Sering Digunakan Tanpa Disadari, Ini 44 Contoh Retorika dalam Kehidupan Sehari-hari

Pahami bagaimana retorika digunakan dalam percakapan, iklan, pidato, dan politik, serta dampaknya bagi kita sehari-hari. Pelajari contoh-contohnya dan bedakan retorika etis dan tidak etis.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 15 Apr 2025, 08:04 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2025, 08:04 WIB
apa itu retorika
apa itu retorika ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Retorika adalah seni atau ilmu yang mempelajari cara-cara efektif menggunakan bahasa untuk mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui contoh retorika dalam berbagai bentuk komunikasi, baik itu dalam percakapan informal maupun dalam situasi yang lebih formal seperti pidato atau presentasi.

Retorika memainkan peran penting dalam memengaruhi orang dan membentuk opini, terutama dalam konteks sosial, politik, dan komersial. Salah satu contoh retorika yang sering kita jumpai adalah dalam dunia periklanan. Iklan-iklan yang kita lihat di media cetak maupun digital sering kali menggunakan kalimat persuasif untuk menarik perhatian konsumen.

Misalnya, iklan produk sabun mandi bisa menyatakan, "Dengan menggunakan sabun mandi ini, kulitmu akan terasa lembut dan harum sepanjang hari." Kalimat ini dirancang untuk menciptakan citra positif tentang produk, sekaligus menggugah minat konsumen untuk membeli. Strategi seperti ini merupakan bagian dari retorika yang bertujuan memengaruhi keputusan konsumen dengan menggunakan kata-kata yang persuasif.

Selain dalam dunia iklan, retorika juga sangat berperan dalam pidato politik. Pemimpin atau tokoh politik sering kali menggunakan retorika untuk menggerakkan massa dan menggugah emosi audiens mereka. Dalam pidato politik, strategi yang digunakan sering kali melibatkan metafora, analogi, dan penggunaan logika yang persuasif untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan.

Berikut ini, Liputan6.com merangkum beberapa contoh retorika dalam kehidupan sehari-hari dari berbagai sumber, Selasa (15/4/2025).

Retorika dalam Percakapan Sehari-hari

retorika adalah
retorika adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

1. Apakah benar kita memiliki hak untuk menuntut ketika kewajiban kita diabaikan? Nasrudin mempertanyakan, "Seharusnya Tuan Hakim mengambil gentong mentega sebagai ganti tanda tangan?" Pertanyaan ini menyoroti ketidakadilan di mana hak-hak kita mungkin terabaikan sementara tuntutan kita diabaikan.

2. Mengapa kita berpikir bahwa perubahan bisa terjadi dalam satu detik? Apakah mungkin kita harus mengalami kesulitan terlebih dahulu agar dapat memahami penderitaan orang lain?

3. Apakah kita hanya bisa duduk terdiam dan menunggu bantuan datang? Pertanyaan ini mengajak kita untuk berpikir tentang tanggung jawab kita dalam situasi sulit dan apakah kita, hanya dapat bergantung pada bantuan dari pihak lain.

4. Adakah harapan bahwa dengan menangis, orang yang kita cintai dapat hidup kembali? Pertanyaan ini menyentuh sisi emosional dan membuat kita mempertimbangkan realitas kehidupan dan kehilangan.

5. Bagaimana mungkin kita mencapai kesuksesan jika terus-menerus mengeluh? Apakah sikap negatif dapat menghambat potensi kita? Pertanyaan ini menggugah, untuk memeriksa pola pikir dan tindakan yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan.

6. Apakah kita seharusnya hanya diam dalam situasi buruk? Pertanyaan ini mengevaluasi sikap kita terhadap tindakan atau respons yang mungkin diperlukan dalam menghadapi tantangan.

7. Mengapa ada ketakutan terhadap tugas jaga malam? Apakah ketakutan tersebut beralasan atau hanya merupakan kekhawatiran yang tidak beralasan?

8. Apakah pantas seseorang dijuluki pintar jika hanya bermain-main tanpa belajar? Pertanyaan ini mengajukan pertanyaan tentang nilai pendidikan dan kebijaksanaan dalam mencapai tujuan hidup.

9. Apakah mungkin kembali ke masa kecil? Pertanyaan ini membahas keinginan untuk mengubah masa lalu dan membangkitkan kembali kenangan.

10. Apakah semua orang menginginkan kebahagiaan? Pertanyaan ini menggali esensi dari kebahagiaan dan apakah hal tersebut menjadi tujuan umum bagi setiap individu.

11. Adakah rasa kasihan terhadap saudara yang mengalami kesulitan sementara kita menikmati kesenangan? Pertanyaan ini mengajak kita untuk merenung tentang empati dan tanggung jawab sosial.

12. Mengapa harus mencari Tuhan jika tidak pernah terbukti keberadaannya? Pertanyaan ini membuka pembicaraan tentang keyakinan dan makna hidup.

13. Apa gunanya pemilu jika hasilnya dapat diprediksi berdasarkan keuangan partai? Pertanyaan ini menyoroti isu korupsi dalam politik dan keadilan dalam demokrasi.

14. Apakah realistis bermimpi menikahi seseorang dari kelas sosial yang berbeda? Pertanyaan ini menggali pandangan tentang kesetaraan dan perbedaan sosial.

15. Bagaimana negara dapat dipimpin oleh seseorang yang tidak belajar dan hanya suka bermain? Pertanyaan ini merangsang pemikiran tentang kepemimpinan dan kualifikasi.

16. Apakah ini kenyataan, bahwa seseorang yang dulunya lemah sekarang menjadi preman? Pertanyaan ini menyoroti perubahan karakter dan perjalanan hidup.

17. Apakah adil bahwa anak yang baik meninggal secara tragis? Pertanyaan ini membawa kita ke dalam pertimbangan tentang keadilan dan nasib tragis.

18. Mengapa mencari sesuatu seperti Tuhan jika tidak dapat dibuktikan? Pertanyaan ini membahas agama dan konsep kepercayaan.

19. Apakah manusia beragama hanya untuk memuaskan kebutuhan percaya pada yang lebih besar? Pertanyaan ini membahas motivasi dan kebermaknaan agama dalam kehidupan manusia.

20. Bagaimana kita bisa menyuruh orang berbuat baik jika kita sendiri tidak pernah melakukannya? Pertanyaan ini mengajak kita untuk merefleksikan konsistensi nilai dan tindakan kita.

21. Adakah rasa tega melihat saudara kelaparan sementara kita menikmati makanan enak? Pertanyaan ini menyoroti kesenjangan sosial dan tanggung jawab terhadap sesama.

22. Bagaimana mungkin orang jahat bisa masuk surga? Pertanyaan ini membahas konsep keadilan dan penebusan.

Retorika dalam Iklan dan Pemasaran

Ilustrasi berbicara di depan umum yang menurun/freepik.com/sameerapriyasanka89
Tidak bicara seharian bisa bikin kemampuan komunikasi kamu menurun dan hal ini fatal jika terus dilakukan. (Foto dok: freepik/sameerapriyasanka89).... Selengkapnya
  1. Apakah Anda rela melewatkan masa depan yang lebih cerah hanya karena takut memulai hari ini?(Dorongan untuk membeli produk pendidikan, pelatihan, atau investasi.)
  2. Jika bukan Anda yang peduli dengan masa depan keluarga, siapa lagi?(Digunakan dalam iklan asuransi atau investasi keluarga.)
  3. Apa arti kecantikan jika Anda sendiri tidak merasa percaya diri?(Iklan skincare, kosmetik, atau produk perawatan diri.)
  4. Apakah Anda akan terus mengandalkan keberuntungan untuk hidup sehat?(Untuk iklan produk kesehatan atau kebugaran.)
  5. Masihkah Anda puas dengan hasil yang biasa-biasa saja?(Digunakan untuk membandingkan keunggulan produk dengan kompetitor.)
  6. Mengapa memilih yang mahal jika ada yang berkualitas dan terjangkau?(Iklan produk alternatif ekonomis tapi tetap unggul.)
  7. Tidakkah Anda pantas mendapatkan pelayanan terbaik?(Untuk brand yang menonjolkan service excellence.)
  8. Apa gunanya banyak diskon jika produknya tak berkualitas?(Menekankan kualitas premium dibanding harga murah.)
  9. Apakah Anda ingin dikenang karena keputusan cerdas Anda hari ini?(Digunakan dalam promosi produk investasi atau edukasi.)
  10. Apa yang akan Anda lakukan saat peluang besar hanya muncul sekali?(Untuk campaign berbatas waktu atau penawaran eksklusif.)
  11. Apakah Anda ingin anak Anda tumbuh menjadi versi terbaik dirinya?(Untuk iklan pendidikan, susu anak, atau produk parenting.)
  12. Masih percaya bahwa kerja keras saja cukup tanpa istirahat yang berkualitas?(Promosi produk tidur, seperti kasur ortopedi atau aromaterapi.)
  13. Apakah pekerjaan Anda membuat Anda lupa cara menikmati hidup?(Digunakan dalam iklan liburan atau produk gaya hidup.)
  14. Bukankah waktu bersama keluarga lebih penting daripada antrean panjang?(Untuk layanan praktis seperti aplikasi pesan-antar atau e-commerce.)
  15. Siapa bilang kebersihan harus melelahkan?(Untuk iklan alat kebersihan pintar atau cairan pembersih.)
  16. Apa gunanya gaji besar jika tak pernah sempat menikmatinya?(Untuk iklan gaya hidup seimbang atau kursus manajemen waktu.)
  17. Berapa lama lagi Anda akan bertahan dengan solusi yang tidak bekerja?(Mendorong pembeli untuk mencoba produk baru.)
  18. Apa yang membuat Anda berbeda dari pesaing Anda?(Retorika dalam pemasaran B2B atau personal branding.)
  19. Mengapa menunggu besok jika bisa berubah hari ini?(Menekankan aksi sekarang untuk perubahan besar.)
  20. Apakah Anda membeli karena butuh, atau karena Anda layak mendapatkan yang terbaik?(Menekankan self-worth pada proses belanja.)
  21. Tidakkah Anda ingin anak Anda belajar dari dunia, bukan hanya dari buku?(Digunakan dalam iklan kursus online, edutrip, atau komunitas anak.)
  22. Apa yang akan Anda ceritakan tentang hidup Anda lima tahun dari sekarang?(Retorika reflektif untuk mendorong pembelian produk pengembangan diri atau perencanaan masa depan.)

Jenis-Jenis Retorika

Retorika merupakan seni berbicara atau menulis yang bertujuan untuk membujuk, meyakinkan, atau memengaruhi audiens. Dalam praktiknya, retorika terbagi ke dalam beberapa jenis utama, yang masing-masing memiliki pendekatan serta konteks penggunaan yang berbeda. Berikut adalah tiga jenis utama retorika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari:

1. Retorika Forensik

Retorika forensik adalah bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pendapat, argumen, atau pembelaan, dengan tujuan utama untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca dalam menilai suatu peristiwa yang telah terjadi. Jenis retorika ini sering digunakan dalam konteks hukum, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai situasi lain, seperti debat, pidato politik, presentasi bisnis, atau bahkan perbincangan sehari-hari.

2. Retorika Epideiktik

Retorika epideiktik, juga dikenal sebagai retorika demonstratif, adalah jenis retorika yang digunakan untuk memberikan pujian atau celaan, dan sering kali muncul dalam situasi yang bersifat seremonial atau reflektif. Pidato pernikahan, pidato penghargaan, ulasan produk, hingga kritik seni adalah beberapa contoh situasi di mana retorika ini banyak digunakan.

Ciri khas dari retorika epideiktik adalah penggunaan bahasa yang ekspresif dan penuh emosi. Figur-figur retoris seperti metafora, personifikasi, serta teknik eksposisi deskriptif digunakan untuk menciptakan kesan mendalam pada audiens. Misalnya, dalam sebuah pidato penghormatan kepada seorang tokoh, pembicara bisa menggambarkan sosok tersebut sebagai "cahaya yang tak pernah padam di tengah gelapnya zaman."

3. Retorika Deliberatif

Berbeda dengan retorika forensik yang meninjau masa lalu, dan retorika epideiktik yang berfokus pada penilaian, retorika deliberatif adalah bentuk retorika yang berorientasi pada masa depan. Tujuannya adalah untuk membujuk audiens agar mengambil keputusan atau tindakan tertentu. Oleh karena itu, jenis retorika ini sangat umum digunakan dalam debat politik, rapat strategis, diskusi kebijakan, dan kampanye sosial.

Dalam praktiknya, retorika deliberatif memanfaatkan logika, alasan yang masuk akal, bukti empiris, dan prediksi terhadap akibat dari sebuah tindakan. Sebagai contoh, dalam diskusi politik, seseorang mungkin mengatakan: "Jika kita ingin memperbaiki kondisi ekonomi, maka memilih kandidat A adalah langkah yang tepat karena ia memiliki rekam jejak dalam menciptakan lapangan kerja."

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya