Liputan6.com, Seoul - Tragedi Halloween Itaewon hingga Kanjuruhan menewaskan ratusan orang. Konser Berdendang Bergoyang pun membuat banyak orang pingsan. Semuanya punya benang merah yang sama, disebabkan oleh kerumunan yang sangat padat.
Setelah tragedi-tragedi dalam kerumunan tersebut menimpa, mungkin muncul pertanyaan, kapan kerumunan menjadi sangat berbahaya? Lalu, apa yang harus dilakukan jika kita terjebak di dalamnya?
Lautan manusia menjadi saksi bagaimana berbahayanya kerumunan yang tidak terkontrol dengan mitigasi yang tidak disiapkan. Setelah orang menerima vaksin dan mulai kembali ke kehidupan normal sebelum pandemi COVID-19, kerumunan terjadi dimana-mana.
Advertisement
Mehdi Moussaïd, seorang ilmuwan penelitian di Berlin yang mempelajari perilaku kerumunan memberikan kiat-kiat untuk bertahan hidup dalam situasi kerumunan yang berbahaya dalam wawancaranya dengan NPR News.
Mengutip NPR, berikut enam tips agar kita dapat bertahan di kerumunan yang berbahaya --- seperti tragedi Halloween Korea --- menurut Moussaïd:
1. Waspada Akan Tanda-Tanda Bahaya
Saat Anda berada di tengah kerumunan, dan Anda mulai merasakan tekanan, jangan panik. Mulai sadari bahaya kerumunan dan coba tempatkan diri ada di situasi krisis.
Jika Anda masih bisa bergerak tapi mulai merasa tidak nyaman, segera pergi.
Banyak orang merasa seperti 'Oh, konsernya seru, jadi, saya akan terus berada di kerumunan ini walaupun tidak nyaman'. Padahal, kata Moussaid, hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Jika Anda sudah merasa tidak nyaman, itu berarti sinyal bahaya.
2. Tetap Berdiri, Jangan Meletakkan Tas di tanah
Membuat tubuh Anda tetap berdiri adalah hal terpenting. Karena, jika Anda jatuh, akan sangat sulit berdiri lagi di tengah kepadatan kerumunan.
Tetap berdiri juga dapat membantu orang lain. Karena, jika Anda jatuh, Anda akan menjadi penghalang dan akan menciptakan efek domino pada kerumunan.
Dalam skenario terburuk, tas yang dibiarkan di tanah dapat menjadi hambatan yang meningkatkan risiko seseorang terjatuh.
3. Hindari Dinding dan Benda Padat
Kematian terjadi di tempat-tempat yang dekat dengan hambatan atau tempat-tempat kokoh seperti dinding, pagar, atau pintu.
Jika Anda mengikuti arus gelombang yang mendorong, Anda akan baik-baik saja. Tetapi, jika Anda berada di samping tembok, Anda tidak bisa mengikuti arus karena terhalang tembok.
Jadi, gelombang akan membuat Anda mendekati tembok dan tidak bisa ke mana-mana. Ruang gerak kecil dan sulit untuk bernapas. Hal tersebut dapat menghancurkan Anda.
Advertisement
4. Pertahankan Ruang Bernapas
"Orang sering bertanya pada saya 'mengapa kita mati di tengah keramaian? Apa penyebab kematiannya?'. Penyebabnya adalah, kekurangan oksigen," kata Moussaïd kepada NPR.
Jika seseorang terhimpit di padatnya kerumunan, paru-paru tidak memiliki cukup ruang untuk melakukan tugasnya agar seseorang tetap bernapas dengan normal.
Tetap bernapas adalah hal terpenting yang harus disadari orang-orang yang terjebak di tengah kerumunan.
"Jika Anda dapat mempertahankan ruang yang cukup untuk bernapas, Anda akan baik-baik saja. Letakkan lengan Anda tepat di depan dada Anda dan tahan di sana," katanya.
"Dalam posisi ini, Anda akan memiliki ruang, sedikit saja, untuk mendorong setengah sentimeter atau hanya 1 sentimeter --- cukup bagi Anda untuk tetap bernapas," dia menambahkan.
Walaupun hal tersebut sedikit tidak nyaman, tapi itu yang akan membuat seseorang dapat bertahan di tengah kerumunan yang membahayakan.
Buat paru-paru Anda bernapas dan karbondioksida keluar dari tubuh Anda seperti biasa.
5. Jangan Mendorong, Ikuti Arus Kerumunan
Dalam kerumunan, terdapat reaksi berantai. Misalnya, ketika seseorang mendorong orang sebelahnya, mereka akan saling mendorong dan akhirnya hambatan muncul. Jika dorongan itu semakin kuat, hambatan tersebut akan kembali kepada yang mendorongnya.
"Jika Anda merasakan dorongan, jangan mendorong balik. Jangan memperkuat gelombang ini. Ikuti saja arus yang ada," kata Moussaïd.
Walaupun hal tersebut tidak nyaman dan mengganggu, itu adalah cara terbaik dalam berperilaku di situasi yang berbahaya.
Setiap orang, disarankan tidak menambah tekanan dalam sistem.
"Pada saat-saat terburuk, Anda memiliki beberapa gelombang pendorong sekaligus. Inilah yang kita sebut turbulensi kerumunan," katanya.
"Tentu saja Anda tidak ingin berada di tempat di mana dua gelombang bertemu, karena tekanan datang dari arah yang berlawanan, dan itu sangat berbahaya," Moussaïd menjelaskan.
Jika terjadi turbulensi kerumunan, kita akan melihat orang-orang tewas.
Advertisement
6. Belajar Mendeteksi Kepadatan Kerumunan
Kepadatan merupakan variabel yang kritis. Kepadatan dapat diukur dari jumlah orang per meter persegi dengan beberapa ambang batas.
Di bawah lima orang per meter persegi, hal tersebut masih aman walaupun tidak nyaman.
Namun, jika naik menjadi enam orang per meter persegi, hal tersebut menjadi berbahaya.
Terlebih, jika ada delapan orang per meter persegi, probabilitas cedera atau bahkan hal yang lebih buruk lagi meningkat dan itu merupakan tanda bahaya.
"Tipsnya adalah jika Anda merasa ada orang yang menyentuh kedua bahu atau beberapa tempat di tubuh anda pada saat yang sama, kepadatannya bisa sekitar enam atau lebih. Jika Anda memiliki waktu dan bisa bergerak, menjauhlah segera. Itu adalah sinyal," Moussaïd memberikan saran.