Liputan6.com, Jakarta - Startup kripto Nomad yang alami peretasan, mengatakan menawarkan kepada peretas hadiah hingga 10 persen bagi peretas yang mengembalikan dana pencurian sekitar USD 200 juta (Rp 2,9 triliun).
Nomad memohon kepada para pencuri untuk mengembalikan dana apa pun ke dompet kripto-nya. Dalam sebuah pernyataan Kamis, 4 Agustus 2022, perusahaan mengatakan sejauh ini telah mendapatkan kembali lebih dari USD 20 juta dari pencurian.
“Hadiah itu untuk mereka yang terlibat, dan untuk mereka yang sudah mengembalikan dana,” kata Nomad dalam sebuah pemberitahuan, dikutip dari CNBC, Senin (8/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Nomad mengatakan tidak akan mengambil tindakan hukum terhadap peretas mana pun yang mengembalikan 90 persen aset yang dicuri, karena akan menganggap orang-orang ini sebagai peretas "topi putih". Topi putih sendiri berarti "peretas etis" di dunia keamanan siber. Mereka bekerja sama dengan organisasi untuk memperingatkan berbagai pihak tentang masalah dalam keamanan siber.
Nomad mengatakan sedang bekerja dengan perusahaan analisis blockchain TRM Labs dan penegak hukum untuk melacak dana yang dicuri dan mengidentifikasi pelaku di balik serangan itu.
Nomad juga bekerja dengan Anchorage Digital, bank AS berlisensi yang berfokus pada penyimpanan cryptocurrency, untuk menyimpan dana apa pun yang dikembalikan.
Serangan Nomad adalah peretasan kripto terbesar kedelapan sepanjang masa, menurut perusahaan analisis blockchain Elliptic. Ada lebih dari 40 peretas yang terlibat, salah satunya memperoleh kurang dari USD 42 juta.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Investor Hong Kong Kehilangan Rp 744,61 Miliar dari Penipuan Kripto
Sebelumnya, penipuan mata uang kripto dilaporkan telah menjadi salah satu pelanggaran dunia maya paling umum di Hong Kong selama semester I 2022, dan 25 persen melibatkan aset digital.
Jumlah skema penipuan semacam itu dapat dijelaskan dengan meningkatnya minat pada cryptocurrency yang ditampilkan oleh banyak penduduk Hong Kong. Sebuah penelitian baru-baru ini mengklasifikasikan wilayah bagian itu sebagai wilayah yang paling siap dengan kripto di seluruh dunia.
Menurut liputan South China Morning Post, telah terjadi 10.613 serangan siber di Hong Kong antara awal Januari dan akhir Juni tahun ini. 798 adalah skema penipuan terkait peningkatan cryptocurrency 105 persen mengingat periode yang sama pada 2021.
Pelaku kejahatan menghabiskan 387,9 juta dolar Hong Kong (sekitar USD 50 juta atau Rp 744,61 miliar dengan asumsi kurs rupiah 14.892 per dolar AS) dari perusahaan dan individu aset digital yang berbasis di Hong Kong lonjakan signifikan dibandingkan dengan USD 21 juta atau Rp 312 miliar yang dicuri pada semester I 2021.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Modus
Salah satu korbannya adalah wanita berusia 30 tahun bernama Fan, yang mengelola toko penukaran mata uang di wilayah tersebut.
Beberapa bulan yang lalu, dia menerima pesan di WhatsApp dari orang tak dikenal yang menampilkan dirinya sebagai kepala platform aset digital. Penjahat itu membujuknya untuk menginvestasikan sekitar USD 280.000 di Tether (USDT).
"Empat transaksi pertama untuk menukar [cryptocurrency] Tether berjalan lancar. Korban menerima 2,7 juta dolar Hong Kong, termasuk pembayaran kepadanya untuk layanan pertukaran yang dia berikan kepada scammer. Pada saat itu, scammer mendapatkan kepercayaan korban,” kata petugas penegak hukum, dikutip dari Cryptopotato, Minggu, 7 Agustus 2022.
Namun, tak lama setelah itu, pelaku kesalahan menyarankan Fan untuk melakukan transfer akumulasi keuntungan ke dompet cryptocurrency yang meragukan. Tak perlu dikatakan, dia kehilangan akses ke asetnya sementara scammer menghentikan komunikasi dengannya.
Penipuan Terkait Aset Digital Masuk Tiga Besar
Polisi Hong Kong selanjutnya menetapkan penipuan terkait aset digital adalah salah satu dari tiga penipuan teratas di Hong Kong untuk paruh pertama 2022. Dua lainnya adalah penipuan tawaran pekerjaan dan penipuan aktivitas belanja online.
Peningkatan pesat penipuan cryptocurrency di Hong Kong dapat dipicu oleh melonjaknya selera untuk aset digital, yang baru-baru ini ditunjukkan oleh penduduk.
Sebuah survei yang dilakukan bulan lalu mengungkapkan bahwa wilayah administrasi khusus China adalah negara yang paling siap kripto secara global.
Tempat pertama adalah hasil dari kombinasi banyak faktor, termasuk sikap ramah pemerintah terhadap industri, jumlah ATM cryptocurrency, dan minat pada sektor per kapita.
Ekonomi terkemuka dunia, Amerika Serikat berada di peringkat kedua, sedangkan pusat keuangan Eropa, Swiss menyusul di posisi ketiga.
Advertisement