Daniel Goleman yang juga merupakan peneliti Harvard University.

Apakah Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi? Simak 4 ciri Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi:

1. Kesadaran Diri

Kesadaran diri menjadi kapasitas untuk mengendalikan emosi pribadi. Kecerdasan ini membuat Anda mengenali perasaan.

Dengan demikian, Anda dapat memahami keunggulan dan kelemahan Anda sendiri. Anda bisa mengandalkan kemampuan diri sendiri dan tahu kapan meminta bantuan tim.

Cara mengembangkan kemampuan ini:

Setiap waktu merupakan peluang untuk melatih kesadaran diri. Satu di antara kunci terbesar kesediaan mengakui kelemahan sendiri. Bila mengalami kesulitan saat bekerja, jujurlah pada diri sendiri. Terutama mengenai kemampuan kerja, apa yang Anda butuhkan saat bekerja.

Video Pilihan

2. Pengelolaan Diri

Bekerja di Kantor
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Pengelolaan diri adalah kemampuan untuk menahan emosi disruptif dan kemarahan. Ini merupakan kemampuan hebat para pemimpin khususnya saat krisis, karena orang akan menilai mereka dari ketenangannya.

Dan jika para pimpinan bisa bertindak tenang dalam menghadapi persoalan perusahaan, maka para bawahan juga bisa melakukannya.

Cara mengembangkan kemampuan ini:

Saat merasa tertekan, jangan langsung panik. Atur napas dan emosi jauh lebih baik dibandingkan langsung menyalahkan atau menumpahkan kemarahan pada orang lain. Beritahu orang yang bersangkutan apa masalahnya dan tawarkan beberapa solusi tanpa merasa marah.

Terimalah dengan kesadaran bahwa akan ada perubahan dan tantangan mendadak dalam hidup. Pahami semua situasi dan sesuaikan strategi atau prioritas Anda dengan kondisi terbaru.

3. Kesadaran Sosial

Semangat bekerja (Ilustrasi iStock)
Semangat bekerja (Ilustrasi iStock)

Kesadaran sosial menunjukkan keakuratan dalam membaca dan menerjemahkan emosi orang lain, seringkali melalui petunjuk non-verbal. Para pimpinan dengan kesadaran ini, secara social mampu membangun hubungan baik dengan jenis orang berbeda, mendengarkan dengan baik dan berkomunikasi secara efektif.

Cara mengembangkan kemampuan ini:

Harus diketahui, kesadaran sosial membutuhkan kemampuan mendengarkan yang baik. Jangan terlalu banyak bicara pada orang lain. Untuk mengenali orang lain, Anda juga bisa melakukannya dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan membiarkan orang bertanya pada Anda.

Menantang rasa kepemimpinan Anda sebagai orang yang lebih tinggi dari orang lain juga menjadi salah satu kunci.

4. Pengelolaan Hubungan Baik

Ilustrasi teman - sahabat - rekan kerja - selfie (iStock)
Ilustrasi teman - sahabat - rekan kerja - selfie (iStockphoto)

Pengelolaan hubungan baik menjadi kemampuan interpersonal yang membiarkan seseorang bertindak sekaligus mampu memotivasi, menginspirasi dan menyelaraskan diri dengan orang lain. Tentu saja itu juga berlaku saat membangun hubungan yang lebih penting.

Cara mengembangkan kemampuan ini:

Jika Anda dikenal sebagai pimpinan dengan sosok negatif, Anda akan sangat kesulitan mengelola hubungan jangka panjang. Daripada fokus pada hal buruk yang terjadi, jadikanlah diri Anda sebagai sosok yang membawa perubahan positif.

Jangan takut melanggar aturan-aturan konvensional atau mengambil risiko. Orang-orang seperti ini akan membuat rekan-rekannya merasa terinspirasi dan termotivasi saat bekerja. Nah, bagaimana dengan Anda?

(Siska Amelie F Deil/Nurmayanti)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya