Bittime Prediksi Harga Bitcoin Bakal Sentuh Rp 1,2 Miliar, Ini Sentimen Pendorongnya

CEO Bittime Ryan Lymn melihat situasi yang positif saat ini, tim riset Bittime prediksi harga Bitcoin mampu terus menguat hingga ke level USD 80.000 atau sekitar Rp1,2 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mar 2024, 16:40 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2024, 16:40 WIB
Bittime Prediksi Harga Bitcoin Bakal Sentuh Rp 1,2 Miliar, Ini Sentimen Pendorongnya
PT Utama Aset Digital Indonesia (Bittime) prediksi harga bitcoin akan menyentuh posisi USD 80.000 atau sekitar Rp 1,2 miliar setelah Bitcoin Halving. (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Liputan6.com, Jakarta - PT Utama Aset Digital Indonesia (Bittime) prediksi harga bitcoin akan menyentuh posisi USD 80.000 atau sekitar Rp 1,2 miliar setelah Bitcoin Halving.

Dikutip dari Antara, Senin (4/3/2024), CEO Bittime Ryan Lymn melihat situasi yang positif saat ini, tim riset Bittime prediksi harga Bitcoin mampu terus menguat hingga ke level USD 80.000 atau sekitar Rp1,2 miliar.

"Kami menilai penguatan akan kembali terjadi usai Bitcoin Halving, seperti pada historikal sebelumnya," tutur Ryan.

Ia mengatakan, kondisi bullish Bitcoin akan ditopang oleh berbagai faktor, antara lain adopsi institusional, kombinasi kondisi ekonomi dunia, kebijakan moneter, tren makroekonomi, serta Bitcoin Halving.

"Para investor aset kripto semakin paham terkait Bitcoin Halving dan bagaimana efeknya secara historis sejak 2012. Sementara dari sisi kebijakan moneter, terdapat indikasi bahwa siklus kenaikan suku bunga AS sudah mencapai puncaknya, yang dinilai bisa menjadi katalis positif untuk Bitcoin," tutur Ryan.

Saat suku bunga turun, ia menambahkan, Bitcoin akan menarik investor untuk memarkirkan dananya, karena dianggap sebagai lindung nilai (hedging) terhadap sistem keuangan tradisional dan memiliki sifat kelangkaan ketika Halving semakin dekat.

"Konsensus memperkirakan adanya tiga kali penurunan suku bunga AS sebesar 25 basis poin pada 2024, yang menjadi indikasi pandangan yang lebih bullish untuk pasar, salah satunya aset kripto,” kata Ryan.

Ryan menuturkan, sudah terjadi tiga kali halving bitcoin sepanjang sejarah, pertama, pada 28 November 2012. Di mana  block reward atau imbalan penambang yang awalnya 50 BTC turun menjadi 25 BTC.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Bitcoin Halving

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Kemudian, Halving kedua pada 9 Juli 2016 di mana imbalan penambang dipotong dari 25 BTC menjadi 12,5 BTC, dan ketiga, Halving pada 11 Mei 2020 dengan imbalan penambang dipangkas dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC.

Dari sisi adopsi institusional, ia menuturkan, saat ini terdapat 11 ETF Bitcoin spot yang telah disetujui untuk diperdagangkan, yang mendorong aliran dana masuk signifikan dari institusi keuangan yang sebelumnya berkecimpung di pasar modal. Pada Rabu, 28 Februari 2024, harga aset kripto Bitcoin mencaetak rekor baru setelah menembus level Rp900 juta, dimana terjadi sebelum Bitcoin Halving yang diperkirakan pada April 2024.

"Pada Rabu lalu, volume perdagangan ETF Bitcoin bahkan sempat mencetak rekor setelah mencapai angka 7,79 miliar dolar AS atau sekitar Rp120 triliun, adalah salah satu indikator baru yang perlu dicermati oleh para pelaku pasar aset kripto,” ujar Ryan.

Usai Halving, JPMorgan Prediksi Harga Bitcoin Turun ke USD 42.000

Bitcoin (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)
Bitcoin (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, analis JPMorgan memprediksi peristiwa Bitcoin Halving yang akan datang dapat mendorong harga Bitcoin turun menjadi USD 42.000 atau setara Rp 659,5 juta (asumsi kurs Rp 15.702 per dolar AS).

Para analis memperkirakan biaya produksi pasca-halving dapat berlipat ganda menjadi sekitar USD 53.000 atau setara Rp 832,2 juta. Hal ini dapat menyebabkan penurunan hashrate jaringan Bitcoin sebesar 20%, yang berarti lebih sedikit penambang yang bersaing untuk memproduksi Bitcoin secara bersamaan.

Pada halving, diperkirakan pada atau sekitar tanggal 19 April, imbalan yang diperoleh penambang per blok akan turun dari 6,25 menjadi 3.125 Bitcoin, untuk memperlambat laju pencetakan koin baru.

Meskipun berkurangnya pasokan secara historis menyebabkan harga melonjak, peningkatan biaya produksi juga dapat memengaruhi harga Bitcoin karena semakin sedikit penambang yang dapat memperoleh keuntungan.

“Mungkin juga ada integrasi horizontal melalui merger dan akuisisi di antara para penambang Bitcoin di seluruh wilayah untuk memanfaatkan sinergi dalam bisnis mereka,” jelas analis JPMorgan, dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (3/3/2024).

Bitcoin telah mendekati level tertinggi sepanjang masa di sekitar USD 69.000 atau sekitar Rp 1 miliar Namun prediksi bearish JPMorgan dapat mengurangi optimisme akan kelangsungan tren kenaikan ini.

 

Harga BTC Menguat di Atas 40 Persen Sepanjang Februari 2024

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Sebelumnya, harga bitcoin (BTC) mencapai USD 64.000 atau sekitar Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.721 per dolar AS) pada Rabu, 28 Februari 2024 untuk  pertama kalinya BTC berada level tersebut sejak puncak pasar bullish terakhir pada November 2021.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan, kenaikan Bitcoin ini sekaligus memperpanjang reli lebih dari 40% sepanjang Februari. Adapun, Ethereum (ETH) juga mengalami hal yang serupa dengan kenaikan mencapai 46% sepanjang Februari.

Panji mengungkapkan reli pekan ini bertepatan dengan arus masuk besar ke ETF Bitcoin spot yang diperdagangkan di AS, dengan dana baru menambahkan lebih dari 12.000 Bitcoin pada Selasa setelah menambahkan sekitar 10,000 pada Senin.

“Kenaikan Bitcoin juga dilatarbelakangi menjelang peristiwa penting yang disebut sebagai halving bitcoin pada April, peristiwa yang terjadi sekitar empat tahun sekali dan biasanya disertai dengan kenaikan yang kuat seiring dengan melambatnya penerbitan Bitcoin baru,” kata Panji dalam siaran persnya, dikutip Jumat (1/3/2024).

Lebih lanjut, Panji menjelaskan, bitcoin halving dimaksudkan untuk memastikan kelangkaan penerbitan BTC dari waktu ke waktu. Dengan semakin menipisnya BTC yang diterbitkan, harga Bitcoin telah melonjak dibandingkan halving sebelumnya yang terjadi pada tahun 2020, 2016, dan 2012.

Adapun Ethereum dan sebagian besar altcoin lainnya juga mengikuti jejak Bitcoin. Pergerakan Ethereum terjadi sekitar dua minggu sebelum peningkatan yang disebut Dencun, yang diharapkan membuat blockchain lebih murah dan lebih cepat.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya