Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau beragam pada perdagangan di awal Selasa (17/9/2024). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah dalam sehari terakhir tetapi menguat dalam sepekan. Bitcoin turun 1,1 persen dalam 24 jam, tetapi masih menguat 1,93 persen sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 58.078 per koin atau setara Rp 890,44 juta.
Advertisement
Ethereum (ETH) juga bergerak di dua arah. ETH naik tipis 0,01 persen sehari terakhir, tetapi masih melemah 3,2 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 35,01 juta per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali terkoreksi. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 2,16 persen, tetapi masih menguat 3,20 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 8,20 juta per koin.
Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA merosot 0,90 persen dalam 24 jam terakhir dan melemah 2,72 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 5.093 per koin.
Adapun Solana (SOL) juga di dua arah. SOL naik 0,15 persen dalam sehari, tetapi masih melemah 2 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,01 juta per koin.
XRP terpantau masih berada di zona hijau. XRP tumbuh 3,03 persen dalam 24 jam dan 9,15 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 8.997 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE terkoreksi 1,86 persen, dan juga melemah 3,32 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 1.530 per token.
Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat, masing-masing menguat 0,01 persen. Harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level Rp 30.977 triliun, melemah sekitar 0,44 persen dalam sehari terakhir.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bitcoin Masih Tertekan di Tengah Reli Harga Emas
Sebelumnya, harga emas naik ke rekor tertinggi baru mencapai USD 2.564 per ons pada Jumat, 13 September 2024. Sehingga kenaikan secara quarter to date menjadi 10 persen.
Di sisi lain, harga Bitcoin (BTC) yang kerap disebut sebagai emas digital tetap tertekan mendekati level USD 58.000. Merujuk data CoinDesk, capaian ini menggambarkan kerugian kuartalan sebesar 7 persen. Kinerja emas bahkan terlihat lebih mengesankan jika merujuk indeks acuan Wall Street (S&P 500) yang hanya mengalami kenaikan tipis 2 persen pada kuartal ini. Bitcoin baru-baru ini bergerak beriringan dengan saham teknologi yang tengah cemas akan resesi ekonomi Amerika Serikat.
Sebagian besar pengamat berpendapat faktor-faktor khusus bertanggung jawab atas divergensi BTC-emas yang tengah berlangsung. Reli logam kuning menunjukkan kondisi ekonomi makro yang menguntungkan bagi mata uang kripto di masa mendatang.
Menurut Kepala Investasi dan pendiri ByteTree Charlie Morris, lonjakan harga emas dikaitkan dengan kebijakan bank sentral AS The Fed. Sebuah keistimewaan yang masih kurang dimiliki bitcoin.
"Daya tarik obligasi pemerintah dalam cadangan berkurang, sementara emas telah meningkat. Banyak bank sentral mengakumulasi emas, yang dulunya dihargai dari sekuritas yang dilindungi inflasi oleh Departemen Keuangan AS. Namun sekarang dipengaruhi oleh faktor global seperti defisit pemerintah struktural," kata Morris dikutip dari laman CoinDesk.
"Kekuatan emas mencerminkan peningkatan pasokan uang (fiat) saat ini dan masa depan di antara hal-hal lainnya, dan bitcoin akan menguat ketika ekonomi membaik atau ketika ada sinyal pemberian stimulus," dia menambahkan.
Perubahan tahun ke tahun dalam pertumbuhan gabungan pasokan uang fiat AS, Uni Eropa, Inggris, dan Jepang berbuah positif pada Agustus 2024. Bakal terus tumbuh lantaran pihak bank sentral memulai pelonggaran likuiditas baru.
Advertisement
Investor Bakal Alihkan Dana ke Aset Berisiko
Bank Sentral Eropa telah memangkas suku bunga pada pekan ini, sementara The Fed kemungkinan akan melakukan hal yang sama pekan depan. Memulai siklus pelonggaran, yang berarti investor di Negeri Paman Sam akan segera mendengar lonceng stimulus.
Kepala Penelitian Eropa di Bitwise André Dragosch berpendapat, reli emas kemungkinan mengindikasikan penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS yang disesuaikan dengan inflasi di masa mendatang.
Itu disinyalir bakal membuat investor mengalihkan dananya ke investasi yang lebih berisiko seperti bitcoin dan saham teknologi, seperti yang diamati pada 2020 silam.
"Harga emas telah sepenuhnya terlepas dari imbal hasil riil AS. Ini menyiratkan dua hal, emas terlalu mahal, atau emas sudah mengantisipasi penurunan besar dalam imbal hasil riil AS," kata Dragosch.
"Penurunan besar dalam imbal hasil riil AS setara dengan pelonggaran tajam dalam kebijakan moneter, yang belum diperhitungkan secara lebih luas di pasar keuangan kecuali dalam emas. Itu lah sebabnya bitcoin dan aset lainnya mungkin mengikuti kenaikan emas," tuturnya.