Liputan6.com, Jakarta - Kepala Riset Aset Digital Global di Standard Chartered, Geoff Kendrick memperingatkan Bitcoin dapat menghadapi penurunan 10 persen jika turun di bawah level support kritis USD 90.000.
Dalam catatan terbaru, Kendrick membahas risiko konveksitas yang dapat mendorong Bitcoin di bawah USSD 80.000 dalam waktu dekat karena potensi pembatalan dana yang diperdagangkan di bursa spot (ETF).
Advertisement
Baca Juga
"Kami yakin pergerakan di bawah USSD 90.000 untuk Bitcoin akan memulai pergerakan turun 10 persen dalam waktu dekat, mendorong harga di bawah USD 80.000,” kata Kendrick, dikutip dari Coinmarketcap, Minggu (19/1/2025).
Advertisement
Ia juga mencatat pergerakan seperti itu kemungkinan akan menyebabkan penurunan di pasar aset digital yang lebih luas. Aksi harga Bitcoin baru-baru ini telah terbebani oleh faktor-faktor ekonomi makro dan risiko terkait ETF.
Kendrick mencatat pembelian Bitcoin ETF spot sejak pemilihan umum AS kini telah merata, membuat pasar rentan terhadap penjualan paksa atau panik.
"USD 90.000 adalah level kunci untuk Bitcoin, dan penurunan di bawahnya dapat memicu tekanan jual tambahan di seluruh aset digital,” ujar Kendrick.
Peringatan itu muncul di tengah turbulensi pasar yang lebih luas menyusul perubahan sikap agresif Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada 18 Desember. Harga Bitcoin turun menjadi sekitar USD 90.000 pada 13 Januari di tengah kekhawatiran ekonomi makro.
Analis tersebut berpendapat aksi jual aset digital dapat memperkuat diri sendiri dan banyak aksi jual Bitcoin baru-baru ini dapat mengakibatkan kerugian, sehingga meningkatkan volatilitas pasar.
Meskipun ada risiko jangka pendek, Kendrick menyatakan keyakinannya pada potensi jangka panjang Bitcoin dan menegaskan kembali target Standard Chartered sebesar USD 200.000 pada akhir tahun 2025. Ia mengaitkan prospek bullish ini dengan arus masuk institusional yang diharapkan di bawah kebijakan pro-kripto pemerintahan Trump.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
SpaceX Miliki 8.285 Bitcoin
Sebelumnya, SpaceX, perusahaan kedirgantaraan Amerika yang dipimpin oleh Elon Musk, dilaporkan memiliki 8.285 Bitcoin (BTC) senilai sekitar USD 851 juta, menurut data dari Arkham Intelligence. Investasi ini telah menghasilkan laba sebesar USD 700 juta sejak 2022.
Pada Jumat lalu, Arkham Intelligence mengonfirmasi bahwa nilai kepemilikan Bitcoin SpaceX meningkat USD 695,24 juta sejak 29 November 2022. Bitcoin tersebut dilaporkan disimpan di Coinbase Prime dan belum digunakan selama tiga tahun terakhir. Kenaikan harga Bitcoin, yang melampaui USD 100.000 pada akhir 2024, turut mendorong pertumbuhan nilai aset perusahaan.
Melansir Cryptopolitan News, Sabtu (18/1/2025), SpaceX pertama kali mencatat kepemilikan Bitcoin senilai USD 373 juta pada 2021, ketika harga Bitcoin mencapai USD 46.000 per koin. Pada puncaknya, perusahaan memiliki 25.600 BTC. Namun, saat harga Bitcoin anjlok menjadi USD 20.000 pada Mei 2022, SpaceX menjual sebagian aset kriptonya senilai USD 450 juta dengan kerugian. Saat ini, perusahaan mempertahankan sekitar 8.900 BTC sebagai cadangan.
Advertisement
Tesla dan Strategi Kripto yang Serupa
Tesla, perusahaan mobil listrik yang juga dipimpin Elon Musk, memiliki strategi kripto yang mirip dengan SpaceX. Pada 2021, Tesla membeli Bitcoin senilai USD 1,5 miliar dan sempat menerima pembayaran dengan Bitcoin untuk kendaraannya.
Namun, perusahaan menjual sebagian asetnya pada 2021 dan 2022, dengan total nilai penjualan mencapai USD 936 juta saat harga Bitcoin turun di bawah USD 40.000. Hingga kini, Tesla masih memegang 11.500 Bitcoin senilai lebih dari USD 1,1 miliar.
Namun, penerimaan Bitcoin sebagai metode pembayaran dihentikan pada Mei 2021 karena kekhawatiran lingkungan terkait proses penambangan Bitcoin.
"Kami prihatin dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan Bitcoin,” ujar Musk melalui platform X.
Stablecoin untuk Mendukung Operasi Global SpaceX Selain Bitcoin, SpaceX juga memanfaatkan stablecoin untuk mendukung operasi globalnya, khususnya layanan internet satelit Starlink.
Menurut Chamath Palihapitiya, seorang kapitalis ventura, SpaceX mengonversi pembayaran Starlink menjadi stablecoin untuk menghindari risiko nilai tukar mata uang asing, terutama di negara-negara dengan sistem keuangan yang kurang berkembang.
Palihapitiya menyebut stablecoin sebagai solusi ideal untuk transaksi lintas batas, karena menawarkan biaya lebih rendah dibandingkan dengan layanan keuangan tradisional seperti Stripe.
Strategi ini memungkinkan SpaceX menjalankan operasinya dengan lebih efisien di pasar global. Dengan diversifikasi keuangan yang mencakup Bitcoin dan stablecoin, SpaceX terus menunjukkan inovasi tidak hanya di sektor kedirgantaraan tetapi juga dalam memanfaatkan teknologi blockchain untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.