5 Tanda Umum Kurang Tidur yang Tak Boleh Diabaikan, Rasakan yang Mana?

Kurang tidur dapat merusak segalanya, mulai dari suasana hati hingga ingatan. Berikut cara mengenali semua tanda bahwa Anda butuh lebih banyak tidur.

oleh Bella Zoditama diperbarui 18 Sep 2024, 10:03 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 10:03 WIB
5 Tanda Umum Kurang Tidur yang Tak Boleh Diabaikan, Rasakan yang Mana?
5 Tanda Umum Kurang Tidur yang Tak Boleh Diabaikan, Rasakan yang Mana? (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam keseharian yang menuntut selalu aktif, rasanya seperti ada tekanan atau godaan untuk mengurangi waktu tidur. Sebab, Anda seperti ingin menuntaskan semua pekerjaan yang banyak dan tidak pernah ada habisnya itu.

Terlebih saat ini kurang tidur bisa dikatakan sebagai sesuatu hal normal dan patut dibanggakan. Di mana hal ini bisa menjadi sebuah dedikasi Anda dalam bekerja. Di mana berapa aktif dan sibuknya Anda berbanding terbalik dengan waktu tidur yang dibutuhkan. 

Namun, tidur bukan sekadar hadiah yang nyaman setelah seharian beraktivitas. Itu tentu saja bukan tanda kemalasan atau kelemahan. Ketika kita kurang tidur—yang dialami orang dewasa—kesehatan dan kesejahteraan kita dapat terganggu dalam berbagai cara seperti kesehatan mental, fisik, dan emosional.

Melansir dari Real Simple, Senin (16/9/2024), Anda tidak perlu begadang semalaman, atau mendapati diri Anda tertidur begitu saja untuk dianggap secara teknis kurang tidur. Faktanya, Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda tidak cukup tidur, karena Anda mungkin tidak merasa sangat lelah.

Dalam bukunya Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams, profesor dan direktur Sleep and Neuroimaging Lab di UC Berkeley, Matthew Walker, menjelaskan penelitian ilmiah yang menyimpulkan: tidur hanya enam jam per malam selama 10 hari dapat membuat Anda sama terganggunya dengan seseorang yang terjaga selama 24 jam berturut-turut.

Untuk menghindari masalah kesehatan jangka panjang dan meningkatkan kehidupan sehari-hari Anda, berikut cara mengenali tanda-tanda kurang tidur yang tersembunyi.

1. Suasana hati gampang berubah

Gambar Ilustrasi Wanita Sedang Moody
Ilustrasi perempuan moody Sumber: Freepik

Tidur dan kesehatan emosional saling terkait erat. Menurut statistik dari Harvard Medical School, pasien dengan kecemasan dan depresi lebih mungkin melaporkan insomnia kronis.

Bahkan, kurang tidur sebagian dalam jangka pendek dapat memengaruhi suasana hati, pandangan, dan kualitas hubungan kita yang paling penting secara negatif.

"Jika Anda kurang tidur, Anda lebih rentan terhadap sifat pemarah, mudah tersinggung, dan tantangan dalam mengatasi stres," kata Lauren Hale, seorang profesor dalam program public health di Stonybrook University dan mantan pemimpin redaksi jurnal Sleep Health.

"Kurang tidur dan stres juga dapat menciptakan siklus yang buruk: kecemasan membuat kita lebih sulit tertidur, dan kemudian kurang tidur membuat kita lebih sensitif terhadap tekanan kehidupan sehari-hari," jelasnya.

2. Kesehatan kulit terganggu

Mata merah dan bengkak, lingkaran hitam di bawah mata, dan sudut mulut yang melengkung ke bawah semuanya mudah dikenali pada orang-orang yang kurang tidur yang berpartisipasi dalam sebuah penelitian di Stockholm University.

"Orang-orang biasanya dapat mengetahui apakah Anda mengalami malam yang berat," kata Lauren Hale. "Bahkan sedikit saja kurang tidur dapat memengaruhi penampilan Anda."

Meskipun concealer yang bagus dapat membantu memperlihatkan Anda terlihat segar, itu bukanlah solusi jangka panjang untuk kulit yang segar dan sehat.

Tidur yang cukup dan berkualitas baik harus menjadi pilar dari setiap rutinitas perawatan kulit.

3. Produktivitas dan kinerja menurun

Ilustrasi mengantuk saat kerja
Ilustrasi mengantuk saat kerja. (Photo by Marcus Aurelius from Pexels)

Kurang tidur kronis dapat memengaruhi kemampuan kita untuk bernalar, fokus, dan bahkan menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan hal-hal sederhana secara negatif, sehingga menciptakan dampak kumulatif yang monumental di tempat kerja.

Seringkali kita percaya bahwa begadang untuk menyelesaikan proyek kerja atau mempersiapkan presentasi sangatlah penting. Namun, ternyata, berhenti bekerja tepat waktu untuk menenangkan diri dan tidur nyenyak pada malam hari umumnya merupakan cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja secara keseluruhan.

Dalam berbagai penelitian tidur yang dilakukan hampir 40 tahun yang lalu, Robert Stickgold, direktur Center for Sleep and Cognition di Harvard Medical School, telah menemukan bahwa tidur malam dan mimpi mendorong pembelajaran baru, konsolidasi memori, dan kreativitas yang lebih besar.

Namun, akhir-akhir ini, Stickgold juga telah menunjukkan dalam eksperimen yang lebih baru bahwa tidur di siang hari dapat memberikan manfaat yang sama baiknya untuk pemrosesan memori seperti tidur semalam penuh.

Tidur siang bahkan tampaknya lebih baik daripada kopi di hari kerja. Meskipun minum secangkir kopi sebelum tidur siang dikenal sebagai kombinasi penyemangat terbaik.

Kafein memang meningkatkan kekuatan kognitif hingga setengah jam, "tetapi tidur sebenarnya mengambil informasi terbaru yang telah Anda pelajari dan menyimpannya sehingga Anda dapat menyerap informasi baru dengan lebih efektif," kata Stickgold kepada majalah Time.

4. Nafsu makan terganggu dan perubahan berat badan

Nafsu Makan
Ilustrasi orang yang tidak bisa menahan nafsu makan. Credits: pexels.com by Andres Ayrton

Pada tahun 2004, sebuah studi dari Wisconsin Sleep Cohort yang berskala besar dan telah berlangsung lama menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari enam jam setiap malam cenderung lebih kelebihan berat badan.

Kelompok ini menunjukkan penurunan kadar hormon penekan nafsu makan leptin, bersamaan dengan peningkatan kadar hormon perangsang rasa lapar ghrelin. Saat kita terlalu lelah, kita cenderung lebih sering meraih lebih banyak camilan dan menyerah pada keinginan untuk mendapatkan kepuasan instan, keinginan yang mungkin dapat kita tekan.

Baru-baru ini, para peneliti telah mengidentifikasi hubungan yang kuat antara kurang tidur dan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, gangguan metabolisme yang sering dipicu oleh makan berlebihan dan obesitas.

Hal ini mendorong jurnal medis Lancet untuk berpendapat bahwa, mengingat "gaya hidup masyarakat modern yang 24/7," dokter di mana pun harus bekerja lebih keras untuk "memotivasi pasien mereka agar menikmati tidur yang cukup" sebagai cara untuk mencegah—dan mengobati—obesitas dan diabetes.

5. Sering ragu dan penilaian gampang goyah

Ilustrasi presentasi
Ilustrasi presentasi. (Image by pch.vector on Freepik)

Baik membaca situasi sosial secara akurat maupun membuat keputusan yang baik sangat bergantung pada kapasitas otak untuk memproses emosi. Namun, ketika orang kurang tidur, wilayah otak yang terlibat dengan pemrosesan emosi, korteks prefrontal, "pada dasarnya tertidur," menurut profesor Psychiatry, Psychology, and Medical Imaging di University of Arizona, William Killgore.

Selain itu, ada bukti bahwa mengantuk juga membuat orang licik. Di mana aryawan yang kurang tidur lebih cenderung mengambil jalan pintas dan mengambil pujian atas pekerjaan orang lain, menurut penelitian yang ditinjau oleh organizational psychologists Thomas W. Britt dan Steve M. Jex dalam buku baru mereka Thriving Under Stress.

Mengapa begitu? "Agaknya," tulis Jex dan Britt, tidak mendapatkan cukup tidur mengakibatkan "berkurangnya pengendalian diri."

Infografis KIM Plus Usung Duet Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024. (Foto: Liputan6.com)
Infografis KIM Plus Usung Duet Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta 2024. (Foto: Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya