Apa itu Duck Syndrome? Kenali 9 Cara Mengatasinya

Apakah kalian sedang merasakan suntuk tapi terlihat baik-baik di depan publik? Mungkin kamu termasuk duck syndrome. Simak penjelasannya!

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 30 Nov 2022, 09:15 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2022, 09:15 WIB
Ilustrasi berkumpul dengan teman
Ilustrasi berkumpul dengan teman. Photo by Brooke Cagle on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang, khususnya kalangan muda, pasti pernah terlihat bahagia di depan orang lain. Namun, kenyataannya bahwa kita memendam rasa sebaliknya yang tidak bisa dijabarkan.

Situasi seperti ini ternyata memiliki istilah yang disebut duck syndrome. Lantas, apa itu duck syndrome?

Dilansir melalui Betterhelp, pada Selasa (29/11/2022), duck syndrome diciptakan di Stanford University, yang mana memberikan gagasan bahwa seekor bebek dapat terlihat tenang ketika berenang, padahal kakinya sambil berjuang keras mengayuh di bawah permukaan air untuk tetap bertahan.

Itu berarti banyak yang mengidentifikasi dengan citra ini karena mereka merasa harus mempertahankan penampian seolah-olah mereka siap berjuang untuk bersaing dengan orang lain.

Secara khusus, istilah ini merujuk pada para pelajar dalam situasi tertentu di mana mereka terlihat mampu menguasai semuanya, padahal banyak tuntutan yang harus dijalani.

Misalnya, di Perguruan Tinggi, mahasiswa dapat terlihat mengalir sepanjang hari layaknya bebek dengan menyeimbangkan akademisi, magang, kewajiban sosial, dan tanggung jawab keluarga tanpa sedikit pun perjuangan atau kesusahan.

Namun, sesuatu yang tidak terlihat, seperti hentakan kaki bebek, perasaan cemas dan keraguan diri tidak mudah diamati di antara mahasiswa yang tampaknya menghadapi kesulitan yang diberikan Pergurua Tinggi kepada mereka.

Dikutip dari Medicinenet, duck syndrome ini sering menunjukkan bahwa orang yang mengalaminya akan menderita kecemasan, depresi, stress, atau penyakit mental lainnya.

Meskipun bukan didiagnosis kesehatan mental formal, namun gejala yang digambarkan mirip dengan gejala umum stres, seperti kesulitan bersantai, tingkat percaya diri rendah, suka merasakan kesepian, gugup, hingga sulit tidur.

Perlu diwaspadai, karena konsekuensi depresi atau kecemasan yang diketahui berpotensi menghancurkan, duck syndrome ini harus ditanggapi dengan cukup serius dan ditangani secara efisien.

Faktor Risiko Duck Syndrome

anak kos
Ilustrasi anak kos di dalam kamar tidur/copyright unsplash.com/ Anthony Tran

Faktor risiko spesifik untuk duck syndrome dianggap mencakup banyak aspek, seperti pengalaman kuliah, termasuk tinggal jauh dari keluarga untuk pertama kalinya.

Selain itu, peningkatan yang signifikan dalam tuntutan akademik dan ekstrakurikuler dibandingkan dengan tingkat pendidikan sebelumnya.

Apalagi bagi kalangan remaja mungkin sudah tak asing lagi dengan penggunaan media sosial. Pasalnya, tekanan yang diberikan media sosial pada remaja untuk terlihat mencapai kesempurnaan terlepas dari semua tekanannya adalah faktor risiko yang berpotensial jadi penyebab duck syndrome ini.

Faktor risiko keluarga pun dianggap spesifik untuk duck syndrome, termasuk kecenderungan dalam menuntut dan menjunjung tinggi kesempurnaan.

Tak hanya itu, sikap orang tua yang terlalu protektif terhadap anak pun ikut berpengaruh, sehingga anak memiliki pengalaman dengan rasa kekecewaan.

Diketahui, gaya pengasuhan seperti ini terkadang disebut sebagai helicopter parenting, di mana orang tua cenderung “melayang” dan campur tangan secara berlebihan dalam kehidupan anak-anaknya.

9 Cara Mengatasi Duck Syndrome

Ilustrasi healing
Ilustrasi healing (Sumber: Pixabay/alfcermed)

Dilansir dari berbagai sumber resmi, berikut sembilan cara mengatasi duck syndrome, antara lain:

1. Mengatur Time Management dengan Baik

Kendala waktu dalam jadwal aktivitas kalian dapat menambah rasa kewalahan secara signifikan, tetapi strategi time management (manajemen waktu) yang efektif dapat membantu mengatasinya.

2. Luangkan Waktu untuk Relaksasi Diri

Relaksasi diri adalah salah satu cara paling ampuh buat menjaga kesehatan mental.

3. Tetapkan Tujuan yang Realistis

 Salah satu penyebab duck syndrome adalah kecenderungan perilaku perfeksionis dalam diri seseorang.

4. Curhat ke Orang Terdekat.

Beban yang ada di hati dan pikiran akan berkurang jika kita mau membagikan ke orang lain.

5. Belajar Mencintai Diri Sendiri

Cara pertama buat mengatasi duck syndrome adalah dengan mencintai diri sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penegasan diri memiliki manfaat di seluruh situasi yang mengancam.

 

Selanjutnya

Berhenti Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain
Ilustrasi Bermain Media Sosial Credit: pexels.com/pixabay

6. Jauhi Media Sosial Sementara Waktu

Di era modern saat ini, kita hampir tidak pernah bisa lepas dari media sosial. Namun, perlu diingat, jika media sosial juga bisa mendatangkan efek negatif dan menjadi penyebab seseorang menderita duck syndrome.

7. Terapkan Pola Hidup Sehat

Tubuh yang sehat merupakan salah satu kunci buat menjaga kesejahteraan mental dan meminimalisir penyebab duck syndrome.

8. Mengikuti Kegiatan yang Disukai

Melakukan hal-hal yang kalian sukai tanpa rasa bersalah atau tekanan dapat memusnahkan stress kalian dan meningkatkan mood kalian. Misalnya, pergi ke tempat gym, traveling¸atau hangout bersama teman.

9. Minta Bantuan Profesional

Jika beberapa cara yang ada tidak mampu mengatasi duck syndrome yang kamu rasakan, sebaiknya pertimbangkan untuk meminta bantuan profesional.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya