Citizen6, Mojokerto: Bila berbicara tentang sejarah, kita akan teringat ucapan Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia yang mengatakan bahwa "Orang yang bijak adalah orang yang mengerti sejarahnya", dan hal tersebut bisa dibuktikan adanya.
Kita memang hidup tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan sejarah. Kita dapat mempelajari sejarah dari berbagai hal, baik buku, artikel, maupun dari seorang guru. Seorang wanita kelahiran Probolinggo 25 Mei, tepat 52 tahun yang lalu ini terlahir sebagai sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Budiasih Nugrahani adalah salah satu guru yang patut untuk dijadikan teladan bagi semua orang. Beliau memberikan banyak wawasan kepada siswa-siswi tentang sejarah dunia, baik dari Indonesia maupun dari negara lainnya.
Bu Budiasih sebagai guru sejarah di salah satu sekolah, di sebuah sudut kota kecil di Jawa Timur ini telah memberikan teladan yang patut untuk ditiru siswa-siswinya. Memang, seorang guru bukan hanya dituntut mampu mengajar, melainkan mampu membimbing bahkan membentuk karakter siswa-siswinya yang berlandaskan Pancasila.
Dibalik tuntutan-tuntutan untuk menjadi seorang guru, Bu Budiasih mampu memotivasi siswa-siswi dengan gaya khasnya. Ia juga mampu mendidik siswa-siswinya menjadi manusia yang berkarakter sesuai dengan ideologi negara Indonesia, sehingga tidak salah apabila ia dinyatakan sebagai guru yang patut untuk diteladani.
Bukankah seorang guru yang bekerja profesional mampu bekerja meskipun dalam tekanan? Salah satu guru tersebut ialah Bu Budiasih. Maka tak salah apabila beliau dikatakan mampu bekerja secara profesional dan mampu mendidik siswanya meskipun memiliki masalah rumit yang harus diselesaikan segera. Tak salah, bila ia dipilih menjadi Wakil Kepala Sarana dan Prasarana serta menjadi pengurus Adiwiyata di sekolahnya.
Tak hanya itu, Bu Budiasih juga mampu membentuk karakter siswa-siswinya dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya. Dia selalu mengadakan kelas presentasi di setiap jam mengajarnya. Presentasi tersebut tidak diartikan sebagai penilaian terhadap penampilan luar seorang siswa-siswi yang mempresentasikan, tetapi menilai dari cara berbicara di depan umum, kepercayaan diri, dan usaha dari siswa-siswinya sebelum presentasi.
Di setiap ulangan harian, ia selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Bila ada siswa-siswi yang mengerjakan dengan jujur sesuai dengan kemampuannya namun mendapat nilai buruk, maka siswa-siswi tersebut tetap menjadi anak yang hebat di matanya. Sebaliknya, apabila siswa-siswi mendapat nilai bagus tetapi dengan cara curang, bisa dipastikan beberapa hari kemudian anak tersebut akan terkena hukuman.
Jadi, patutlah bila Bu Budiasih diidolakan oleh seluruh siswa-siswi yang menuntut berlakunya keadilan dan kejujuran di dalam proses belajar mengajar. Kenyataannya, ia mampu mengambil tindakan tersebut guna menanamkan nilai-nilai Pancasila pada karakter diri setiap siswa-siswinya. (Nida Urrahmah/mar)
Nida Urrahmah adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.  Â
Kita memang hidup tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan sejarah. Kita dapat mempelajari sejarah dari berbagai hal, baik buku, artikel, maupun dari seorang guru. Seorang wanita kelahiran Probolinggo 25 Mei, tepat 52 tahun yang lalu ini terlahir sebagai sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Budiasih Nugrahani adalah salah satu guru yang patut untuk dijadikan teladan bagi semua orang. Beliau memberikan banyak wawasan kepada siswa-siswi tentang sejarah dunia, baik dari Indonesia maupun dari negara lainnya.
Bu Budiasih sebagai guru sejarah di salah satu sekolah, di sebuah sudut kota kecil di Jawa Timur ini telah memberikan teladan yang patut untuk ditiru siswa-siswinya. Memang, seorang guru bukan hanya dituntut mampu mengajar, melainkan mampu membimbing bahkan membentuk karakter siswa-siswinya yang berlandaskan Pancasila.
Dibalik tuntutan-tuntutan untuk menjadi seorang guru, Bu Budiasih mampu memotivasi siswa-siswi dengan gaya khasnya. Ia juga mampu mendidik siswa-siswinya menjadi manusia yang berkarakter sesuai dengan ideologi negara Indonesia, sehingga tidak salah apabila ia dinyatakan sebagai guru yang patut untuk diteladani.
Bukankah seorang guru yang bekerja profesional mampu bekerja meskipun dalam tekanan? Salah satu guru tersebut ialah Bu Budiasih. Maka tak salah apabila beliau dikatakan mampu bekerja secara profesional dan mampu mendidik siswanya meskipun memiliki masalah rumit yang harus diselesaikan segera. Tak salah, bila ia dipilih menjadi Wakil Kepala Sarana dan Prasarana serta menjadi pengurus Adiwiyata di sekolahnya.
Tak hanya itu, Bu Budiasih juga mampu membentuk karakter siswa-siswinya dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya. Dia selalu mengadakan kelas presentasi di setiap jam mengajarnya. Presentasi tersebut tidak diartikan sebagai penilaian terhadap penampilan luar seorang siswa-siswi yang mempresentasikan, tetapi menilai dari cara berbicara di depan umum, kepercayaan diri, dan usaha dari siswa-siswinya sebelum presentasi.
Di setiap ulangan harian, ia selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Bila ada siswa-siswi yang mengerjakan dengan jujur sesuai dengan kemampuannya namun mendapat nilai buruk, maka siswa-siswi tersebut tetap menjadi anak yang hebat di matanya. Sebaliknya, apabila siswa-siswi mendapat nilai bagus tetapi dengan cara curang, bisa dipastikan beberapa hari kemudian anak tersebut akan terkena hukuman.
Jadi, patutlah bila Bu Budiasih diidolakan oleh seluruh siswa-siswi yang menuntut berlakunya keadilan dan kejujuran di dalam proses belajar mengajar. Kenyataannya, ia mampu mengambil tindakan tersebut guna menanamkan nilai-nilai Pancasila pada karakter diri setiap siswa-siswinya. (Nida Urrahmah/mar)
Nida Urrahmah adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.  Â