Amat Menular, Covid-19 Varian Delta Mampu Hidup di Hidung Orang yang Telah Divaksinasi

Saking menularnya, Covid-19 varian Delta ditengarai mampu hidup di hidung orang yang meski telah divaksinasi

oleh Sulung Lahitani diperbarui 27 Agu 2021, 14:03 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2021, 14:03 WIB
Ilustrasi tulisan pandemi Covid-19 (pexels)
Ilustrasi tulisan pandemi Covid-19 (pexels)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi telah menunjukkan bahwa dalam kasus infeksi terobosan, Covid-19 varian Delta mampu tumbuh di hidung orang yang divaksinasi pada tingkat yang sama seolah-olah mereka belum divaksinasi sama sekali. Virus Corona yang tumbuh sama menularnya dengan orang yang tidak divaksinasi, artinya orang yang divaksinasi dapat menularkan Covid dan menginfeksi orang lain.

Menurut laporan Nationalgeographic, studi yang dilakukan di rumah sakit di India ; Provincetown, Massachusetts; serta Finlandia juga telah menunjukkan bahwa setelah infeksi terobosan varian Delta, mungkin ada tingkat virus yang tinggi di hidung orang baik mereka divaksinasi atau tidak.

Infeksi terobosan atau infeksi ulang sendiri adalah infeksi Covid yang dapat terjadi meski seorang individu telah divaksinasi atau pernah terinfeksi sebelumnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Varian Delta amat menular

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Langkah logis berikutnya adalah menentukan apakah orang yang divaksinasi dapat menyebarkan virus menular tersebut atau tidak. Banyak ahli menduga hal itu terjadi, tetapi sampai kini belum terbukti di laboratorium.

“Kami yang pertama menunjukkan, sejauh yang saya ketahui, bahwa varian yang menular dapat dibiakkan dari infeksi orang yang divaksinasi lengkap,” kata Kasen Riemersma, ahli virologi di University of Wisconsin yang merupakan salah satu penulis penelitian.

“Infeksi varian Delta kerap ditemukan setelah vaksinasi dibandingkan dengan varian non-Delta karena varian ini sangat menular dan menghindari respons imun," kata Ravindra Gupta, ahli mikrobiologi di University of Cambridge.

Laboratorium Gupta adalah salah satu yang pertama mendokumentasikan bahwa petugas kesehatan yang divaksinasi lengkap dapat terinfeksi Delta dan memiliki virus tingkat tinggi di hidung mereka.

 

Pentingnya tetap memakai masker mesti telah divaksinasi

Ilustrasi pakai masker | Maksim Goncharenok dari pexels
Ilustrasi pakai masker | Maksim Goncharenok dari pexels

Jika temuan studi Wisconsin bertahan, maka orang dengan infeksi terobosan — banyak di antaranya tidak menunjukkan gejala COVID — tanpa sadar dapat menyebarkan virus.

“Ini [adalah] temuan yang mengkhawatirkan,” jelas Katarina Grande, pengawas kesehatan masyarakat dan Ketua Tim Data COVID-19 dari Madison & Dane County, yang memimpin penelitian.

Yang menjadi perhatian Eric Topol, pendiri dan direktur Institut Terjemahan Penelitian Scripps, adalah bahwa individu yang divaksinasi penuh yang terinfeksi varian Delta dapat menularkan virus dan ini dapat terjadi pada tingkat yang lebih tinggi daripada jenis sebelumnya pada hari-hari sebelum gejala, atau dengan tidak adanya gejala.

“Itulah mengapa masker dan langkah-langkah mitigasi penting, bahkan untuk orang yang divaksinasi,” katanya.

 

Penularan varian Delta lebih tinggi daripada perkiraan

Ilustrasi Masker
Ilustrasi masker. (dok. Pixabay.com/viarami)

Menurut Ethan Berke, kepala petugas kesehatan masyarakat dari UnitedHealth Group, studi seperti ini menyoroti bahwa penularan varian Delta bisa jauh lebih tinggi dari perkiraan saat ini. Penelitian Berke telah menunjukkan bahwa pengujian dengan hasil yang cepat, bahkan jika dilakukan lebih awal, bisa sangat efektif dalam mengurangi pandemi COVID-19. Berke sendiri tidak terlibat dalam studi Wisconsin tersebut.

“Meskipun penelitian ini didasarkan pada satu wilayah, itu menawarkan wawasan penting tentang bagaimana orang dapat menyebarkan virus ke orang lain apakah mereka divaksinasi sepenuhnya atau tidak. Wawasan semacam ini, terutama saat diuji dan disempurnakan, sangat membantu ketika organisasi mengembangkan kebijakan seputar pengujian, jarak sosial, dan vaksinasi," pungkas Berke.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya