Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas harga kripto jajaran teratas bergerak di zona merah pada perdagangan Rabu (29/1/2025). Harga bitcoin dan Ethereum kompak melemah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah. Bitcoin turun 0,21 persen dalam 24 jam terakhir dan 3,97 persen sepekan. Kini harga Bitcoin berada di level USD 101.694 koin atau setara Rp 1,65 miliar (asumsi kurs Rp 16.241 per dolar AS).
Baca Juga
Harga Ethereum (ETH) juga bergerak di zona merah. Harga ETH terpangkas 1,84 persen sehari terakhir dan 1,64 persen dalam sepekan. Saat ini ETH berada di level USD 3.111,23 per koin atau setara Rp 50,53 juta.
Advertisement
Sementara itu, harga kripto XRP naik 1,89 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, selama sepekan, harga XRP anjlok 3,61 persen. Saat ini, harga XRP berada di posisi USD 3,08.
Sementara itu, harga Solana (SOL) merosot 2,21 persen dalam 24 jam. Harga solana tersungkur 9,53 persen selama sepekan. Kini, harga XRP berada di posisi USD 229,06.
Demikian juga harga binance coin (BNB) berada di zona merah dalam 24 jam terakhir. Harga BNB susut 1,48 persen. Selama sepekan, harga BNB terpangkas 3,62 persen.
Harga dogecoin (DOGE) terperosok 1,85 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, harga DOGE anjlok 12,25 persen. Saat ini, harga dogecoin berada di posisi USD 0,3245.
Selain itu, koreksi harga juga alami cardano (ADA). Harga cardano susut 0,33 persen dalam 24 jam terakhir. Harga cardano melemah 8,74 persen dalam sepekan terakhir.
Demikian juga harga tron (TRX) berada di zona merah. Harga TRON susut 1,03 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, harga TRON merosot 1,87 persen. Saat ini, harga tron berada di posisi USD 0,2426.
Harga kripto hari ini tether (USDT) dan USDC (USD) kompak melemah. Harga tether susut 0,04 persen dalam 24 jam terakhir dan selama sepekan turun 0,06 persen. Saat ini, harga tether berada di posisi USD 0,9995.
Harga USDC melemah 0,03 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan terakhir, harga USDC naik tipis 0,01 persen. Kini harga USDC berada di posisi USD 1,00.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Analis Prediksi Harga Bitcoin Turun ke Level USD 70.000
Sebelumnya, Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, mengalami penurunan signifikan pada Senin, jatuh di bawah USD 100.000 tepatnya di kisaran USD 98.000 atau setara Rp 1,58 miliar (asumsi kurs Rp 16.213 per dolar AS).Â
Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (28/1/2025), angka ini merupakan kemerosotan tajam dari valuasi hampir USD 110.000 yang dicapai sebelum pelantikan Donald Trump.
Salah satu pendiri BitMEX, Arthur Hayes memperkirakan Bitcoin dapat menghadapi koreksi lebih lanjut hingga ke kisaran USD 70.000 atau setara Rp 1,13 miliar hingga USD 75.000 atau setara Rp 1,21 miliar dalam waktu dekat, menyebutnya sebagai dampak dari krisis keuangan mini yang semakin nyata.Â
Namun, Hayes tetap optimistis untuk jangka panjang, memprediksi Bitcoin dapat melonjak hingga USD 250.000 pada akhir 2025, didorong oleh dimulainya kembali pencetakan uang.
Pemicu Utama Penurunan
Salah satu pemicu utama penurunan ini adalah popularitas aplikasi kecerdasan buatan murah asal Tiongkok, DeepSeek, yang diluncurkan baru-baru ini. Selain Bitcoin, saham teknologi besar seperti Nvidia, Microsoft, dan Meta juga mengalami penurunan tajam pada hari yang sama.
Pasar kripto secara keseluruhan turut merosot, dengan kerugian sekitar USD 864 juta menurut data terbaru dari CoinGlass. Minggu ini, perhatian investor tertuju pada pengumuman Federal Reserve AS terkait suku bunga.Â
Analis memprediksi suku bunga akan tetap berada di antara 4,25 persen dan 4,5 persen. Jika suku bunga tidak berubah, harga Bitcoin diperkirakan akan tetap stabil karena mencerminkan keberlanjutan kebijakan moneter saat ini.
Â
Â
Advertisement
Ekspektasi Kebijakan Donald Trump
Pekan lalu, Kepala Penelitian Aset Digital di Standard Chartered Bank, Geoffrey Kendrick telah memprediksi koreksi sebesar 10 hingga 20 persen akibat ekspektasi pasar yang terlalu tinggi terhadap kebijakan kripto dan cadangan strategis era Trump. Ia menambahkan aksi jual terbaru kemungkinan besar telah menyerap tekanan ini.
Meskipun ketidakpastian masih ada, terutama karena laporan pendapatan perusahaan teknologi besar AS dan hasil pertemuan Federal Reserve, penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS yang kini mendekati 4,5 persen dianggap Kendrick sebagai tanda pasar sudah mulai stabil.
LondonCryptoClub, analis lainnya, melihat aksi jual ini sebagai reaksi berlebihan terhadap berita besar. Mereka menyebut aksi ini sebagai "FUD klasik" (ketakutan, ketidakpastian, keraguan) dan menganggapnya sebagai peluang beli dalam tren naik yang lebih besar.
Mereka juga memperingatkan aksi pengurangan risiko secara luas dapat berlangsung tanpa pandang bulu, namun tetap menyarankan untuk memanfaatkan momentum beli saat harga turun.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan turun lebih dari 4 persen dalam 24 jam terakhir, berada di harga USD 99.800. Sementara itu, Nasdaq 100 turun 3 persen, dipimpin oleh anjloknya saham Nvidia (NVDA) sebesar 15 persen.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Microstrategy Punya Utang Pajak Rp 312 Triliun Atas Kepemilikan Bitcoin
Sebelumnya, meskipun tidak pernah menjual Bitcoin, MicroStrategy kemungkinan harus membayar pajak atas keuntungan yang belum direalisasi.
Melansir Cointelegraph, Senin (27/1/2025) pemegang Bitcoin korporat terbesar itu diperkirakan harus membayar pajak penghasilan federal atas keuntungan yang belum direalisasi, menurut Undang-Undang Pengurangan Inflasi di AS tahun 2022.
Undang-undang tersebut menetapkan pajak minimum alternatif korporat, yang berarti MicroStrategy akan memenuhi syarat untuk tarif pajak 15% berdasarkan versi pendapatan perusahaan yang disesuaikan, demikian menurut laporan The Wall Street Journal.
Namun, Internal Revenue Service (IRS) AS dapat membuat pengecualian untuk BTC di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump yang kini lebih ramah terhadap kripto.
Sebagai catatan, kepemilikan MicroStrategy telah melampaui 450.000 BTC atau senilai lebih dari USD 48 miliar (Rp776,1 triliun), setelah perusahaan membeli Bitcoin senilai USD 243 juta (Rp3,9 triliun) pada 13 Januari lalu.
Menurut pelacak portofolio MicroStrategy, kepemilikan Bitcoin perusahaan memiliki keuntungan yang belum direalisasi lebih dari USD 19,3 miliar (Rp312 triliun).
Laporan tersebut muncul enam bulan setelah MicroStrategy sepakat untuk membayar USD 40 juta (Rp646,8 miliar) terkait penyelesaian gugatan penipuan pajak yang menuduhnya dan pemiliknya, Michael Saylor melakukan penggelapan pajak.
Jaksa agung Distrik Columbia menggugat Saylor dan MicroStrategy pada Agustus 2022, menuduh eksekutif tersebut tidak membayar pajak penghasilan di distrik tersebut setidaknya selama 10 tahun saat ia tinggal di sana.
Sebelumnya, MicroStrategy dan bursa kripto, Coinbase telah menolak peraturan pajak minimum alternatif perusahaan (CAMT).
Kedua perusahaan tersebut telah meminta Departemen Keuangan AS dan IRS untuk menyesuaikan aturan akhir guna mengecualikan keuntungan kripto yang belum terealisasi dari pendapatan laporan keuangan yang disesuaikan (AFSI), guna menghindari konsekuensi serius yang tidak diinginkan bagi perusahaan-perusahaan AS yang memegang mata uang kripto dalam jumlah besar.
Â
Â
Advertisement