Nilai Aset Tembus Rp 1 Miliar, Pemegang Bitcoin Jadi Miliarder Dadakan

Pergerakan nilai Bitcoin kembali memecahkan rekor. Tercatat, pada awal pekan ini nilai aset Bitcoin tembus hingga setara Rp 1 miliar. Kondisi ini memacu para pemegang Bitcoin disebut menjadi miliarder anyar.

oleh Arief Rahman H diperbarui 04 Mar 2024, 18:17 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2024, 18:16 WIB
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. Pergerakan nilai Bitcoin kembali memecahkan rekor. Tercatat, pada awal pekan ini nilai aset Bitcoin tembus hingga setara Rp 1 miliar. Kondisi ini memacu para pemegang Bitcoin disebut menjadi miliarder anyar. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Pergerakan nilai Bitcoin kembali memecahkan rekor. Tercatat, pada awal pekan ini nilai aset Bitcoin tembus hingga setara Rp 1 miliar. Kondisi ini memacu para pemegang Bitcoin disebut menjadi miliarder anyar.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kondisi ini menandakan jika halving day semakin dekat. Nilai saat ini disebut menjadi nilai tertinggi sejak November 2021 lalu.

“Pencapaian harga Bitcoin ini merupakan momen historikal bagi industri kripto. Harga ini tertinggi sejak November 2021. Kenaikan harga ini diiringi dengan lonjakan minat investor dan memicu lahirnya generasi baru "OKB" (Orang Kaya Baru) di dunia kripto karena mereka mendadak jadi miliarder,” ucap Oscar dalam keterangannya, Senin (4/3/2024).

Oscar juga mengatakan kenaikan ini menunjukkan kripto semakin diterima sebagai aset investasi yang memiliki potensi keuntungan yang besar. Dia memprediksi pula halving Bitcoin akan terjadi dalam waktu dekat.

“Menurut aplikasi INDODAX, halving Bitcoin akan terjadi sekitar 42 hari lagi. Kemungkinan, di tahun ini kenaikan harganya bisa mencapai dua kali lipat maupun lebih dari halving sebelumnya. Saat ini saja, harga Bitcoin sudah menyentuh Rp 1 miliar. Angka tersebut bahkan menembus angka ATH Bitcoin pada November 2021, yaitu Rp 978 juta,” ucap Oscar.

Oscar Darmawan juga menjelaskan jika INDODAX sendiri sudah mengalami halving tiga kali dan tahun ini adalah yang ke empat.

“Saya percaya bahwa halving day dikenal dengan adanya kenaikan harga. Hal ini disebabkan oleh terganggunya pasokan Bitcoin, yang mengakibatkan peningkatan permintaan dan membuat harga naik. Terlebih lagi, saat ini terdapat fenomena 'fear of missing out' yang diyakini memperkuat harga Bitcoin. Meskipun harga Bitcoin naik, pada saat halving akan ada penyesuaian harga," ucap Oscar Darmawan.

 

 

Dipengaruhi Suku Bunga AS

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Lebih lanjut, dia menuturkan, kenaikan harga Bitcoin turut dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Amerika Serikat. Prediksinya, Bank Sentral AS atau The FED menurunkan suku bunga dan perkiraannya hingga 75 basis points.

“Karena adanya konflik geopolitik yang mengganggu aktivitas perdagangan global, menyebabkan rantai pasokan global terganggu. Hal ini membuat biaya dan waktu indeks delivery pasokan global melemah dari 50,1 pada akhir 2023, saat ini menjadi 48,9. Maka dari itu, hal tersebut membuat investor berbondong-bondong berinvestasi di Bitcoin,” kata Oscar.

Menurutnya, kenaikan Bitcoin ini biasanya akan diikuti oleh kenaikan altcoin, salah satu contohnya Ethereum, seperti di halving-halving sebelumnya. Hal ini menyebabkan munculnya altcoin seasons.

“Dengan meningkatnya nilai BTC menjelang periode halving, kemungkinan sebagian investor yang berkeinginan berinvestasi tetapi biayanya terbatas, cenderung akan beralih untuk membeli altcoin yang harganya lebih terjangkau. Akibatnya, terjadi peningkatan permintaan terhadap altcoin dan harga mereka ikut meningkat. Maka dari itu, para investor dapat memanfaatkan juga kesempatan ini untuk menambah keuntungannya,” urainya.

 

Persiapan Investor

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Kemudia, dia mewanti-wanti selain halving day, para investor juga harus mempersiapkan diri untuk menyambut masa-masa setelah halving dengan menggunakan teknik Dollar Cost Averaging (DCA). Teknik DCA ini dapat membantu para investor untuk mendapatkan harga Bitcoin yang terbaik.

Melalui fitur 'investasi rutin' di Indodax, jelas Oscar, bisa membantu investor untuk membeli banyak aset ketika harga rendah dan membeli lebih sedikit ketika harga cenderung tinggi. Hal ini menciptakan rata-rata harga pembelian yang lebih rendah daripada membeli semua pada satu waktu tertentu.

“Reaksi masyarakat dalam halving kali ini sangatlah bagus jika dibandingkan halving sebelumnya. Sekarang, orang-orang sudah mulai berinvestasi Bitcoin pada saat sebelum halving. Biasanya orang-orang akan beli Bitcoin pada saat momentum halving-nya, dimana harga Bitcoin sedang tinggi. Ini merupakan salah satu hasil dari literasi kripto yang mulai masif di kalangan masyarakat,” pungkasnya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya