Tanda Seseorang Memiliki Disorganized Attachment Style Dalam Suatu Hubungan

Salah satu tipe attachment style yang paling langka adalah disorganized attachment style. Kenali jika pasangan atau kamu sendiri memiliki ini dan cara mengatasinya.

oleh Bella Zoditama diperbarui 25 Jun 2024, 08:06 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2024, 08:06 WIB
Ilustrasi tenang, kalem, diri sendiri
Ilustrasi tenang, kalem, diri sendiri. (Photo by Brooke Cagle on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan love language, kan? Lalu bagaimana dengan attachment style atau gaya ketertarikan? Pernahkah mendengar hal itu sebelumnya?

Dikenalkan oleh psikoanalis John Bowlby pada 1950-an dan diperluas oleh Mary Ainsworth, attachment style mampu menguraikan bagaimana ikatan Anda dengan pengasuh utama, seperti orangtua menjadi dasar memengaruhi diri dalam menavigasi hubungan sepanjang hidup sampai ketertarikan lawan jenis.

Sebenarnya ada empat tipe attachment style, tapi kali ini kami akan membahas tentang disorganized attachment style. Ini merupakan attachment style yang paling langka dan paling ekstrem karena bisa disebabkan oleh jenis trauma yang sangat spesifik.

Sebagaimana informasi dari Verywellmind, Rabu (19/6/2024), disorganized attachment style ditandai dengan perilaku yang tidak konsisten dan sulit diprediksi, dan terkadang disebut fearfulavoidant attachment style. Seseorang yang memiliki attachment style ini biasanya mengejar hubungan cinta tetapi kemudian melepaskan diri atau menyerang pasangan yang memberi mereka cinta itu.

Namun, jika Anda memiliki attachment style ini atau sedang menjalin hubungan dengan seseorang dengan disorganized attachment style, penting untuk memahami tanda-tanda dan penyebab bagaimana hal tersebut sebenarnya bisa terjadi. Termasuk apa yang bisa dilakukan agar mengurangi dampaknya.

Untuk itu, cek informasi selengkapnya tentang disorganized attachment style agar Anda dan pasangan dapat berupaya mengembangkan hubungan asmara yang lebih aman dan penuh kasih.

Tanda dan Ciri Disorganized Attachment Style

Ilustrasi bertengkar dengan pasangan
Ilustrasi bertengkar dengan pasangan. (Photo by RODNAE Productions/Pexels)

Disorganized attachment style ditandai dengan keinginan ekstrem untuk berada dalam hubungan asmara yang intim sekaligus sangat takut untuk benar-benar berada dalam hubungan tersebut. Emosi dan perilaku yang saling bertentangan inilah yang membedakannya dari avoidant atau anxious attachment style.

Seseorang dengan anxious attachment style sangat ingin menjalin hubungan yang aman sehingga mereka mampu mengabaikan banyak tanda bahaya dan melakukan apa pun untuk mempertahankan hubungan tersebut. Meskipun hubungan itu tidak sehat.

Sementara, seseorang dengan disorganized attachment style sangat takut dengan keintiman sehingga mereka menjauhi orang lain atau menghindari hubungan dengan cara apa pun. Namun, terkadang mereka juga melakukan keduanya.

Di mana orang tersebut sebenarnya mendambakan keintiman dan pada saat yang sama sangat takut akan hal itu. Akibatnya, mereka mungkin menunjukkan perilaku cemas dan menghindar sehingga mudah untuk salah mengidentifikasi attachment style-nya.

Pertentangan antara kedua ekstrem itulah yang menjadi tandanya. Beberapa tanda yang dapat Anda cari dalam pikiran dan perilaku Anda jika Anda curiga Anda memiliki disorganized attachment style meliputi:

  • Kebutuhan yang kuat akan kedekatan dan koneksi
  • Merasa tidak dapat dicintai atau tidak berharga
  • Merasa sangat sulit untuk terbuka atau rentan terhadap orang lain
  • Berjuang untuk memercayai pasangan Anda ketika mereka mengatakan mereka mencintai atau mendukung Anda
  • Merasa tidak nyaman atau tidak percaya terhadap tindakan suportif atau upaya pasangan Anda untuk berhubungan dengan Anda
  • Terus-menerus mencari tanda-tanda penolakan atau pengkhianatan saat Anda sedang menjalin hubungan

Penyebab Seseorang Memiliki Disorganized Attachment Style

Memori Buruk atau Trauma
Ilustrasi Trauma Credit:pexels.com/Maycon

Disorganized attachment style diyakini disebabkan oleh trauma masa kecil yang ekstrem. Meskipun trauma dapat terjadi dalam berbagai bentuk, attachment style ini diperkirakan berasal dari situasi traumatis di mana figur atau seseorang yang menjadi sandaran anak untuk bertahan hidup justru menjadi sumber rasa takut dan bukan rasa aman.

Seorang anak yang mengalami pelecehan verbal, fisik, atau seksual, misalnya, dapat mengembangkan disorganized attachment style, seperti halnya seorang anak yang menyaksikan figur di dekatnya melakukan tindakan kekerasan atau pelecehan terhadap orang lain. Pengabaian juga bisa menimbulkan trauma. Namun lebih cenderung menimbulkan anxious atau avoidant attachment style.

Perbedaan antara attachment style yang dikembangkan tidak ada hubungannya dengan pengalaman siapa yang lebih atau kurang menimbulkan trauma. Melainkan bagaimana trauma tersebut membentuk ikatan seseorang dengan sosok attachment.

Dalam kasus disorganized attachment, sosok yang memiliki keterikatan justru melakukan kekerasan terhadap anak atau orang lain di hadapan anak. Hal inilah yang menjadi sumber ketakutan. Orang yang seharusnya menjadi sumber keamanan ini menjadi ancaman yang harus dihindari oleh anak agar dapat bertahan hidup.

Meski takut, seringkali anak masih bergantung pada sosok tersebut. Merasa terjebak dalam lingkungan ini, anak melakukan yang terbaik untuk berperilaku melindungi dirinya dari pelecehan.

Tanda Disorganized Attachment Style dalam Hubungan

Ilustrasi hubungan merenggang, pasangan bertengkar
Ilustrasi hubungan merenggang, pasangan bertengkar. (Image by Freepik)

Ketika seseorang dengan disorganized attachment style mendekati segala jenis keintiman atau ikatan dekat dengan orang lain, mereka dipenuhi dengan perasaan rindu dan takut yang luar biasa dan saling bertentangan. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah dalam suatu hubungan, termasuk:

  • Sinyal yang beragam. Misalnya mereka bisa sangat melekat pada pasangan, lalu tidak lama kemudian justru menjauh dalam sehari
  • Kurangnya kepercayaan yang terlihat seperti terlalu curiga atau langsung mengambil kesimpulan berdasarkan sedikit atau tanpa bukti
  • Kecenderungan untuk menutup diri atau mati rasa saat bertengkar
  • Menyabotase hubungan, sering kali dengan mencari alasan untuk mengakhirinya atau dengan melakukan sesuatu yang membuat orang lain mengakhirinya
  • Memilih pasangan yang tidak cocok, seperti seseorang yang berpotensi melakukan kekerasan atau suka mengontrol
  • Mencari atau menciptakan dinamika hubungan yang tidak sehat, seperti berkelahi atau sengaja menyakiti orang lain

Cara Memiliki Hubungan yang Sehat dengan Disorganized Attachment Style

Konsultasi ke Psikolog
Ilustrasi kegiatan terapi korban pembullyan pada terapis ahli. (Sumber foto: Pexels.com).

Meskipun rasanya mustahil untuk memercayai orang lain dan merasa aman kembali setelah trauma, ada kemungkinan untuk mematahkan pola tersebut dan mampu menjalin hubungan yang aman dan sehat.

Berikut beberapa langkah terpenting yang dapat Anda ambil:

1. Bicaralah dengan terapis

Meskipun sangat mungkin untuk memiliki hubungan yang sehat dengan disorganized attachment style, sering kali trauma yang mendasarinya perlu disembuhkan untuk melakukannya. Menghadapi masa lalu itu mungkin menyakitkan dan Anda mungkin tidak tahu harus mulai dari mana atau bagaimana.

Pelatihan profesional dan wawasan dari terapis dapat membantu Anda menjalani proses yang menyakitkan dan membebani ini dengan aman.

2. Mulai menulis jurnal

Jika Anda belum siap menemui terapis atau menemui terapis tetapi belum siap untuk mengeksplorasi trauma Anda bersama mereka, langkah pertama yang lebih lembut adalah dengan mengungkapkannya sendiri. Anda bisa mulai dengan mendeskripsikan fakta nyata dari masa lalu Anda yang traumatis seperti siapa, apa, kapan, dan di mana.

Kemudian, duduklah setiap malam untuk menulis tentang hari Anda dan renungkan peristiwa atau pemikiran apa pun yang mungkin terkait dengan gaya keterikatan atau trauma Anda yang tidak teratur.

Membuat jurnal adalah titik awal yang berguna karena memberi Anda kendali atas prosesnya. Ini adalah objek nyata yang dapat Anda buka saat Anda siap merenungkan masa lalu dan menyimpannya saat Anda perlu istirahat.

3. Melatih self-compassion (welas asih)

ilustrasi duduk memeluk lutut untuk mengatasi cegukan/pexels
ilustrasi duduk memeluk lutut untuk mengatasi cegukan/pexels

Disorganized attachment style cenderung disertai dengan banyak pembicaraan negatif pada diri sendiri. Anda mungkin merasa tidak bisa dicintai atau tidak pantas mendapatkan hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang.

Anda akhirnya bisa memproyeksikan hal negatif ini ke pasangan Anda, dengan asumsi dia juga menganggap Anda tidak bisa dicintai. Salah satu cara untuk memulai penyembuhan adalah dengan melawan pikiran negatif tersebut.

Jadikan kebiasaan berikut sebagai bagian dari rutinitas Anda:

  • Lakukan sesuatu untuk menjaga kesehatan fisik Anda

Luangkan waktu sejenak untuk mengenali sesuatu yang dibutuhkan tubuh Anda dan lakukan itu sendiri. Sebagai contohnya, berjalan-jalan atau makan sesuatu yang sehat.

  • Lakukan tindakan kebaikan kecil untuk diri sendiri setiap hari

Anda bisa mengerjakan sesuatu yang membuat hari Anda sedikit lebih menyenangkan. Misalnya pergi ke pantai atau taman favorit sepulang kerja atau bangun sepuluh menit lebih awal untuk sarapan tanpa terburu-buru.

  • Perhatikan kekuatan Anda dan hal-hal yang Anda lakukan dengan benar

Anda mungkin merasa tidak ada hal yang perlu diperhatikan. Akan tetapi, Anda bisa memulai dengan hal-hal kecil yang mungkin terasa konyol untuk diakui. Mungkin Anda pandai mengingat untuk memberi makan anjing Anda atau membuat sandwich keju panggang terbaik.

  • Latihlah kasih sayang terhadap orang lain

Penelitian menunjukkan bahwa melakukan tindakan kebaikan kecil dapat meningkatkan rasa harga diri dan harga diri seseorang. Jadi cobalah menjadi sukarelawan di tempat penampungan atau membantu tetangga menurunkan belanjaan mereka.

Infografis Transaksi Judi Online Capai Rp 600 Triliun. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Transaksi Judi Online Capai Rp 600 Triliun. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya