Varian Omicron Bikin Harga Bitcoin Anjlok pada Desember 2021

Kenaikan harga bitcoin akan mendapat sedikit hambatan mengingat metaverse menarik perhatian dan minat investor global.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jan 2022, 06:39 WIB
Diterbitkan 31 Des 2021, 00:20 WIB
Bitcoin - Image by VIN JD from Pixabay
Bitcoin - Image by VIN JD from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Analis dan investor menilai, kenaikan kasus COVID-19 varian omicron di Amerika Serikat (AS) menjadi katalis utama  yang menekan harga aset kripto pada Desember 2021.

Ethereum naik lebih dari 400 persen sepanjang 2021. Kondisi ini menjadi pergerakan terburuk sejak Maret 2020. Investor menilai susutnya harga ether karena mempertimbangkan eksposur atas aset berisiko setelah muncul varian omicron.

Bitcoin alami lonjakan signifikan lebih dari 200 persen sepanjang tahun ini. Bahkan kecepatan kenaikannya seperti indeks S&P 500. Sayangnya baik bitcoin maupun indeks S&P 500 turun pada Desember.

"Kehadiran omicron mengakibatkan ekonomi AS sedikit terhenti. Banyak pelaku pasar memasukkan dana makro ke dalam bitcoin untuk melindungi nilai aset atas inflasi pros-iklus ini telah memutuskan untuk mengambil keuntungan sepanjang Desember,” ujat CEO dan pendiri perusahaan mata uang digital BKCM Brian Kelly, dilansir dari laman CNBC, Kamis (30/12/2021).

Mitra di Blockchain Coinvestors, Lou Kerner berpendapat investasi ESG (Environment, Social, Government) dan kekhawatiran penggunaan energi juga mmenjadi katalis pendukung hingga menyebabkan harga aset kripto anjlok baru-baru ini.

“Hari ini (29 Desember 2021) menjadi bukti kerja dari aset kripto karena banyak komunitas investasi memandangnya negatif karena energi yang dikonsumsinya. Tetapi jika investor menggali lebih dalam, sebagian besar energinya adalah energi yang tidak dapat digunakan untuk hal lain. Sehubungan dengan nilai besar yang kami dapatkan darinya (cryptocurrency), energi yang saya pikir tidak akan terlalu menjadi perhatian tahun depan,” ungkap Kerner.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Merosot

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Saham penambang dan pemegang aset kripto merosot lebih buruk daripada penurunan aset itu sendiri pada Desember 2021. Misalnya MicroStrategy susut 21 persen dan Riot Blockhain turun setidaknya 38 persen pada bulan ini.

Marathon Digital turut bergerak ke bawah sebanyak 31 persen. Kerner menilai, koin dan saham mempunyai korelasi yang kuat di benak investor, ini salah satu mindset atau pola pikir yang berubah.

"Kami berada di puncak pemahaman yang mendalam oleh investor institusional dari berbagai perusahaan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan dan ekonomi bisnis. Masih sulit bagi sebagian besar investor untuk memahami aset kripto,” ujar Kerner.

Ia menambahkan, ini adalah bagian kecil dari pasar, jadi tidak memiliki banyak investor institusional yang mencurahkan banyak waktu memantau di sektor cryptocurrency ini. “Lebih mudah bagi investor sekadar hanya melihatnya seperti keranjang,” tutur Kerner.

Prediksi Bitcoin pada 2022

Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay
Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay

Kelly menyampaikan aset kripto bullish khususnya bitcoin dan berpotensi mencapai USD 100 ribu atau setara Rp 1,4 miliar (estimasi kurs Rp 14.248 per dolar AS) pada akhir 2022.

Namun, kemungkinan ini akan mendapat sedikit hambatan mengingat metaverse menarik perhatian dan minat investor global.

“Investor akan melihat banyak koin lain, apakah itu di metaverse, gim atau keuangan terdesentralisasi dengan kinerja sangat baik. Para pemodal ventura, uang baru, dan dana seperti milik saya berfokus pada peluang pertumbuhan awal itu,” tutur Kelly.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya