Liputan6.com, Jakarta - Otomatisasi, yaitu penggunaan mesin, sistem kontrol, dan teknologi informasi, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja. Namun, perkembangan pesat dalam artificial intelligence atau teknologi kecerdasan buatan (AI) menimbulkan kekhawatiran besar, karena diperkirakan AI bisa menggantikan hingga 72% pekerjaan yang ada saat ini (TamStage, 2024).
Perubahan ini mencerminkan pergeseran besar di pasar tenaga kerja. Menurut McKinsey Global Institute (2024), minat terhadap pekerjaan rutin semakin menurun, sedangkan permintaan untuk pekerjaan yang memerlukan keterampilan tinggi, terutama di bidang kesehatan dan STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika), terus meningkat.
Baca Juga
House of HR telah mengidentifikasi enam jenis pekerjaan yang sulit digantikan oleh AI. Berikut adalah penjelasan mengenai pekerjaan-pekerjaan tersebut:Â Â Â Â Â
Advertisement
Â
1. Dokter dan Perawat
Meskipun teknologi seperti kecerdasan buatan semakin canggih dalam mendiagnosis penyakit dan memberikan perawatan, peran manusia dalam bidang kesehatan tetap tak tergantikan.
Empati dan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien adalah hal yang sulit ditiru oleh mesin. Selain itu, keterampilan motorik halus yang diperlukan dalam prosedur medis seperti operasi masih menjadi domain para ahli medis manusia.
Selain pengetahuan medis, baik dokter maupun perawat juga harus memberikan dukungan emosional yang kuat untuk membantu pasien melewati masa-masa sulit. Kemampuan untuk memahami bahasa tubuh, memberikan sentuhan yang menenangkan, dan mendengarkan keluhan pasien dengan empati adalah hal-hal yang sulit diprogram ke dalam sebuah mesin.
2. Manajer Sumber Daya Manusia
Human Resource lebih dari sekadar mengelola data karyawan. Pekerjaan ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika sosial dalam sebuah perusahaan.
Membangun tim yang solid, menyelesaikan konflik, dan menciptakan budaya kerja yang positif adalah tugas yang membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi. AI mungkin dapat mengotomatiskan tugas-tugas administratif, tetapi sulit bagi mereka untuk memahami nuansa kompleks dari interaksi manusia.
Misalnya, ketika seorang karyawan mengalami masalah pribadi yang berdampak pada kinerja kerjanya, seorang HR profesional harus mampu memberikan dukungan yang tepat. Ini melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan empati, memberikan nasehat yang bijaksana, dan merujuk karyawan ke sumber daya yang tepat.
Advertisement
3. Seniman
Pekerjaan kreatif yang berkaitan dengan seni, desain, dan penulisan membutuhkan imajinasi, intuisi, dan pemahaman yang mendalam tentang budaya dan emosi manusia.
AI dapat menghasilkan karya seni atau musik yang meniru gaya manusia, tetapi sulit bagi mereka untuk menciptakan karya yang benar-benar orisinil dan bermakna.
Seorang penulis, misalnya, harus mampu menciptakan karakter yang kompleks, membangun plot yang menarik, dan menyampaikan pesan yang mendalam. Karya sastra yang baik tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan menantang pembaca untuk berpikir kritis.
AI mungkin dapat menghasilkan teks yang koheren, tetapi sulit bagi mereka untuk menangkap nuansa bahasa dan gaya penulisan yang unik.
4. Manajer Operasional dan IT
Meskipun kecerdasan buatan (AI) dapat mengotomatiskan banyak tugas dalam manajemen operasional dan teknologi informasi, peran manusia tetap sangat penting dalam mengelola sistem secara keseluruhan.
Seorang ahli di bidang operasional dan IT akan terlibat dalam pengambilan keputusan yang kompleks, pemecahan masalah yang tidak terduga, serta kemampuan untuk melihat gambaran besar.
Misalnya, ketika terjadi gangguan pada sistem komputer perusahaan, seorang manajer IT harus mampu mengidentifikasi akar permasalahan, mengembangkan solusi yang efektif, dan mengkoordinasikan tim untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Selain itu, manajer IT juga perlu mampu mengantisipasi perubahan teknologi dan menyesuaikan strategi perusahaan agar tetap relevan
Advertisement
5. Konselor dan Terapis
Lagi-lagi, AI tidak akan mampu menggantikan pekerjaan yang berkaitan dengan emosional manusia. Profesi konselor dan terapis melibatkan interaksi manusia yang mendalam ketika membantu klien mengatasi masalah emosional dan psikologis.
AI mungkin dapat memberikan informasi dan saran, tetapi sulit untuk menciptakan ikatan emosional yang kuat dan empati yang diperlukan dalam terapi.
Misalnya, seorang terapis yang membantu klien mengatasi trauma masa lalu harus mampu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Ini melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami bahasa tubuh, dan memberikan validasi terhadap perasaan klien. Keterampilan ini sangat sulit diajarkan pada sebuah mesin.
6. Digital Marketer
Seorang digital marketer harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang perilaku konsumen, tren pasar, dan teknologi digital. Mereka harus mampu menciptakan kampanye pemasaran yang kreatif dan efektif untuk mencapai tujuan bisnis.
AI memang dapat membantu dalam menganalisis data dan mengotomatiskan beberapa tugas, namun kreativitas dan intuisi manusia tetap diperlukan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang sukses.
Misalnya, seorang pemasar digital yang ingin meluncurkan produk baru harus mampu mengidentifikasi target audiens yang tepat, mengembangkan pesan yang menarik, dan memilih saluran pemasaran yang paling efektif.
Ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi konsumen dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tren pasar.
Advertisement