Alasan Seseorang Bisa Latah, Kebiasaan atau Budaya?

Sebagian masyarakat Indonesia pasti pernah bertemu dengan seseorang yang sering latah. Namun apakah kalian paham, istilah latah ini sebenarnya merupakan gangguan medis atau kebiasaan dari budaya, ya?

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 07 Nov 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi Pria Kaget (sumber: unsplash)
Ilustrasi Pria Kaget (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing dengar seseorang yang latah. Jika orang latah dikejutkan, secara spontan akan mengeluarkan deretan kata-kata bahkan mengulangi kata-kata yang diucapkan orang lain.

Biasanya, reaksi terkejut disebabkan oleh rangsangan yang tiba-tiba atau tidak terduga, seperti suara keras, perintah atau isyarat, atau kontak fisik yang tidak terduga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), latah adalah penderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain secara tidak sadar.

Latah hanya terdapat di negara Asia Tenggara, tepatnya di negara Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Menurut Dardjowidjojo, dilansir Jurnal Penelitian tahun 2018, latah memiliki beberapa ciri-ciri, seperti pelakunya sebagian besar adalah wanita, kata-kata yang dikeluarkan umumnya berkaitan dengan seks atau alat kelamin pria, dan jika dikejutkan berupa kata, maka orang yang latah juga hanya bisa mengulang kata yang telah sebutkan.

Dilansir dari berbagai sumber, latah disebabkan oleh gangguan perkembangan, seperti autisme. Sementara itu, latah yang terjadi pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh adanya tekanan mental atau gangguan kecemasan.

Selain itu juga menyangkut pada cedera kepala atau adanya gangguan saraf di otak yang mana dapat menyebabkan seseorang jadi latah. Secara umum, ada 4 jenis latah, antara lain:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jenis-jenis Latah

Ilustrasi Anak Perempuan (sumber: freepik)
Ilustrasi Anak Perempuan (sumber: freepik)

1. Ekolalia

Ekolalia atau echolalia adalah latah dengan mengulang perkataan orang lain. Misalnya, jika orang yang berada di dekat penderita mengagetkannya dengan menyebutkan kata “copot”, penderita latah secara spontan akan mengulangi kata tersebut berulang-ulang.

2. Ekopraksia

Echopraxia adalah latah dalam bentuk meniru gerakan orang lain. Misalnya, orang latah ketika melihat orang lain bertingkah laku menarik perhatiannya, seperti menganggukkan kepala, secara spontan ia akan meniru menganggukkan kepalanya juga secara berulang-ulang.

3. Koprolalia

Coprolalia adalah latah dengan mengucapkan kata-kata tabu atau kotor. Artinya, ketika ada seseorang yang mengagetkannya, secara spontan penderita latah akan mengeluarkan kata-kata tabu atau kotor secara berulang-ulang.

4. Automatic Obedience

Dapat diartikan bahwa penderita akan melakukan perintah secara spontan pada saat terkejut. Misalnya, ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti “sujud” atau ”peluk”, maka ia akan segera melakukan perintah itu.


Berbeda dengan Sindrom Tourette

Ilustrasi Sindrom Tourette (sumber: freepik)
Ilustrasi Sindrom Tourette (sumber: freepik)

Latah merupakan salah satu gangguan kefasihan berbicara (fluency disorder). Biasanya, penderita mengalami kegagapan, pengulangan kata, atau memperpanjang bunyi silabel atau kata tertentu.

Gangguan kefasihan berbicara biasa terjadi pada anak-anak, tetapi seiring bertambahnya usia dan keterampilan berbahasa, gangguan kefasihan ini bisa hilang dengan sendirinya.

Namun demikian, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa karena tidak ada terapi yang memadai sehingga dapat menghambat proses interaksi sosialnya.

Diketahui, mengutip dari Healthline, latah pun berbeda dari sindrom Tourette, yang mana pembicara mungkin tiba-tiba berteriak atau mengatakan hal-hal random sebagai bagian dari tic (kedutan) mereka.

Dalam hal ini, mereka tidak memiliki kendali atas apa yang mereka katakan atau ketika mereka mengatakannya.


Gangguan Serupa di Budaya Lain

Ilustrasi Gangguan Kesehatan Mental
Ilustrasi gangguan kesehatan mental. (Liputan6.com/Triyasni)

Dalam buku Unusual Psychiatric Syndromes, istilah latah masuk culture-bound syndrome, yang digambarkan sebagai gangguan kejiwaan terikat oleh budaya. Berikut beberapa kondisi umum lainnya yang ada di berbagai budaya seluruh dunia, yaitu:

Koro

Gangguan yang terjadi di Asia Tenggara ini biasanya mempengaruhi orang Tiongkok. Biasanya diderita oleh laki-laki yang ditandai dengan ketakutan akan penis menyusut. Dalam istilah kejiwaan, koro adalah keadaan cemas.

Mereka percaya bahwa penis bisa ditarik ke dalam perut. Hal ini yang menyebabkan kepanikan karena orang tersebut juga percaya bahwa setelah penis ditarik sepenuhnya, ia akan mati.

Wendigo

Gangguan ini terjadi di Amerika Utara yang mempengaruhi penduduk asli Amerika yang mengalami musim dingin yang sangat parah sehingga makanan menjadi langka.

Pada awalnya, penderita mengalami rasa tidak suka terhadap makanan, dan jika hal ini tidak mereda, maka akan timbul kecemasan dengan cepat mencapai klimaks. Kemudian, penderita menafsirkan kebencian terhadap makanan sebagai bukti bahwa dia akan berubah menjadi wendigo.

Brain Fag

Istilah yang digunakan di Afrika Barat. Keluhan utamanya adalah kelelahan, yang mana sebagian besar terjadi pada siswa laki-laki sebagai respons terhadap stres sekolah.

Dhat

Dhat adalah istilah yang populer di India, dimana sejumlah penyakit dikaitkan dengan kehilangan air mani. Pasalnya, keyakinan ini juga serupa berlaku di beberapa negara Asia lainnya.

Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya