Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin menguat pada Selasa, 24 Oktober 2023, mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juli karena masih adanya spekulasi mengenai persetujuan ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (25/10/2023), cryptocurrency teratas, bitcoin mencapai level tertinggi di atas USD 35.000 atau setara Rp 555,7 juta (asumsi kurs Rp 15.879 per dolar AS) sebelum mundur dan diperdagangkan sekitar USD 34.000 atau setara Rp 539,9 juta,
Baca Juga
Bitcoin sekarang menguasai 49,6 persen dari keseluruhan pasar kripto, menurut data dari CoinGecko. Selama tujuh hari terakhir, Bitcoin telah meningkat 9,8 persen keuntungan mingguan terbesar sejak Juni yang meningkatkan kemungkinan lonjakan rata-rata 10 [ersen pada bulan mendatang berdasarkan data historis.
Advertisement
Penyebab Reli
Reli ini terjadi ketika para pedagang mulai mengandalkan kemungkinan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) akan menyetujui ETF Bitcoin spot pada akhir tahun ini.
Meskipun agensi tersebut belum menyetujui produk semacam itu di AS, perusahaan besar TradFi seperti BlackRock dan Fidelity telah mengajukan aplikasi untuk membuatnya.
Pada Agustus, SEC menghadapi kemunduran dalam upaya menangkis produk keuangan berbasis Bitcoin, yang memberikan investor paparan nyata terhadap pergerakan harga koin.
Pengadilan banding memutuskan penolakan agensi tersebut terhadap aplikasi ETF Bitcoin milik manajer aset kripto Grayscale adalah “sewenang-wenang dan berubah-ubah.”
Awal bulan ini, regulator membatalkan niatnya untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut, menurut beberapa laporan. Pengenalan ETF Bitcoin spot di AS kemungkinan akan memicu masuknya modal di pasar kripto, dan dapat mendorong harga Bitcoin ke tingkat yang lebih tinggi.
Sudah ada rumor yang terbukti salah aplikasi ETF Bitcoin BlackRock telah disetujui sehingga mendorong harga mata uang kripto tersebut naik ribuan dolar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Tesla Betah Genggam Bitcoin Senilai Rp 2,9 Triliun hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, Tesla (TSLA) merilis hasil pendapatan kuartal III 2023 pada Rabu, 18 Oktober 2023. Perusahaan melaporkan pendapatan USD 23,35 miliar atau setara Rp 370,1 triliun (asumsi kurs Rp 15.854 per dolar AS) dan laba USD 1,85 miliar atau setara Rp 29,3 triliun, menandai penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Dilansir, dari Bitcoin.com, Sabtu (21/10.2023), meskipun pendapatann meleset dari ekspektasi Wall Street, neraca perusahaan mobil listrik tersebut masih menunjukkan aset digital bersih sebesar USD 184 juta atau setara Rp 2,9 triliun.
Ini adalah kuartal keempat berturut-turut Tesla mencatat nilai yang sama untuk aset digitalnya, yang sebagian besar terdiri dari bitcoin (BTC).
Tesla menginvestasikan USD 1,5 miliar atau setara Rp 23,7 triliun dalam BTC pada kuartal satu 2021 tetapi menjual 75 persen kepemilikannya pada kuartal dua 2022.
CEO Tesla, Elon Musk menjelaskan pada saat itu perusahaan pasti terbuka untuk meningkatkan kepemilikan bitcoin di masa depan, mencatat penjualan tersebut karena kekhawatiran tentang likuiditas perusahaan secara keseluruhan, mengingat penutupan akibat Covid di Tiongkok.
Pada Januari 2023, pengajuan SEC Tesla menunjukkan nilai pasar wajar dari kepemilikan BTC perusahaan adalah USD 191 juta atau setara Rp 3 triliun pada akhir 2022.
Perusahaan mobil listrik juga menerima meme cryptocurrency dogecoin (DOGE) untuk beberapa barang dagangan, yang menyumbang “jumlah tidak material” dari aset digital sebagaimana dinyatakan dalam pengajuan SEC perusahaan.
Selama panggilan pendapatan kuartal tiga 2023 Tesla pada Rabu, Musk menyoroti beberapa kekhawatiran yang mempengaruhi profitabilitas perusahaannya, termasuk lingkungan suku bunga yang tinggi
Advertisement
Terungkap, Tesla Absen dari Transaksi Bitcoin Sejak Pertengahan 2022
Sebelumnya diberitakan, Perusahaan pembuat mobil listrik, Tesla (TSLA) diketahui tidak melakukan transaksi Bitcoin selama dua kuartal berturut-turut.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru perusahaan, menunjukkan bahwa Tesla memiliki aset digital senilai USD 184 juta pada 30 Juni, jumlah yang sama dengan posisi akhir Maret 2023 dan Desember 2022.
Perubahan signifikan terakhir Tesla dalam kepemilikan aset digital terjadi pada kuartal terakhir tahun lalu, ketika kepemilikannya turun dari USD 218 juta menjadi USD 184 juta.
Sebelumnya, pada Juli 2022, perusahaan mengatakan menjual sebagian dari Bitcoin-nya seharga USD 936 juta. Penjualan itu berjumlah sekitar tiga perempat dari Bitcoin yang awalnya dibeli perusahaan pada awal 2021.
Pada akhir kuartal kedua tahun ini, harga bitcoin kira-kira USD 30.400, naik dari sekitar USD 28.500 pada akhir kuartal pertama. Namun, aturan akuntansi saat ini tidak mengizinkan penilaian aset digital dinaikkan saat harga naik, kecuali jika aset tersebut dijual, tetapi dapat dikurangi saat harga turun, bahkan sebelum penjualan.
Melansir Coindesk, Kamis (20/7/2023), Tesla belum membeli atau menjual bitcoin apa pun sejak kuartal kedua tahun lalu.
Perusahaan awalnya membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar pada awal 2021, dengan CEO Elon Musk memberikan dorongan pada harga bitcoin, juga mengatakan Tesla akan menerima bitcoin sebagai pembayaran untuk mobilnya, yang akhirnya ditarik kembali oleh Musk.
Kabar nihilnya transaksi Bitcoin Tesla datang bersamaan dengan laporan keuangan perusahaan kuartal II 2023. Pada periode tersebut, Tesla melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar USD 0,91, dibandingkan perkiraan analis konsensus sebesar USD 0,80, menurut FactSet.
Pendapatan Tesla pada kuartal II tercatat sebesar USD 24,9 miliar, melampaui perkiraan analis sebesar USD 24,2 miliar.
Harga Bitcoin Melonjak Bikin Likuidasi Rp 6,3 Triliun di Pasar Kripto
Sebelumnya diberitakan, lonjakan harga besar-besaran untuk Bitcoin dan mata uang kripto utama lainnya telah mengakibatkan likuidasi senilai hampir USD 400 juta atau setara Rp 6,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.864 per dolar AS) bagi pedagang dengan leverage selama 24 jam terakhir.
Likuidasi mengacu pada saat bursa menutup paksa posisi leverage pedagang karena hilangnya sebagian atau seluruh margin awal pedagang. Hal ini terjadi ketika seorang trader tidak mampu memenuhi persyaratan margin untuk posisi leverage gagal memiliki dana yang cukup untuk menjaga perdagangan tetap terbuka.
Dilansir dari Coinmarketcap, Rabu (25/10/2023), sebagian besar posisi yang dilikuidasi adalah posisi short, karena pasar kripto membuat banyak pedagang lengah dengan momentum kenaikan yang tiba-tiba.
Menurut data dari CoinGlass, short Bitcoin (BTC) mengalami likuidasi sebesar USD 177,15 juta atau setara Rp 2,8 triliun, sedangkan short Ethereum (ETH) memiliki posisi senilai USD 42.23 juta atau setara Rp 670,6 miliar yang dilikuidasi.
Secara total di pasar kripto, 94.168 pedagang dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, dengan perintah likuidasi BTC tunggal terbesar senilai USD 9,98 juta atau setara Rp 158,4 miliar pada pasangan perdagangan BTCUSDT.
Likuidasi terjadi ketika Bitcoin melonjak melewati USD 34.900 atau setara Rp 554,2 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022, naik lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir. Ether, Chainlink, dan altcoin besar lainnya juga membukukan keuntungan signifikan.
Advertisement