5 Faktor Penyebab Kamu Sering Lupa, Salah Satunya Kurang Tidur

Sering lupa dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti kurang tidur, mengonsumsi obat-obatan, hingga trauma kepala mendorong gangguan cara kerja fungsi otak.

oleh Cicilia Afrilia Damayanti Simbolon diperbarui 25 Okt 2024, 08:05 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2024, 08:05 WIB
Ilustrasi lupa
Ilustrasi lupa. (Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/woman-in-gray-tank-top-3812757/)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda kelupaan menaruh benda yang baru beberapa menit diletakkan? Hal ini merupakan salah satu gejala kelupaan yang sering dialami oleh sebagian orang.

Kelupaan merupakan kegagalan dalam mengingat informasi yang pernah diterima oleh otak Anda. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami hilang ingatan dalam jangka waktu pendek. Untuk mengingat hal tertentu, orang yang mengalami kelupaan akan memaksa otak berpikir dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan orang tersebut mengalami serangan sakit kepala atau pusing.

Namun, tahukah Anda bahwa kelupaan merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dilansir dari Amen Clinics, Selasa (22/10/2024) berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan Anda sering mengalami kelupaan.

1. Kurang Tidur

Masalah tidur dapat menyebabkan risiko terserang masalah ingatan yang lebih tinggi. Menurut ilmuwan mengatakan bahwa pada saat tidur, otak akan membersihkan racun yang menumpuk sepanjang hari. Namun, jika Anda memiliki waktu tidur yang tidak cukup, maka otak Anda tidak dapat membersihkan racun dengan baik. Sehingga menyebabkan penumpukan dalam otak yang mengakibatkan masalah ingatan dan kabut otak.

Penelitian dalam Nature Neuroscince melakukan penelitian terhadap orang lanjut usia. Hasilnya menunjukkan bahwa kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan penurunan daya ingat sebesar 55%. Hasil lainnya juga menunjukan bahwa tidur dengan waktu yang cukup penting untuk konsolidasi ingatan bagi kalangan usia manapun. Untuk mengatasi hal tersebut Anda dapat menciptakan rutinitas tidur selama 7-8 jam setiap malam untuk meningkatkan kualitas tidur.

2. Mengerjakan Tugas Secara Multitasting

Contoh ilustrasi tugas pekerjaan yang banyak
Jika kamu tidak dapat menstimulasi kecerdasan emosional, hal ini dapat berdampak ke pekerjaanmu (Foto: Unsplash.com/Alvaro Reyes)

Sering kelupaan tidak hanya dikaitkan dengan masalah memori saja, tetapi juga berkaitan dengan gangguan. Menurut penelitian saat otak Anda menerima dan memaksa untuk melakukan banyak tugas, pusat memori otak akan merasa terbebani. Misalnya ketika Anda menonton tv sambil bermain game di tablet saat mengobrol dengan pasangan, Anda akan sulit mengingat apa yang mereka katakan.

Berdasarkan survei tahun 2020 di Amerika Serikat, sebagian orang mengalami kelupaan akibat mengerjakan tugas dengan jumlah yang banyak dalam satu waktu. Masalah ini memengaruhi ingatan Anda sekalipun tentang sesuatu yang sering Anda lakukan seperti kata sandi, barang kebtuhan berbelanja, hingga tempat meletakan kunci. Untuk mengatasi hal ini, Anda perlu melakukan satu per satu pekerjaan agar lebih mudah diingat dengan baik.

3. Trauma Kepala

Contoh ilustrasi kepala terluka karena benturan
Benturan pada kepala dapat mempengaruhi otak sehingga akan menimbulkan trauma pada bagian otak. (Foto: Pexels.com/Karolina Grabowska)

Masalah hilang ingatan juga dapat disebabkan oleh trauma kepala. Trauma kepala dapat berupa jatuh dari sepeda, terpeleset tangga, atau bahkan kecelakaan mobil yang menyebabka kepala berbentur. Kejadian-kejadian tersebut dapat berdampak panjang pada kemampuan daya ingat Anda.

Sebagian orang tidak menyadari bahwa kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab Anda sering lupa. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda dapat melakykan berbagai terapi untuk menyembuhkan trauma otak. Beberapa di antaranya seperti terapi oksigen hiperbalik, neurofeedback, dan terapi lainnya yang memulihkan fungsi kognitif.

4. Mengonsumsi Obat-Obatan

Mengonsumsi Obat Pereda Nyeri
Ilustrasi Obat Pereda Nyeri Credit: pexels.com/pixabay

Sering mengonsumsi obat-obatan seperti obat tidur, obat penurun kolesterol atau pil anti-kecemasan dapat mempengaruhi daya ingat seseorang. Misalnya saat Anda mengonsumsi pil tidur, obat tersebut akan bekerja melewati jalur otak. Sehingga, memengaruhi proses pembuatan memori.

Dalam temuan Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer tahun 2019 mereka yang berusia dewasa dan mengonsumsi obat tidur sekitar 43% lebih mudah terserang gangguan demensia dibandingkan mereka yang berusia lanjut dan tidak mengonsumsi obat tidur. Selain itu, mengonsumsi obat kolesterol juga dapat menurunkan fungsi otak dan menurunan daya ingat. Untuk mengatasi hal ini Anda perlu melakukan konsultasi ke dokter tentang metode perawatan aktivitas otak dan memori.

5. Gangguan ADHD

Ilustrasi anak ADHD
Ilustrasi anak ADHD. Foto: Freepik

Gangguan ADHD merupakan gangguan mental yang menyebabkan seseorang kesulitan mengendalikan emosi. Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa sering kelupaan juga dapat menjadi gejala gangguan ADHD. Gejala lainnya seperti mudah hilang fokus yang membuat seseorang hanya mengingat memori jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang.

Penelitian dalam Clinical Psychology Review menemuka bahwa anak-anak dengan gangguan ADHD mengalami masalah signifikan terkait cara kerja memori otak dibandingkan dengan teman seumurannya yang sehat. Hal ini mengakibatkan otak tidak mampu memprioritaskan informasi penting untuk diserap dan diingat dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut Anda perlu melakukan pengobatan ADHD.

[INFOGRAFIS] Waspadai Demensia Alzheimer!
Alzheimer bisa dicegah sejak dini dengan pola hidup sehat, olahraga rutin, gizi makanan seimbang, pikiran positif dan aktivitas produktif.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya