Waspadai Gejala Stres yang Sering Diabaikan, Penting untuk Dikenali

Stres adalah bagian dari kehidupan yang hampir dialami oleh setiap orang. Namun, seringkali kita mengabaikan gejala-gejala kecil yang muncul, padahal itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh dan pikiran kita sedang mengalami tekanan.

oleh Edelweis Lararenjana Diperbarui 17 Apr 2025, 15:12 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 15:08 WIB
Ilustrasi wanita stres
Silent treatment bisa berdampak pada kesehatan emosional (copyright Unsplash/Anthony Tran)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Stres adalah bagian dari kehidupan yang hampir dialami oleh setiap orang. Namun, seringkali kita mengabaikan gejala-gejala kecil yang muncul, padahal itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh dan pikiran kita sedang mengalami tekanan. Tanpa disadari, gejala-gejala stres ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kita dalam jangka panjang.

Banyak dari kita yang hanya mengenali stres ketika sudah terasa sangat berat atau mengganggu aktivitas sehari-hari. Padahal, stres bisa muncul dalam bentuk yang lebih halus, seperti perubahan pola tidur, gangguan pencernaan, atau perasaan cemas yang terus-menerus. Jika gejala-gejala ini tidak segera ditangani, bisa berujung pada kondisi yang lebih serius.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan memahami tanda-tanda stres sejak dini. Dalam artikel ini, kami akan mengulas beberapa gejala stres yang sering kali tak disadari, namun sangat penting untuk diperhatikan agar kita bisa mengelola stres dengan lebih baik.

1. Gangguan Tidur

Stres dapat mengganggu pola tidur kita, baik itu berupa kesulitan tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Ketika kita merasa cemas atau tertekan, pikiran kita cenderung tetap aktif meski tubuh sudah berbaring untuk tidur. Hal ini membuat kita kesulitan untuk tidur atau sering terbangun di malam hari, merasa lelah meski sudah tidur cukup.

Kekurangan tidur akibat stres dapat berimbas pada kesehatan fisik dan mental kita. Kurang tidur dapat memengaruhi daya ingat, konsentrasi, dan suasana hati, serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi stres yang mengganggu tidur agar dapat mengurangi dampaknya.

2. Sakit Kepala

Stres bisa menyebabkan ketegangan otot di kepala dan leher, yang sering kali berujung pada sakit kepala. Ketegangan ini, yang disebut sebagai tension headache, biasanya menyebabkan rasa sakit seperti tertekan di sekitar dahi dan pelipis. Sakit kepala akibat stres ini bisa muncul secara sporadis atau berlangsung dalam waktu yang lama.

Selain sakit kepala, stres juga dapat memperburuk migrain pada beberapa orang yang sudah rentan terhadapnya. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh sakit kepala akibat stres dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, memengaruhi produktivitas, dan membuat kita merasa semakin tertekan. Penting untuk mengenali hubungan antara stres dan sakit kepala agar dapat menangani keduanya dengan tepat.

3. Gangguan Pencernaan

Stres dapat memengaruhi sistem pencernaan kita, menyebabkan gejala seperti perut kembung, diare, atau sembelit. Ketika kita stres, tubuh melepaskan hormon seperti kortisol yang bisa mengubah cara tubuh mencerna makanan. Hal ini bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut dan mengganggu pola makan kita.

Selain itu, stres yang berkepanjangan bisa memicu kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS) atau maag. Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh stres sering kali muncul tanpa disadari, tetapi dapat berlanjut menjadi masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak diatasi. Mengelola stres dengan baik dapat membantu meringankan gejala-gejala tersebut.

4. Perubahan Nafsu Makan

Salah satu gejala stres yang sering kali diabaikan adalah perubahan dalam nafsu makan. Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan sepenuhnya saat stres, sementara yang lain justru makan berlebihan sebagai bentuk pelarian dari kecemasan. Perubahan ini bisa sangat bervariasi, tergantung pada respons tubuh terhadap stres.

Perubahan pola makan akibat stres bisa berdampak negatif pada kesehatan tubuh. Jika stres menyebabkan kita makan terlalu banyak makanan tidak sehat atau makan berlebihan, hal itu bisa berujung pada peningkatan berat badan dan masalah kesehatan terkait. Sebaliknya, kehilangan nafsu makan dapat menyebabkan penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.

 

5. Kelelahan yang Berlebihan

Stres dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental yang parah. Meskipun tubuh kita merasa lelah, kita mungkin merasa terjaga dan tidak bisa beristirahat dengan tenang. Kelelahan akibat stres sering kali membuat kita merasa kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan yang biasa kita nikmati.

Stres yang berlangsung lama dapat menguras sumber daya tubuh dan mengganggu keseimbangan energi. Jika kita terus-menerus merasa lelah meskipun sudah cukup tidur atau beristirahat, itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang dalam keadaan stres yang berlebihan. Mengelola stres secara efektif dapat membantu mengembalikan vitalitas dan energi kita.

6. Perasaan Cemas yang Berlebihan

Perasaan cemas adalah respons alami terhadap stres, tetapi jika kecemasan menjadi berlebihan, ini bisa mengganggu kehidupan kita. Sering merasa khawatir tentang hal-hal yang belum terjadi, atau berlebihan dalam merespon situasi kecil, adalah tanda bahwa stres mulai memengaruhi kondisi mental kita. Perasaan cemas yang berlebihan bisa menyebabkan gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan kualitas hidup.

Kecemasan yang tidak terkendali juga dapat berisiko menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan umum atau gangguan panik. Jika kamu merasa cemas secara terus-menerus atau tanpa alasan yang jelas, penting untuk mencari bantuan profesional agar bisa mengatasi kecemasan tersebut sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar.

 

7. Mudah Marah atau Sensitif

Stres dapat membuat kita lebih mudah tersinggung atau marah terhadap hal-hal yang biasanya tidak mempengaruhi kita. Perasaan frustrasi dan kelelahan akibat stres dapat membuat kita kehilangan kesabaran dan lebih reaktif terhadap orang lain atau situasi. Ini sering kali terjadi tanpa kita sadari, dan bisa memengaruhi hubungan sosial dan profesional.

Tanggapan emosional yang berlebihan ini dapat membuat kita terlibat dalam konflik yang tidak perlu, baik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Jika tidak diatasi, perubahan mood yang disebabkan oleh stres bisa mengganggu hubungan dan menambah beban emosional kita. Mengidentifikasi stres sebagai penyebabnya adalah langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini.

8. Ketegangan Otot

Salah satu respons tubuh terhadap stres adalah ketegangan otot. Ketika kita tertekan, tubuh kita secara otomatis memasang "mode waspada," yang menyebabkan otot-otot menjadi kaku, terutama di area leher, bahu, dan punggung. Ketegangan otot ini dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, serta meningkatkan risiko cedera.

Jika stres terus-menerus menyebabkan ketegangan otot, hal ini bisa berujung pada gangguan postur atau bahkan cedera otot yang lebih serius. Teknik relaksasi seperti peregangan atau pijat bisa membantu mengurangi ketegangan, tetapi jika masalah berlanjut, konsultasi dengan profesional medis mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

9. Penurunan Kemampuan Fokus dan Konsentrasi

Stres sering kali mengganggu kemampuan kita untuk fokus dan berkonsentrasi. Ketika pikiran kita dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran, kita menjadi lebih mudah teralihkan dan kesulitan menyelesaikan tugas yang membutuhkan perhatian penuh. Ini dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas pekerjaan atau studi.

Penyebab utama gangguan fokus ini adalah adanya perasaan tertekan yang membuat pikiran kita melompat dari satu hal ke hal lainnya. Jika dibiarkan, stres yang memengaruhi konsentrasi bisa menghambat kemajuan kita dalam berbagai aspek kehidupan. Mengelola stres secara efektif akan membantu kita memulihkan kemampuan fokus dan meningkatkan efisiensi.

10. Perubahan pada Kulit

Stres dapat memengaruhi kesehatan kulit, menyebabkan berbagai masalah seperti jerawat, ruam, atau eksim. Saat kita stres, tubuh mengeluarkan hormon kortisol, yang dapat meningkatkan produksi minyak di kulit, menyumbat pori-pori, dan menyebabkan timbulnya jerawat. Selain itu, stres juga dapat memperburuk kondisi kulit yang sudah ada, seperti dermatitis atau psoriasis.

Masalah kulit yang disebabkan oleh stres seringkali bersifat sementara, namun jika tidak diatasi, dapat memperburuk kondisi kulit kita dan menambah beban emosional. Menjaga kesehatan mental dan mengelola stres dengan baik akan membantu mengurangi dampak negatifnya pada kulit dan menjaga penampilan serta kenyamanan kita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya